"Aaaarrgggghh!"
Penyihir itu berbaring di tanah dan mencengkeram ujung lengannya yang patah, sementara Emery berdiri dengan ujung pedangnya yang berlumuran darah mengarah pada wanita itu.
"Aaarrrggghhhh! Lenganku! Lenganku! Berani-beraninya kau! Aaaaarrggghhhh!"
Penyihir itu menjerit kesakitan, sementara Emery mulai melangkah mendekatinya saat dia mencoba merangkak dan mencari lengannya yang hilang.
"Lenganku ... Lenganku ..."
Emery berhenti tepat di antara wanita itu dan potongan tangannya yang berdarah. Ia pun menginjak bagian yang terpotong untuk memastikan ia tidak bisa menyambungkannya lagi.
"Kau kalah, Maeve!"
Maeve mengangkat kepalanya ke arah Emery dengan ekspresi penuh penderitaan. "Baiklah... Kau menang, kau menang... Tolong, tolong.. kembalikan tanganku."
Penyihir jahat yang menertawakan penderitaannya dan membantai penduduk desa-desa dengan kedok wabah, kini telah berubah menjadi sosok yang jauh berbeda saat menghadapi kematian.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com