webnovel

Permaisuri Kecil Untuk Yusuf

Semua kejadian itu terjadi secara bersamaan. Amanda seorang gadis remaja SMA kehilangan sosok Ayah dalam kehidupannya yang menjadi tulang punggung keluarga mereka. Mamanya dan ketiga saudaranya hanya bergantung pada toko roti saja sebagai warisan untuk mereka. Sedangkan tiga restoran milik papanya yang lain malah tidak tau diberikan kepada siapa. Seminggu kemudian, Amanda menemukan pacarnya menduakannya. Dion menghamili wanita lain dan terpaksa harus berpisah dengan Amanda. Di dalam masa keterpukulannya datang Yusuf membawa sejuta kebahagiaan untuknya. Berawal dari pertemuan di toko roti, penyelamatan dalam kesalahpahaman percobaan bunuh diri dan masih sangat banyak kejadian lucu dan mengesankan yang mereka alami. Kalian akan mendapatkan banyak hal humoris dalam kisah mereka tanpa menutupi romansa kisah ini. Meski amat lama Amanda bisa mencintai Yusuf, namun menjadi istrinya dalam usia muda membuat Amanda mampu mendapatkan apa yang ia inginkan. Amanda berhasil melanjutkan kuliah dan cita-citanya karena dibantu oleh Yusuf. Tentunya kehadiran itu tidak selalu membawa kebahagiaan dalam hubungan mereka. Apalagi dengan latar belakang keluarga Yusuf yang berasal dari keturunan Kyai tentu menginginkan putranya menikah dengan wanita yang paham agama. Alih-alih paham agama, ia hanya lulusan dari sekolah modern yang ada di kota Surabaya. Belum lagi ada wanita yang berusaha mengusik kehidupan keluarga mereka dan selalu berusaha merebut Yusuf dari Amanda. Amanda, sebagai sosok wanita yang menjunjung tinggi harga dirinya dan keegoannya tetap saja sok tidak cemburu dengan kehadiran wanita-wanita yang menyukai Yusuf. Hingga pada akhirnya Yusuf dapat meluluhkan Amanda dan wanita itu mau mengungkapkan perasaannya. Kebenaran dalam cerita masa lalu pun terungkap sedikit demi sedikit. Akhirnya Amanda tau apa penyebab ayahnya keracunan saat menjadi perwakilan bisnis perusahaannya. Begitu juga dengan kenyataan Dion meninggalkannya. Kebenarannya Dion tidak pernah menghamili wanita itu melainkan Kakak kandungnya sendiri. Dion hanya korban dari kelakuan bejat kakaknya. Tentu saja setelah hal itu berakhir, Dion akan kembali mengambil cinta pertamanya yaitu Amanda. Lalu bagaimana dengan Amanda? Apakah Amanda tetap akan bersama Yusuf atau kembali pada cinta pertamanya? “Aku tidak pernah keberatan jika kamu kembali padanya Amanda, aku sebagai orang yang tulus mencintaimu hanya ingin melihat kamu bahagia meski mungkin bukan bersamaku,” ujar Yusuf ketika mendapati Amanda tengah memeluk Dion dan menangis begitu dalam di dalam pelukan itu. Yusuf tau bagaimana besarnya cinta pertama itu sama halnya dengan besarnya cintanya pada Amanda. Mungkin permaisuri kecilnya memang ingin selamanya bersama cinta pertamanya bukan bersamanya.

Irmasarifdnasution · Urbain
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Kejelasan dari Dion

Keesokannya, hal yang tidak dibayangkan oleh Amanda sebelumnya malah terjadi. Remaja itu bersikap santai memasuki gerbang sekolah, tapi orang-orang malah menatapnya aneh. Seakan-akan ada sebuah masalah besar yang akan diterimanya nanti. Amanda tidak ingin peduli, yang ia inginkan kehidupannya kembali berjalan normal seperti biasanya meskipun ia baru saja patah hati diputusi oleh pacarnya.

"Man! Manda!"

Amanda menoleh ke arah Dea yang duduk tepat di belakangnya.

Dea memperlihatkan ponselnya, ia memutar video yang sejak tadi menjadi pembicaraan murid-murid yang ada di sekolah. "Ini beneran lo Man?" tanya Dea memastikan.

Amanda terdiam. Ia mengurut pelipisnya bingung, demi apapun kemarin itu ia tidak berniat untuk bunuh diri. Dan oh, ternyata videonya saat di tarik oleh Bapak-bapak itu ikut ke dalam mobilnya yang membuat wajahnya terpampang jelas. Habislah masa indahnya di sekolah, tidak ada lagi bulan-bulan terakhir normal menjalani rutinitas di sekolah.

"Kenapa Man? Lo baik-baik aja kan?" tanya Mika panik.

Amanda mengangguk. "Kok bisa viral ya?"

"Jadi ini beneran lo?"

Amanda mengangguk pasrah, ia akan menerima ceramah panjang dari Dea atas apa yang tidak ia lakukan. "Lo punya masalah apapun tolong ceritakan ke kita Manda. Apapun itu. Kita bakalan bantu lo sebisa mungkin. Lo jangan bunuh diri kayak gini, kita gak mau terjadi apa-apa sama lo," nasihat Dea memegang kedua pundak Amanda, menatap matanya dengan tulus.

Amanda menunduk.

"Tapi yang nolong lo itu ganteng ya Man," ujar Mika polos.

Amanda ternganga, apanya yang ganteng kalau wajahnya tua seperti itu. "Dia gak nolongin gue, yang ada dia ngeganggu gue."

"Maksud lo?"

"Lo di grepe-grepe Man?"

Amanda memukul pelan mulut Mika, sembarangan saja dia berbicara. Mana pernah Amanda melakukan hal seperti itu.

"Aww …."

Amanda menceritakan kejadian kemarin di atas atap gedung perusahaan itu lengkap tanpa editan kepada dua sahabatnya. Ia tidak mau mereka malah salah paham dengan kejadian kemarin. Demi apapun Amanda tidak berniat bunuh diri dan Bapak-bapak itu salah paham sehingga ingin menolongnya.

"Dion selingkuh? Dan selingkuhannya itu hamil? Lo yang bener Manda kalau cewek itu hamil anaknya Dion?" tanya Dea terburu-buru.

Amanda mengangguk. Kalau memang itu bukan anaknya dia pasti udah ngejar gue pas ngeliat gue kemarin. Tapi dia kayak gak peduli sama gue," jelas Amanda menunduk.

"Lo harus tanya langsung ke Dion, biar bagaimanapun lo butuh kejelasan hubungan kalian. Takutnya semua hanya salah faham Man. Kita semua tau kalau Dion adalah lelaki baik-baik. Nanti siang kita harus temui Dion ke rumah atau kampusnya dia. Gue bakal tanyain Abang gue apa mereka ada jam kuliah nanti siang atau enggak," saran Dea bijak. Dia memang teman yang paling bijak di dalam kelompok mereka. Dan teman yang paling pengertian dengan keadaan sahabat-sahabatnya.

Amanda mengangguk. Benar kata Dea, ia harus menanyakan langsung kejelasan hubungan mereka pada Dion. Ia tau persis kalau Dion adalah lelaki yang baik. Dion tidak mungkin menghamili orang lain di belakangnya, Dion tidak mungkin mengkhianati hubungan mereka yang sudah lebih dua tahun lamanya.

---oo---

"Lo beneran ngelakuin itu?" tanya Amanda kembali memastikan.

Dion terdiam sejenak. Iya mengangguk pelan. "Gue minta maaf Manda."

'PLAK.'

Dion mengelus pipinya. Tamparan itu tidak begitu sakit, namun melihat Amanda yang terluka membuat hatinya begitu tergores. Sungguh Dion tidak ingin menyakiti Amanda, tapi ia benar-benar tidak punya pilihan. Ia harus melakukan hal itu, ia harus menjalankan apa yang seharusnya ia lakukan saat ini.

"Lo! LO BRENGSEK DION. LO KETERLALUAN BANGET UDAH MAIN DI BELAKANG GUE," Amanda berteriak keras, ia menunjuk wajah Dion dengan jari telunjuknya. Matanya menatap tajam Dion penuh luka. Semua orang di sekitarnya menyaksikan perdebatan mereka yang sudah di mulai sejak tadi. "Gue gak nyangka cowok yang terlihat baik seperti lo nyatanya SAMPAH. Gue gak nyangka gue udah jatuh cinta sama bajingan kayak lo. Aaakhhh …."

"Manda! Manda udah!" Dea mencoba menenangkan Amanda. Tapi Amanda tidak peduli, seakan-akan kedua temannya tidak ada bersamanya saat itu.

"Maaf!"

"Gue benci sama lo Dion! Gue benci! Seharusnya gue gak pernah kenal sama lo. Seharusnya lo tetap menjadi Kakak kelas yang paling gue musuhi di sekolah bukan pacar gue yang terlihat baik dan sayang sama gue tapi nyatanya malah ngehamilin cewek lain," tambah Amanda meluapkan semua amarahnya. Ia menarik kalung yang ada di lehernya, kalung itu adalah kalung pemberian dari Dion saat merayakan anniversary yang ke dua tahun. Itu salah satu hadiah dari sekian banyak hadiah yang diberikan Dion pada Amanda. Tapi kalung itu adalah hadiah yang paling spesial menurut Amanda. Hadiah yang diberikan Dion dengan hasil kerjanya sebagai penyanyi dalam ajang lomba pencarian bakat di kampusnya.

Air mata Amanda tidak berhenti mengalir masih saja mengucur deras membasahi pipinya. Sungguh terluka hatinya karna orang yang ia cintai. Amanda memilih untuk pergi, ia tidak mungkin bisa mempertahankan hubungan mereka jika kejelasannya Dion memang benar-benar sudah menghamili wanita yang bersamanya di supermarket kemarin. Tidak mungkin juga ia menyuruh Dion untuk memilih, karna memang Dion harus memilih wanita yang sudah dihamilinya sebagai tanggung jawabnya.

Dea dan Mika mengikuti Amanda dari belakang. Mereka harus memastikan Amanda tidak melakukan hal yang tidak waras seperti yang ada di video tadi.

"Gue minta biarin gue sendiri."

"Tapi …," Mika menyanggah.

"Gue gak akan bunuh diri Mika," tegas Amanda berlalu pergi.

Mika tetap ingin mengikuti, namun ditahan oleh Dea. "Dia butuh sendiri."

Mika menunduk, kali ini ia paham apa yang dimaksud Dea. Mungkin mereka memang harus tetap diam saja.

Sedangkan Amanda, ia benar-benar kacau saat ini. Ia terus saja mengikuti langkahnya dengan pandangan kosong. Bingung dengan pernyataan jelas yang diberikan oleh Dion padanya. Sungguh Dion adalah lelaki yang baik, ia sangat kenal dengan Dion. Mereka sudah menjalin hubungan dua tahun lebih dan sudah kenal hampir enam tahun sejak mereka SMP. Dion tidak mungkin melakukan hal itu, itu bukanlah Dion yang ia kenal dan yang mereka kenal. Itulah kenapa Dea menyuruh Amanda untuk memastikan dengan bertanya langsung pada Dion.

"Aaaaaa …," teriak Amanda ketika melihat sebuah mobil akan menabraknya. Ia memejamkan matanya lalu menutup telinganya sambil berjongkok di jalan itu. Entah mengapa wanita itu pasrah sudah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.

Mobil itu menekan klakson berkali-kali, tapi kaki Amanda terlalu bergetar tidak mampu bergerak. Mobil itu mendecit melakukan rem mendadak hampir saja menabrak Amanda. Pengemudinya memukul setir kesal dengan orang yang membuatnya hampir saja dipenjara karna menabrak orang yang nyatanya sengaja bunuh diri.

"Kamu mau mati ya?" tanya lelaki itu dengan nada tinggi.

Amanda membuka matanya. Ia mengangkat pandangannya ke atas dan menemukan Yusuf yang menatapnya kesal.

"Amanda? Kamu … kamu kenapa?" tanya Yusuf panik tidak jadi memarahi remaja SMA yang ia temui di jalan itu.

Amanda tidak peduli, ia melanjutkan langkahnya entah ke mana. Ia saja bingung ingin ke mana saat ini. Amanda hanya sedang mencari ketenangannya sendiri, dan dia belum menemukan itu.

"Amanda! Kamu terlihat kacau."

Amanda masih tidak peduli, ia tetap saja melangkah dan hampir saja sebuah motor menyerempetnya. Untung Yusuf menariknya dengan cepat hingga ia tidak jadi celaka karna kejadian yang kedua kalinya. "Ayo ikut aku! Akan aku antarkan kemana pun kamu ingin pergi. Jangan seperti ini Amanda! Kamu akan membahayakan dirimu sendiri."

Amanda masih terdiam, kali ini ia tak bisa menahan air matanya di depan Yusuf. Ia terus saja menangis dan menangis merasa terpukul dengan hatinya sendiri. Kenapa ia harus menaruh harapan yang begitu besar pada Dion, lihatlah hatinya saat ini begitu terluka.

Yusuf membukakan pintu mobilnya untuk Amanda, ia mempersilahkan Amanda masuk. Bersyukur Amanda memilih untuk masuk, tidak lagi berjalan tak menentu di jalanan raya kota. Itu pasti akan sangat membahayakan untuknya. "Kamu ingin ke mana?" tanya Yusuf.

"Ke mana saja," jawab Amanda menatap kosong pemandangan kota melalui jendela mobil.

Baiklah, mungkin Yusuf bisa memilih tempat yang tenang agar remaja ini dapat menenangkan pikirannya. Yusuf juga tidak bertanya-tanya lagi, tidak apa remaja itu berfikir pada hal yang entahlah ia tidak tau sama sekali, yang terpenting sekarang ia akan baik-baik saja.

"Kita sudah sampai, ayo!"

Amanda menatap Yusuf, "Pantai?"

Yusuf mengangguk, "Kamu bisa berteriak sepuasnya di sini," jawabnya tersenyum tulus pada Amanda.

Amanda melangkah turun dari mobil. Ia terus mengikuti pandangannya mencari tempat yang nyaman ia duduki. Sedangkan Yusuf mengikutinya dari belakang, tidak ingin remaja itu malah celaka.

Ponsel Yusuf bordering, sebuah panggilan mengganggunya. "Batalkan saja meeting-nya!" perintah Yusuf membuat Amanda menoleh ke belakang menatapnya. "Bukan masalah besar, kita hanya kehilangan satu klien. Kalau dia benar-benar tertarik dengan apa yang kita tawarkan dia pasti akan memakluminya. Katakan saja aku ada urusan mendadak di luar," jelas Yusuf ramah. "Baiklah, buat jadwal besok saja," tambahnya lalu mematikan ponselnya.

Amanda memerhatikan percakapan Yusuf di ponsel, ia paham dengan percakapan itu. Ia hanya bingung apakah Yusuf membatalkan meeting hanya karna menemaninya ke pantai hari ini atau mungkin karna hal lainnya.

"Bukan apa-apa. Ayo! Di sana tempatnya sangat bagus," ajak Yusuf menunjuk ke daerah pantai yang dipenuhi oleh pasir putih. Tidak begitu banyak orang di sana, mungkin karna hari ini bukan hari libur jadi orang-orang sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing.

Amanda menurut, mengikuti langkah Yusuf.

Yusuf membuka jas nya menentengnya di bahu, ia hanya memerhatikan Amanda yang sibuk bermain air di pantai sambil mencari keong-keong di pinggiran pantai. Yusuf benar-benar telah jatuh cinta pada remaja itu, dan Yusuf tidak bisa mengelaknya. Ia tidak bisa diam saja dengan perasaannya, ia harus melakukan sesuatu untuk bisa mendapatkan Amanda.

"PAK … Ayo ke sini …," panggil Amanda mengeraskan suaranya.

Yusuf menurutinya, ia pikir untuk apa Amanda memanggilnya ternyata hanya untuk membantunya memegang keong yang telah ia temukan. "Keong ini kurang menarik, kalau kamu mencarinya di Bali pasti akan banyak yang lebih bagus."

Amanda mengerucutkan bibirnya, sebal. Ia sudah susah payah mencari malah Yusuf memberitahunya kenyataan yang tidak diperdulikannya sejak tadi. "Aku tidak mungkin ke sana," jawab Amanda melanjutkan pencariannya dengan muka cemberut.

Yusuf tertawa, "Kapan-kapan aku bisa membawamu ke sana."

Amanda mengerutkan keningnya, maksudnya untuk apa? Memangnya Yusuf siapanya dia?

"Lupakan!"