Dhika sendiri sebenarnya nggak tidur, niatnya seperti ini itu membuat istrinya merasa bersalah dan menunjukan sikap menyesal.
Tapi dia salah besar, gadis itu teguh pada pendiriannya, bahwa dirinya benar. Bukan Dhika mempermasalahkan aksi atau baunya, tapi tidak ada rasa segan telah bertindak seperti itu di depannya. Dia, sebagai pria yang hidupnya teratur dengan aturan kedisiplinan, tidak terima sama sekali.
"Bapak nggak tidurkan? Ngindarin saya? Cuma gara-gara kentut?"
'Cuma?' Batin Dhika kesal. Dhika memilih diam tidak menjawab.
"Yakin marah sama saya kayak gini? Merajok?" Cia kesal. Pekara kentut nggak siap-siap.
Dhika nggak menjawab dan Cia mengangguk walau Dhika nggak liat, "ok, kita dieman." Putusnya.
Dalam hati Dhika mendengus tak suka, harapan dia kan Cia merayu dan minta maaf. Apa susah melakukam hal itu? Rasanya tidak. Tapi akan sangat sulit membuat gadis itu melakukannya kalau dia tidak menginginkannya sendiri dari hati.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com