Angin malam kian menusuk kedalam tulang,, Tristan meminjam kan jasnya pada gadis yang mulai kedinginan. Mereka masih berada diatas jembatan panjang.
Terdengar bunyi perut dari salah satu mereka. Zara menoleh pada pria yang sejak tadi menemani nya.
"kakak lapar??" tanya Zara polos,, astaga memang sejak kejadian tadi siang dia dan Tristan belum makan apapun lagi.
"ah.. ya.. bisa dibilang begitu..." sahutnya malu-malu.
.
Satu porsi lontong dan sate yang mereka temui dipinggir jalan cukup melegakan perut yang keroncongan, tampak Tristan bersemangat menghabiskan sate dipiringnya.
"kak.. maaf karena aku kakak jadi pergi diacara pertunangan kakak..." ujar Zara merasa bersalah.
"kau bicara apa... tidak usah merasa bersalah begitu.. lagipula sudah berlalu" sahut Tristan dengan senyuman khas dirinya, begitu menawan, pantas saja Widya terkesima pada pria maskulin itu.
Zara tertunduk sedih.
"apaa... kakak sudah mengabari kak Aura?"
"tidak belumm.. aku hanya mengabari Oma.. kenapa?"
"ah.. tidak..." sinar mata Zara mengisyaratkan luka hati nya,, dia ingin tanyakan sesuatu bagaimana kalau nanti Tristan tahu tentang tunangan dan suaminya.... Akh! nanti saja...
"Zara... apa sekarang kau sudah merasa lebih baik...?"
"ya.. lumayan.." angguknya memulas senyum terpaksa.
"apa yang terjadi??"
Mata Zara membulat, ia menghela nafas,, tentang yang terjadi tadi siang apa dia harus cerita kan pada Tristan?
Sulit untuk memberi tahu apa yang ia dengar dan lihat dibalik pintu ruang ganti. tatapan teduh Tristan makin membuat nya mengatup rapat mulutnya. Bagaimana jika Tristan sungguh menyukai Aura, ini akan jadi hal yang sangat melukai nuraninya, tapi jika tidak dikatakan dia takut pria sebaik Tristan akan terjebak pernikahan tanpa cinta seperti pernikahannya dan Aldi!
"eeehh.. maaf kak saat ini aku belum bisa cerita..."
"apa dia mencampakkan mu??" sela Tristan membuat Zara kian merana, lebih tepatnya lagi dia yang akan mencampakkan pria yang tidak mencintai dirinya. Jika memang Aura dan Aldi ingin bersama akan lebih baik sebelum ada pernikahan diantara Tristan dan Aura!
"aku hanya merasa.. bahwa hari ini adalah puncak rumah tangga kami kak.. aku tidak bisa bertahan lagi..." mata Zara kembali berkaca,, ia tahan tangis yang ingin pecah itu, dia tahan semua sesak didada.
"pikirkan saat kau sudah tenang,, kau sedang kalut, pikiran mu sedang kacau,, jangan mengambil keputusan disaat marah.."
Manik bening tak mampu lagi menetes dari sudut matanya. Rasa-rasanya airmata itu sudah kering.
"lalu apa rencana mu setelah ini...?"
Zara menggeleng.. "entah lah kak.. apa aku bisa minta tolong sesuatu....?"
"ya.. apa itu??"
***
Lilin-lilin masih menyala,, hiasan balon,,cake cokelat dan menu makan malam romantis sudah tertata rapi,, ada barisan foto polaroid menghiasi balkon Als cake and resto.
Sang pemilik duduk termenung, menyesali yang terjadi. Dia genggam ponsel nya berharap gadis yang ia kirim pesan segera menjawab.
Tetapi sama sekali tak ada jawaban, bahkan sepertinya ponsel itu pun tidak aktif.
Dimas merasa khawatir dengan sahabat nya yang masih duduk di balkon dengan udara yang dingin, dia sempat melihat drama kejar-kejaran di hotel tadi siang,, mungkin semua ada hubungan nya dengan Aura.
"Al... lebih baik kau pulang saja... mungkin dia juga menunggu mu dirumah.. aku tadi sempat mampir ke apartemen Shanum tapi Zara tidak ada disana..."
Pria bermata elang termenung sejenak.
"ya kau benar..." Aldi beranjak dari duduknya, langkah nya mulai gontai, kali ini dia ikuti saran si Arab.
.
Aldi meraih handle pintu rumahnya, dia berharap gadis bernama Zara memang sudah pulang lebih dulu, ia segera menuju kamar, tapi kamar itu masih kosong, ia coba ke kolam renang karena jika sedang kalut Zara pasti disana,, hasilnya sama!
Kosong!!
Baiklah dia ingat Zara pergi bersama Tristan, jadi hanya Tristan yang tahu keberadaan istrinya.
Beberapa kali ponsel CEO Sempurna Grup ia hubungi tetapi tidak ada sahutan, ia coba menghubungi Jhony asisten Tristan tetapi sama saja,, sejak siang dia juga kehilangan kontak dengan bossnya!!
Amarahnya kian tak teredam,, dia tidak bisa hanya diam dan menunggu Zara kembali, dia harus bisa menyelesaikan semua kesalah pahaman yang terjadi karena ulahnya.
"kau dimana Zara..." lirihnya segera menaiki mobil,,
Dia tahu kemana harus mencari Zara!
.
.