webnovel

Penyihir Terhebat Bumi

# Indonesian Internasional Best Selling Author Sejarah ditulis oleh para pemenang, kata mereka. Jika demikian, bagaimana dengan sejarah Bumi, tempat kita tinggal sekarang? Dua ribu tahun yang lalu, seorang anak laki-laki bernama Emery mengalami nasib tragis. Pada nafas terakhirnya, dia dibawa dan diterima di sekolah sihir paling bergengsi di Alam Semesta. "Kamu adalah beberapa orang terpilih dari ribuan dunia manusia. Apakah kamu memegang atau tidak dari kesempatan ini, itu terserah kamu. Kamu berada di Magus Academy, puncak kecerdasan humaniora. Sihir, sains, dan semua kekuatan tersedia bagi mereka yang mencarinya. " [Scan selesai - Afinitas empat element: Air, Bumi, Tumbuhan, dan Kegelapan.] "Acolyte empat element! Hanya satu dari puluhan ribu acolyte yang memiliki ini!" Maka dimulailah perjalanan Emery bersama dengan 4 temannya dari sudut pelosok Bumi. Setiap tahun mereka kembali ke Bumi untuk tumbuh, membalas dendam, menyelamatkan sang putri, menaklukkan dunia, dan menjadi Magus Terhebat di Bumi. Nama mereka masih tertulis dalam buku sejarah kita hingga saat ini. ----- Bisa cek juga versi inggrisnya yg Trending di Global #Earth Greatest Magus atau kunjungi websitenya unutk video youtube dan link discord www.avans.xyz Terimakasih

Avan · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
418 Chs

Live Saving Item

Emery melihat sekelilingnya, berusaha mencari sesuatu, apapun yang bisa membantunya untuk berlari pergi atau setidaknya bertahan hidup dalam situasi ini. Seharusnya, ledakan energi dari Cole akan menarik seseorang atau sesuatu, seperti saat mereka bertemu dengan elf berbaju zirah merah beberapa waktu lalu. Jika tidak ada yang datang, mereka akan mati, persis seperti elf yang tinggal mayat di tanah itu.

"Emery, kalau kau punya benda berharga yang bisa digunakan untuk menyelamatkan diri, waktunya menggunakan benda itu!" Silva berteriak sembari memunculkan sebuah kalung berbentuk segitiga berhiaskan kristal ungu.

Emery hanya bisa tertawa dalam hati. Ia hanyalah bangsawan rendah dari keluarga rendah yang hidup di dunia yang sama rendahnya. Jangankan benda berharga, benda yang mungkin bisa digunakan untuk menyelamatkan diri saja ia tidak punya.

Salah satu elf mengayunkan tongkatnya, menembakkan kilat ke arah mereka.

Silva mengangkat kalung itu, membiarkan kalung itu bersinar dan berkata. "Oh, sang permaisuri ratu, berikan aku perlindunganmu!"

Kalung itu melayang-layang dan melepaskan gelombang energi, menciptakan sebuah perisai berbentuk bola yang membungkus mereka dan menangkis kilat itu ke arah pohon di dekat mereka. Silva memuntahkan darah, namun ia terus menggumamkan mantra, sehingga mereka selamat dari kilat-kilat itu.

"Anak-anak ini… Benar-benar merepotkan…" Elf itu berdecak kesal dan menciptakan kilat yang lebih besar, hingga udara di sekitar mereka terasa seperti bergetar. Bulu kuduk Emery dan Silva seketika berdiri.

Tiba-tiba, langit bercahaya seperti pagi hari, dan bumi bergoncang seakan-akan ada raksasa yang menapak tanah.

Elf yang membawa pisau berkata. "Ezekiel, sudah cukup mainnya. Kalau magus itu muncul, kita tidak akan punya kesempatan untuk kabur."

"Oke, Talaro." Ezekiel berkata dan membiarkan cahaya dari tongkatnya menghilang. Getaran di udara pun menghilang di saat para elf itu masuk ke portal dengan membawa Cole.

Tiga ancaman paling berbahaya sudah menghilang masuk ke dalam portal, namun Emery dan Silva belum terhindar dari bahaya. Dua orc tetap tinggal di sana dan tersenyum keji, sepertinya membayangkan bagaimana membunuh Emery dan Silva dengan senjata-senjata mereka.

Di satu sisi, kepergian para elf itu telah meningkatkan kesempatan mereka untuk bertahan hidup. Namun, di sisi lain, para orc itu juga bukanlah lawan yang mudah. Emery dan Silva telah melihat kekuatan para orc itu, dan pertarungan ini akan sangat sulit.

Emery memandang Mags yang masih tidak sadarkan diri. Sudah jelas, gadis itu kehilangan banyak darah jika dilihat dari kubangan merah yang menggenang di bawah kakinya. Silva tidak berhenti memuntahkan darah, namun akhirnya, ia berhenti menggumamkan mantra, sehingga kalungnya hancur dan menjadi debu.

"Hari ini benar-benar sial! Aku telah menggunakan harta-ku yang paling berharga dan nyaris semua kekuatanku!" Silva mengertakkan giginya dan mengambil pedangnya. "Jika aku tidak terluka, aku tidak akan kabur. Mengapa kau masih di sini?"

"Aku tidak mau meninggalkanmu dan Mags." Emery berkata seraya mengambil tombak Cole yang tertinggal di sana.

Silva mengedikkan bahunya. "Hah! Setidaknya kau bukan penakut! Mungkin masih ada harapan untukmu." Tatapan mata Silva memandang kedua orc itu. "Kalau kita bekerja sama, mungkin kita bisa menang. Battle power-ku 30. Berapa battle power-mu?"

"Sebelas." Emery berkata, tanpa ragu. Silva seketika berbalik dengan mata terbelalak dan mulut menganga.

"Apa katamu?" Tanyanya dengan keras. "Oke, kutarik kembali kata-kataku. Kau ini bodoh. Kita berdua akan mati."

Kedua orc itu berlari cepat ke arah mereka.

"Entangled." Silva berkata, dan akar-akar di sekitar mereka mengikat kedua orc itu, sehingga mereka berhenti selama beberapa saat. Namun, kedua orc itu berhasil melepaskan diri dengan kekuatan mereka. Walaupun ikatan akar itu tidak cukup untuk menyelamatkan mereka, itu cukup untuk memberi Silva waktu untuk meminum sebuah ramuan dari cincin-nya. Silva memberikan separuh ramuan itu kepada Emery dan berkata. "Minum sekarang juga!"

Emery menangkap botol itu dan mencium bau obat yang sangat kuat, hingga perutnya terasa seperti diaduk-aduk. Namun, ia memutuskan untuk tetap minum, merasakan rasa pahit yang seketika hilang saat seluruh tubuhnya terasa sakit.

Emery berguling di atas tanah dan berteriak-teriak, merasakan darahnya seperti dibakar dari dalam. Dari balik rasa sakit yang melumpuhkan itu, ia melihat kulit Silva menjadi bersisik hijau. Tiba-tiba, seluruh indera-nya menjadi tajam, dan ia mendengar suara sungai di dekat mereka serta bau darah yang menetes dari tubuh Mags.

Angin bertiup, dan cahaya emas rembulan bersinar di atas Emery yang berguling dan berusaha bernafas. Rambut serta kulitnya menjadi semakin tebal, bersamaan dengan rasa sakit seperti dibakar hidup-hidup. Kukunya pun semakin panjang hingga mencakar tanah.

[Darah Fey telah aktif]