"hentikan!!! siapa kalian.. kenapa memukul suamiku..." Zara merentangkan kedua tangannya untuk melindungi Aldi yang tersungkur habis menerima bogem mentah.
"kau tanya kelakuan suami nona... apa yang sudah dia lakukan pada putri ku.. putriku hampir mati karena perbuatannya..." Raung wanita yang kepalanya ditutup kerudung, nafasnya tersengal, derai air mata pun tak surut dari sudut netranya.
"dia.. pria tak bertanggung jawab yang sudah membuat adikku hamil!!!" kali ini pria bertubuh jangkung hendak mencengkeram kembali Aldi namun dicegah oleh satpam rumah yang berlari tergopoh-gopoh hendak menghentikan dua orang asing ini.
"a.. apa?? hamil?? siapa?" Zara nyaris tak percaya, selain Aura mungkin kah Aldi mencintai gadis lain...
Zara memandang wajah lebam Aldi, pria itu menggeleng tanda ia sungguh tidak tahu apapun.
"ada apa ini?? " suara tuan Wildan memecah kegaduhan di halaman rumah, berdiri disana nyonya Lia, Olivia dan... Esa dengan wajah pucat
"kami datang kemari hanya untuk meminta pertanggungjawaban putra anda yang sudah menghamili adik saya.."
Tuan Wildan menarik nafas dalam-dalam, kali ini apa lagi ulah si bungsu.
"apa?? mari masuk.. kita bisa bicara baik-baik"
Diruang tamu semua berkumpul untuk mendengarkan penjelasan dari si ibu yang mengaku anaknya sekarang tengah mengandung calon penerus keluarga Wildan.
"maaf katakan anda siapa? dan apa yang harus dipertanggungjawabkan??" tuan Wildan memulai.
"saya Karmila.. ibu Tyas... tuan salah satu putra anda sudah membuat putri saya hamil,, saya sudah mendesak nya untuk mengakui siapa yang sudah melakukan nya,, hiks.. hiks... ternyata putra anda ini yang menelantarkan putri saya..." geram wanita yang mengaku bernama Karmila menunjuk ke wajah Aldi yang terperanjat tak percaya.
"ya.. Tyas yang dulu pernah menjadi sekretaris di perusahaan anda.. saat ini ia sedang mengandung,, pernikahannya harus batal dan sekarang putri saya depresi sampai harus dirawat dirumah sakit...huhuhu..." ucapnya tersedu.
"lalu apa anda yakin bahwa putra saya Aldi yang melakukan..."
Ibu itu menggeleng.
"bukan.. Tyas bilang ia sedang mengandung anak tuan Esa..."
Hufftt... Zara menghembuskan nafas lega,, syukurlah semua hanya salah paham,, tapi.. ia sedikit prihatin pada nasib Olivia yang kini tertegun.
"Esa apa benar yang dikatakan ibu ini..."
Esa segera berlutut dihadapan papinya.
"maaf kan Esa Pi.. semua kesalahanku..."
Kalimat barusan cukup mewakili pengkhianatan Esa kepada Olivia,, wanita yang selalu tampil elegan itu segera meninggalkan ruang tamu, ada ribuan jarum terasa menusuk hatinya. Suami yang selalu berikrar untuk setia meskipun mereka belum dikaruniai buah hati ternyata tega bermain serong di belakangnya. Esa secepat kilat mengejar Olivia yang terlanjur tersakiti.
***
Ruang dengan bau khas rumah sakit itu terasa begitu menyakitkan bagi Olivia, netranya menangkap sosok seorang wanita berselang infus dan perut sedikit menjembul membuat hatinya kian teriris.
Gadis yang dulu hanyalah seorang sekretaris,, cepat atau lambat akan berganti status menjadi madunya. Sungguh ingin rasanya ia pergi saja tidak ingin hasil dari pengkhianatan sang imam keluarga, namun nuraninya menentang, ia ingin bertemu langsung meski hatinya terasa berdarah.
"Tyas mencoba bunuh diri... Untung nyawanya masih bisa tertolong..." ucap Bu Karmila menerawang.
"kami minta maaf atas kejadian ini.." tuan Wildan coba menenangkan hati seorang ibu yang kini tengah hancur "saya akan pastikan kalau Esa tidak akan lari dari tanggung jawab nya.." lanjut tuan Wildan kemudian.. Telinga Olivia terasa panas, dadanya seakan terbakar... rasa cemburu yang membuncah seolah meluluh lantakkan pertahanan nya kini,, ia segera angkat kaki dari ruangan itu,, dari belakang Zara menyusul kakak iparnya.
"kita akan langsungkan pernikahan setelah Tyas sudah pulih.. untuk Olivia nanti kami akan diskusikan kembali" tegas tuan Wildan meski dengan perasaan berat.
Olivia menumpahkan air mata nya di kursi koridor rumah sakit. Zara memeluk tubuh sintal Olivia.. tidak mudah memang menerima sebuah penghianatan.
"katakan Zara... aku harus bagaimana...??huhuhuhuhu.." tangisan itu pecah menahan sesak didada.
"ikhlas kak.. cuma itu..."
"kenapa harus begini cara Esa memberikan keturunan untuk keluarga ini??"
Zara mengusap rambut panjang Olivia, penampilan nya sangat kacau. Tak banyak yang bisa ia lakukan kecuali menjadi tempat wanita yang lebih dulu menjadi menantu di keluarga tuan Wildan itu menumpahkan segala risau hatinya.
Langkah Zara gontai menyusuri tiap koridor rumah sakit, dia sengaja memperlambat laju langkah nya sehingga ketinggalan di belakang, rentetan kejadian tadi pagi sungguh menguras energi.
bruukk!! tubuh Zara menabrak seseorang.
"maaf..." ucapnya tanpa melihat siapa yang di tabrak.
"Zara..?? kenapa disini??" suara yang tidak asing di telinga Zara kini .
"kak Tristan.. hai.. maaf ya.. hari ini aku tidak bisa datang ada urusan mendadak..."
"ya tidak masalah bisa di bicarakan lain kali..."
"sedang apa disini??"
"oh ya.. tadi habis bikin temu janji sama dokter yang biasa merawat Oma... kamu sendiri?"
"ya.. aku.. aku.. ng..." Zara bingung harus Jawab apa.
Tak lama dengan langkah cepat Aldi mendekati istri nya yang terlihat akrab dengan seorang pria.
"ternyata masih Disini..." seloroh Aldi datang tiba-tiba segera menarik kasar lengan Zara..
"auucchhh..." tarikan itu tertahan.
Aldi segera menoleh, ternyata pria asing berwajah tampan dan berpenampilan necis dihadapannya yang menahan lengan Zara satu lagi.
"jangan kasar sama cewek..." ucap Tristan datar,, tatapan mereka beradu seakan ada sengatan aliran listrik ditengah.
"lepaskan tangan istriku!!!" tegas Aldi tak kalah sinis.
Tristan mendengus kasar.
"istri?? apa gaya pacaran jaman sekarang seperti itu..." Tristan balik sinis pada pria yang berwajah lebam bekas pukulan dengan luka disudut bibirnya.
"pacar?? Zara apa orang ini tidak tahu kau sudah menikah?"
Gadis berwajah sendu itu menjawab dengan gelengan.
kedua pria disisi kanan dan kiri menunggu sang gadis yang berada ditengah mengatakan sesuatu.
.
.