Sekarang di sinilah Lucius dan Lucia. Di istana merah kerajaan Darkas. Disebut begitu karena seluruh taman yang ada di sana dihiasi bunga-bunga berwarna merah. Cukup aneh sebab tak ada kaitannya dengan arsitektur bangunan.
Sementara dua bersaudara yang sudah selesai berganti pakaian dengan pelayanan terbaik saling berbagi pandangan.
Lucius tersenyum saat menyaksikan pancaran keindahan sang kakak.
“Kamu sangat cantik, Lucia,” pujinya tanpa basa-basi.
“Dan kamu sangat tampan.”
Pemuda itu mendekat lalu menarik hiasan emas yang mengikat rambut kakaknya. Membuatnya tergerai dan agak mengejutkan Evelin.
“Jangan ikat rambutmu.”
“Kenapa?” gadis itu memamerkan wajah bingung.
“Tidak cocok untukmu,” sambil tersenyum meledek.
Evelin pun mengedarkan pandangan malas. Dan ia biarkan Lucius mengurus dandanan rambutnya. Jujur saja, semenjak bangkit sebagai sosok Lucia, dirinya mulai nyaman dengan keadaan itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com