webnovel

Part XI : pertempuran pnomvyadha

3 Minggu kemudian

Gustav tengah mengecek kesiapan meriam-meriam artilleri. "semuanya dalam keadaan baik dan siap, tinggal menunggu perintah saja tuan Gustav" tegas Sersan Matthew. Gustav menganggukkan kepalanya lalu menaiki kudanya. tidak seberapa jauh dari posisi meriam-meriamnya, Gustav sudah berkumpul bersama Kapten Nitai, Kapten Tarak dan Kolonel Kunal. sementara  pasukan Kerajaan Pallawaburi sudah dalam keadaan posisi siap siaga. Gustav mencari-cari Pangeran Mahkota Ramavarman "Dimana Pangeran Mahkota?" tanya Gustav, "yang mulia sedang berada di tendanya, nampaknya yang mulia tak tertarik dengan pertempuran ini" balas Kolonel Kunal, Kapten Nitai berbisik kepada Gustav "kurasa berandal satu itu tengah menggeluti perempuan muda itu di tendanya" mendengar itu Gustav hanya tertawa geli. 

sambil menunggu kedatangan pembawa pesan. Gustav menanyakan sesuatu kepada Kapten Tarak. "Kapten tarak....kalau aku boleh tahu, kenapa tempat ini dinamai phnomvyadha" ujar Gustav bertanya pada Kapten tarak. "oh. tempat ini dinamai phnomvyadha karena bukit ini kerap dijadikan tempat untuk berburu rusa dan babi hutan. Phnom artinya gunug atau bukit sedangkan vyadha artinya berburu. jadi secara harfiah tempat ini artinya bukit berburu" jelas Kapten Tarak kepada Gustav. Gustav pun mengangguk tanda mengerti.

"kitapun saat ini tengah berburu juga kapten, hanya saja buruan kita saat ini adalah manusia yang berjumlah belasan ribu"

"Ya, sungguh buruan yang besar" seloroh Kapten tarak

"untuk itu. saat ini kita sedang memasang perangkap untuk buruan besar kita, agar kita mendapat tangkapan besar" timpal Gustav.

suasana bukit phnomvyadha cukup tenang pagi hari ini, matahari suah bersinar dan Gustav memperhatikan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, suatu hal yang baik. sebab air hujan dapat membasahi bubuk mesiu meriam-meriam itu dan membuatnya sulit untuk menenmbakkan proyektil-nya. beberapa saat kemudian terlihat seorang pembawa pesan, ia memacu kudanya secepat mungkin dan menuju kearah Kolonel  Kunal dan Gustav. "pasukan pengumpan sudah kembali masuk, saya melihat sepasukan penuh Butua dengan kekuatan ditaksir sekitar 15,000 prajurit sudah menyebrangi sungai dan akan menuju kesini.....", Kapten Nitai berseru kepada Gustav dan lainnya "pasukan musuh!....mereka telah tiba" teriaknya. dikejauhan terlihat paskan Butua sudah berkumpul, mereka membawa tombak, pedang, panji perang dan kuda-kuda mereka.

"terimakasih, sampaikan kepada pasukan pengumpan kalau mereka boleh mundur, mereka sudah melaksanakan tugasnay dengan baik" Ujar Gustav kepada pembawa pesan, pembawa pesan segera pergi melaksanakan tugasnya. Gustav menatap kepada tiga orang perwira Kerajaan pallawaburi. "Tidak perlu khawatir. semuanya sudah direncanakan dengan baik" ujar Gustav menenangkan. 

---------

"Tuan Jendral. pasukan musuh ada di depan kita" ujar perwira pasukan Butua. didepannya Jendral Lou Khan, pemimpin pasukan Butua, ia seorang Jendral ternama dan masih bersaudara dengan Raja Butua Bogod Khan. "Rupanya si Bajingan kecil punya nyali untuk menantang kekuatan Kerajaan kita, sudah tiba waktunya bagi kita untuk menggilas Kerajaan Pallawaburi yang kurang ajar" tandas Lou Khan dengan nada meremehkan. ia menghunus pedagnya dan memberikan perintah "Serbu...kita semua maju!". Pasukan Butua dibawah pimpinan Jendral Lou Khan berderap maju menuju posisi pasukan Kerajaan Pallawaburi.

---------

"Mereka sudah bergerak" kata Kolonel Kunal. pasukan Kerajaan Butua berderap maju menuju mereka. Gustav menghitung jarak pasukan Butua dengan mereka, "masih belum dekat...biarkan mereka mendekat" Ujar Gustav, Kolonel Kunal terperanjat "tapi ini berisiko besar...kita kalah jumlah" ujar Kunal dengan rasa panik. "tenang saja Kolonel...percayalah padaku" kata Gustav. detik menjadi menit, pasukan Butua berderap semakin dekat. pihak Pallawaburi dapat mendengar derap langkah dan dapat melihat gambaran fisik pasukan Butua yang semakin mendekat. "Tuan Gustav" ujar kapten Nitai sambil menunjuk kearah pasukan Butua.

"Baiklah, Sersan Matthew....Mulai!" perintah Gustav. sersan matthew memberi aba-aba kepada kru meriam dan meriam-meriam itu melepaskan tembakan. ketika melepaskan tembakan. meriam-meriam itu mengeluarkan suara yang memekakkan telinga hingga membuat Kolonel Kunal, Kapten Nitai, dan Kapten Tarak terkejut dibuatnya. proyektil-proyektil meriam itu meluncur dengan cepat dan mengenai posisi pasukan Butua. tentara Butua yang terkena efek langsung ledakan seketika langsung berubah menjadi Kabut darah, sementara sisanya terkoyak anggota-anggota tubuhnya. "Lagi!....Tembak!" perintah Gustav. kru Meriam segera mengisi ulang dengan cepat, dalam hitungan menit meriam sudah terisi dan melontarkan proyektil-proyektilnya menghantam tentara Butua. melalui penglihatannya, Gustav mengamati jika pasukan Butua sudah mengalami kebingungan dan kepanikan. satu proyektil meriam mampu menewaskan langsung belasan hingga puluhan tentara Butua dan melukai puluhan lainnya.

gerak maju pasukan Butua kini menjadi perlahan, Gustav memberi perintah kepada unit meriamnya "Ganti proyektil dari peledak menjadi bom bakar. kita rintangi gerak maju mereka".kru meriam segera mengisi ulang meriam dengan bom bakar dan menembakkan proyektilnya. pryektil-proyektil itu jatuh didepan pasukan Butua dan membuat suatu tembok api yang tinggi apinya mencapi 4-5 meter, pasukan Butua yang berada paling depan begitu nahas nasibnya karena terbakar oleh efek bom bakar ini. "Kolonel lepaskan panah-panah", Gustav memberikan perintah kepada Kolonel Kunal. pasukan pemanah Pallawaburi serentak merentangkan panah mereka dan menghujani posisi pasukan Butua dengan panah-panah mereka. sementara unit meriam tetap menembakkan proyektilnya dengan proyektil peledak. dibalik tembok api terdengar raungan teriakan-teriakan perintah dan kesakitan pasukan Butua.

Gustav memberi perintah untuk menghentikan tembakan meriam pada unit meriamnya. "sekarang waktunya kita menyerang mereka....Kapten Nitai...Kapten tarak kalian sudah tahu kan tugas kalian" tegas Gustav, Nitai dan Tarak mengangguk paham. masing--masing menaiki kuda mereka. Kapten Nitai bersama unit kavalerinya melakukan serangan dari sayap kanan sementara Kapten tarak menyerang dari sayap kiri. Gustav memimpin unit pasukannya sendiri yang berjumlah 500 orang, "Kolonel. begitu tembok api itu padam segera kerahkan seluruh psukan anda untuk meratakan musuh...aku pergi, semoga beruntung" ujar Gustav. Gustav bersama pasukannya memacu kuda mereka kearah musuh. dengan satu tangan memegang kekang kuda, Gustav menghunus pedangnya dan menyabeti pasukan Butua yang berada dihadapannya, ia mencari pemimpin pasukan Butua, mematikan seekor ular dengan memotong kepalanya.

---------

kondisi pasukannya sudah kacau. kini pasukannya sudah tidak berada dalam formasi sehingga sulit untuk mengatur dan berkoordinasi. teriakan dan erangan kesakitan terdengar di kiri kanannya. "Bagaimana ini!...kita tidak bisa berperang kalau keadaannya kacau seperti ini!" bentak Jendral Lou Khan kepada perwiranya. bola-bola dari langit itu sungguh berada diluar dugaan Lou Khan, bola-bola langit itu ketika meyentuh tanah meluluhlantakkan pasukannya dan membentuk tembok api sehingga mustahil bagi pasukannya untuk bergerak maju. "Tuan Jendral. pasukan berkuda musuh menyerang kita dari sisi kiri dan kanan kita!" teriak perwiranya setelah menerima kabar dari pembawa pesan.

"Ah sial!, mereka mencoba mengepung kita!" gerutu Lou Khan. Lou Khan melihat kir-kanannya, tampak pasukan berkuda musuh mencoba merangsek masuk sementara pasukannya kalang kabut mencoba menahan penyerangan dadakan musuh. ketika hendak memberi perintah, sekonyong-konyong muncul pasukan musuh dibelakangnya, ia tidak menduga sama sekali. sekelebat sabetan pedang mencoba menyabet Lou Khan, namun Lou Khan refleks menahan sabetan pedang itu dan terjatuh dari kudanya. Lou Khan bangkit berdiri dan si orang yang mencoba menyabetnya juga turun dari kudanya, disekelilingnya pertempurans atu lawan satu terjadi antara pasukan Butua dan Pallawaburi.

---------

Gustav turun dari kudanya dan berlari menuju Jendral Lou Khan. dentingan peang terdengar keras, rupanya duel pedang antara Gustav dan Lou Khan sedang berlangsung. Lou Khan tampak terkejut dan keheranan dengan ciri fisik lawannya yang amat berbeda dengan ciri fisik orang-orang Pallawaburi. keheranan dan keterkejutan yang dialami oleh Lou Khan, dimanfaatkan dengan baik oleh Gustav. Gustav melesakkan pedangnya dari bawah keatas, tindakan itu menyebabkan pedang Lou Khan terpental. Gustav lalu menendang Lou Khan hingga Lou Khan tersorok ke tanah.

Lou khan mencoba bangkit, namun sebelum sempat berdiri sabetan pedang menyamping dari arah kanan  menebas lehernya, memutus kepala dari tubuhnya....Lou Khan tewas seketika.

Melihat pimpinannya yang tewas. maka moril pasukan Butua langsung ambruk. sebagian dari mereka berlari tunggang langgang menyelematkan diri ke Butua, sementara yang tidak memiliki kesempatan untuk kabur memilih menyerah kepada pasukan Pallawaburi. sorak sorai kemenangan pasukan Pallawaburi bergemuruh di ladang pertempuran. Gustav yang berdiri mematung di tengah ladang pertempuran, dari sebelah kanan kapten Nitai sambil menunggang kudanya menghampiri Gustav.

"Tuan Gustav. selamat, rencana perang anda sukses besar. kita menang" umumnya pada Gustav.

"Perintah selanjutnya. tuan?" tanya Kapten Nitai

Gustav menoleh kepada Kapten Nitai. "Kumpulkan para tawanan. dan kumpulkan persenjtaan mereka di tempat terpisah. lalu kabari pangeran mahkota kalau kita memenangkan pertempuran" Ujar Gustav.

Kapten Nitai mengangguk. lalu pamit pergi untuk menjalankan perintah Gustav.

dengan ini pertempuran Phnomvyadha berakhir dengan kemenangan telak bagi Kerajaan Pallawaburi. matahari  berada diatas kepala, rupanya hari sudah beranjak siang.