webnovel

Pernikahan Yang Dirindukan

Dua Hari sebelum acara lamaran, calon suaminya membawakan selembar undangan pernikahan yang membuatnya mencicipi neraka cinta yang paling mengerikan. "Apa maksudmu? " Tanya Liana Putri dengan mata yang mulai berkaca-kaca menahan air matanya. "Maaf karena aku akan menikah dengan perempuan lain." Jawab Danu Prayoga tanpa rasa bersalah. Seketika itu dunia Lia terasa runtuh. Hatinya remuk bercampur rasa malu yang luar biasa. Bagaimana dia harus menjelaskan semuanya pada keluarga besarnya. ...... Setelah sakitnya di khianati, Lia pindah kerja, tanpa sengaja ia bertemu dengan keponakan dari salah satu Direktur Utama rumah sakit terkenal di pusat kota tempat mantan calon suami nya bekerja. Lelaki itu sangat dingin dan mendomisi. Tapi, ia memiliki hati yang hangat. Namanya adalah Marvin Alexder. Akankah Lia bisa menyembuhkan lukanya? Temukan kisahnya dengan membaca bab setiap bab di novel ini!

Linayanti · Urbain
Pas assez d’évaluations
258 Chs

Perjuangan yang tidak sia-sia

Setiap harinya Lia fokus untuk belajar, ia terus belajar dan belajar. Hari ini Lia akan mengikuti tesnya, Danu tanpa sengaja mendengar dari salah seorang pegawai R.S kalau hari ini Lia ada tes. Danu bergegas untuk menemui Lia, Danu ingin mengantarkan Lia, Danu meninggalkan R.S.

Danu tidak memberi kabar kepada Lia, karena Danu ingin memberikan kejutan dengan kedatangannya.

Lia sedari tadi bersiap-siap, ia merasa deg-degan karena kali pertama ia mengikuti tes di Universitas terhebat di Jepang. Beberapa menit kemudian Lia mendengar ada bunyi bel didepan rumahnya. Ia segera bergegas keluar, dengan pelan Lia membuka pintu, Lagi-lagi Lia dikejutkan dengan kedatangan Marvin yang lebih awal dari jam-jam kantor.

"Tuan gak pergi ke kantor?" Tanya Lia, bingung.

"Hari ini aku akan mengantarmu, bersiap-siap lah aku akan menunggumu disini" Jawab Marvin, ia hanya tersenyum sedikit seperti senyum paksaan, namun dalam hati Marvin merasa sangat bahagia bisa terus-terusan dekat sama Lia.

"Maaf Tuan lama menunggu"Kata Lia, sambil merapikan pakaiannya.

" Baiklah, kita berangkat sekarang " Kata Marvin, ia begitu dingin.

Akhirnya Marvin dan Lia masuk mobil, dibelakang dari arak kejauhan Danu yang dari tadi ingin bertemu dengan Lia, kini merasakan kecewa yang pahit, Danu melihat Lia naik ke mobil Marvin. Dengan sangat kesal Marvin memukul stir mobilnya.

"Sial, aku kalah cepat dari Marvin" Kata Danu dengan wajah kesal.

Danu tidak jadi melanjutkan perjalanannya, ia kemudian membelokkan mobilnya dan kembali ke R.S. Danu merasa sangat kecewa kenapa harus bersaing sama Marvin, tapi Danu tetap dengan niatnya ingin memiliki Lia kembali. Danu tidak mau kalah meskipun Marvin menjadi saingan terberatnya. Danu akan terus mencari cara untuk bisa meluluhkan hati Lia.

Di perjalanan Marvin dan Lia curi-curi pandang, dengan gugup Lia melirik sesekali. Marvin tersenyum sambil mengelus kepala Lia.

Lia menunduk malu dan bahagia karena Marvin begitu perhatian sama dirinya.

Tibalah mereka di depan Kampus termahal dan termewah di Jepang, sebelum keluar dalam mobil, Marvin minta Lia untuk merapikan dirinya, Marvin meminta Lia untuk tidak gugup nantinya ketika tes dimulai.

Mendengar kata-kata Marvin Lia semakin percaya diri, Ia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Kemudian Lia keluar dari mobil, Lia berbalik arah dan menengok Marvin dari kaca mobil.

"Percayalah Tuan, aku tidak akan mengecewakan Tuan"Kata Lia, dengan penuh keyakinan.

" Aku percaya sama kamu" Kata Marvin, kemudian mereka berdua tersenyum sama-sama memberikan sinyal kebahagiaan.

Mereka sama-sama melambaikan tangan, Marvin melanjutkan perjalanannya ke kantor. Lia yang sudah siap mau tes, kini bergegas masuk mencari ruangan. Ia berkeliling di sekitaran kampus itu, ia sangat takjub melihat kemewahan bangunan kampus itu, halaman yang begitu luas dan tempat yang sangat indah dan rapi.

Semua mahasiswa dan mahasiswi berpakaian bebas, semua berasal dari kalangan orang kaya, melihat mobil-mobil mewah dan mahal Lia merasa minder dengan dirinya yang hanya berpakaian sederhana dan tidak mempunyai kendaraan. Namun Lia ingat semua yang sudah di jelaskan sama Marvin, ia kembali semangat dan terus berjuang.

Semua calon-calon mahasiswa dan mahasiswi kini berkumpul, mereka mendengar arahan sebelum tes dimulai. Ketika semuanya sudah selsai, mereka semua mencari ruangan sesuai dengan kartu yang di berikan. Persiapan ujian akan segera dimulai. Mereka semua kelihatan sangat tegang, seperti berada di ujung tanduk.

Tempat duduk sudah teriak dengan rapi, semua di minta untuk tidak konsentrasi dan tidak saling mengganggu. Ya ujian pun sudah di mulai, Lia membaca soalnya dengan sangat teliti, biar gimanapun Lia tidak mau membuat Marvin kecewa. Marvin yang sudah membantunya untuk mengikuti tes ini. Kecerdasan Lia memang tidak di ragukan lagi dengan semangat Lia menjawab satu persatu soalnya.

Bel pun sudah berbunyi, itu tandanya semua susah selesai, pas keluar dari ruang Lia sambil berjalan merapikan peralatannya tanpa di sadari Lia menabrak seseorang yang ada di depannya.

"Maaf Mister, aku tidak sengaja" Kata Lia,

menunduk minta maaf sama Mister itu.

"Oh... tidak apa-apa, kamu tidak kenapa-kenapa?" Tanya Mister itu, ia kemudian membantu Lia mengambil barangnya yang jatuh, tanpa sengaja Mister itu memegang tangan Lia, terkejut Lia langsung menarik tangannya.

"Tidak apa-apa Mister, maaf aku harus segera pergi" Kata Lia, meninggalkan Mister itu.

Mister itu melihat Lia yang sedang berjalan cepat, sampai Lia benar-benar tidak kelihatan lagi. Baru Mister itu melanjutkan perjalannya. Marvin yang sedari tadi menunggu Lia di depan mobil sport mewahnya kini sedang di ke rumuni sama mahasiswi-mahasiswi di kampus itu. Lia masa bodoh dengan hal-hal konyol seperti itu, Lia tidak tahu kalau pria yang di lihat sama mahasiswi itu adalah Marvin. Lia terus saja melanjutkan perjalannya pas di tengah-tengah perjalanan Lia terkejut melihat Marvin, dia seperti pangeran yang baru turun dari kayangan. Wajah tampannya membuat wanita-wanita di kampus menjadi gila, tubuhnya yang kelar dan tinggi semakin membuat wanita-wanita itu tergoda.

Tersenyum dari jarak jauh Marvin kepada Lia, semua mahasiswi itu heran seperti apa cewek Marvin.Marvin kemudian melangkah ke depan, Lia yang berdiam diri di tengah jalan melotot keheranan. Marvin menggandeng tangan Lia masuk kedalam mobil. Semua wanita-wanita di kampus iri melihat kebahagiaan Lia.

"Aku malu Tuan" Kata Lia menutup wajahnya.

"Itu sudah hal biasa bagiku, dikerumuni gadis-gafis cantik"Kata Marvin dengan percaya dirinya, ia tersenyum matanya melirik ke Lia.

"Sudah tidak ada siapa-siapa, mau sampai kapan kamu menutupi wajahmu seperti itu?" Tanya Marvin.

"Ba.. baik Tuan" Kata Lia, kemudian ia membuka tutup wajahnya perlahan. Lia merasa lega karena sudah tidak ada siapa-siapa. Sekarang tinggal mereka berdua di dalam mobil. Lia tersenyum lepas menikmati suasana hari ini.

"Bagaimana dengan tes mu, apakah kamu mengalami kesulitan?" Tanya Marvin.

"Tidak Tuan, semuanya berjalan lancar kok, besok pengumuman kelulusannya" Jawab Lia dengan tenang.

"Dan sekarang aku minta traktiran dari kamu, karena kamu sudah bisa mengikuti tes hari ini" Tantang Marvin.

Mendengar permintaan Marvin Lia malu untuk menolaknya, karena Marvin sudah berjuang untuk dirinya, Lia hanya punya sedikit uang, tidak mungkin membawa Marvin makan ke tempat mewah. Dalam hati Lia berpikir mau membawa Marvin makan dimana. Akhirnya Lia mengangguk kan kepalanya tanda dia setuju akan mentraktir Marvin. Lia meminta Marvin berhenti di tempat orang jualan dipinggir jalan, sangat tidak layak bagi Marvin makan di sana, namun apa boleh buat terpaksa daripada mengecewakan Marvin. Lia memesan makanan untuk Marvin dan dirinya.

"Maaf Tuan, Lia hanya bisa membawa Tuan makan di sini" Kata Lia apa adanya.

"Tidak apa-apa, aku sangat senang karena kamu mengajak aku makan disni, ini sangat enak tidak kalah dengan makanan di restoran dan tempatnya juga bagus" Kata Marvin tersenyum sambil menikmati makanannya.

Mendengar hal itu Lia merasa bahagia karena Marvin menghargai dirinya, Marvin begitu lembut dan peduli, Marvin tidak pernah membuat Lia kecewa. Mereka berdua menikmati makanan itu.