“Apa maksudmu?” pertanyaan itu terdengar lantang. Tangan terkepal menghiasi sosok Lucia, dan jangan lupakan tatapan tajam yang terpatri di wajah.
Hanya saja, Bharicgos memamerkan ekspresi tak berminat. Sekejap mata dirinya muncul di depan Lucia, menguarkan aroma seperti cendana dari balik tubuhnya.
Ia tersenyum, tangannya perlahan terulur, menyentuh dengan lembut pipi sang putri. Membuat gadis itu bergidik ngeri.
“Ingin kuceritakan sesuatu?”
Sementara suasana berbeda terlukis di ruangan itu. Tempat di mana tuan putri Tenebris terlelap dalam tidurnya. Dan kehadiran sang adik dengan luka yang menganga ditatap datar oleh pangeran kerajaan Darkas.
“Ingin kucarikan tabib?”
Lucius mengabaikan, memilih mendekat pada sang kakak. Perlahan digenggamnya tangan Lucia, dan aksi selanjutnya benar-benar membungkam Siez yang menyaksikan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com