Fajar nyaris menghampiri namun Aldi di sergap rasa tidak tenang, bahkan untuk sekedar memejamkan mata rasanya sulit. Sejak Zara kabur tempo hari seperti nya ia diserang insomnia, dia bisa tidur hanya dua jam dalam sehari, hal ini membuat kantung matanya menjadi agak menghitam Karena kesulitan tidur.
.
Masih terngiang dalam ingatan nya bagaimana ia melihat dari balik tirai senyuman lepas istri nya yang ditujukan pada si dia yang datang sebagai pesaing ulung. Hampir seharian Zara dan Tristan menghabiskan waktu bersama, bukan kah naif kalau diantara mereka tidak ada yang menaruh hati??
Tidak masalah jika hanya Tristan yang suka pada Zara ,, semua akan berbeda kalau si wajah sendu juga punya rasa yang sama. Meskipun sekarang dia dan Zara tidur di satu ranjang belum tentu hati gadis itu sepenuhnya untuk dia!!
.
Perlahan Aldi menyingkirkan rambut yang berserakan menutupi wajah istrinya. Sejak awal dia yang salah, bersikap dingin, mengabaikan, bahkan membiarkan Zara mengambil keputusan untuk berpisah ketika ia sudah menyelesaikan kuliah.
Mungkinkah kini Zara tengah menata hati mempersiapkan diri untuk perpisahan mereka nanti??
Atau mungkin Tristan lah yang akan menggantikan posisi dirinya??
huftt...!! sudah ia katakan pada Zara,, bahwa ia ingin mengulang Semua dari awal... menutup lembaran lama bersama Aura lalu menata masa depan bersama Zara yang secara nyata adalah istri nya yang sah, meski ia terkesan mencampakkan desainer berambisi itu tapi bukankah cinta memang tidak bisa memihak?? lebih baik secara jelas ia selesaikan dari Sekarang sebelum semua makin rumit, ia hanya berharap Aura bisa memahami posisinya saat ini.
Lalu bagaimana dengan Zara sendiri?? seperti apa hubungannya dengan CEO itu??
ah... rasanya ia hampir gila dan bisa-bisa terkena insomnia akut kalau pikiran nya dijejali dengan prasangka tidak jelas kebenarannya.
Lamat-lamat ia bisa merasakan nafas Zara yang berhembus perlahan. Ia peluk kembali tubuh tak berdaya yang jiwa nya kini berada dialam mimpi.
- maaf... aku tidak akan menahanmu jika suatu saat kau putuskan untuk pergi dariku...- lirih Aldi dalam hati menikmati tiap rasa sakit yang menyerang bertubi-tubi. Seharusnya setelah semua yang terjadi ia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi satu-satunya dihati Zara, tapi melihat kebahagiaan Dimata gadis itu saat bersama Tristan membuatnya merasa sangat egois jika tidak memberikan kesempatan untuknya bahagia.
Tubuh Zara menggeliat,, Aldi memberi puk puk agar si dia tetap terjaga dalam tidurnya, ia tidak ingin kehilangan momentum memandang wajah istrinya yang bagai candu. Meneduhkan dan memberikan rasa hangat hanya dengan menatap wajah itu.
.
***
Disisi lain,, seperti Aldi ,Tristan juga kesulitan tidur malam ini. Menghabiskan waktu hampir seharian bersama Zara membuatnya makin sulit melupakan gadis itu. Lagipula ada sesuatu yang menganggu pikiran nya malam ini.
Semua tentang percakapan antara Nanda dan Zara yang tanpa sengaja ia dengar tadi siang. Saat itu ia pamit ke toilet rumah Widya....
.
Letak toilet yang tidak jauh dari dapur membuat ia bisa menangkap keberadaan Zara yang tengah membuat teh.
"jadi sekarang kamu udah balik lagi kerumah suami kamu??" tanya Nanda sedikit berbisik, Zara menyahut dengan anggukan "syukurlah Zara... aku cuma mau kamu sama Aldi baik-baik aja.. "
Zara mengehela nafas, terus mengaduk pada secangkir teh yang gulanya sudah larut sejak tadi.
"makasih ya Nan.. doaian aja aku bisa kuat bertahan sampai waktunya kami berpisah tiba.." tutur Zara kalut, ia hanya bercerita pada Nanda tentang seperti apa hubungannya dengan Aldi.
"kamu pasti kuat kok... aku yakin perlahan Aldi bisa nerima kamu... aku juga Seneng akhirnya kamu bisa ketemu sama ayah yang selama ini kamu cari..."
"ya Nan.. aku seneng sekaligus sedih.. ternyata aku dan kak Aura adalah saudara tiri.." wajah Zara seketika mendung
"kamu harus semangat,, inilah hidup kita harus bisa menerima kenyataan..."
"kamu benar Nan.. paling ngga aku bisa bahagia jika Aldi bahagia meskipun bukan sama aku... " lirihnya dengan mata berkaca.
"udah ah.. stop sedihnya cepetan kerja lagi ntar ngga kelar " Nanda segera mengalihkan pembicaraan segera meminta Zara kembali fokus pada buket nya lagi.
.
Tristan tertegun,, disaat ia ingin belajar melupakan perasaannya, sebuah fakta ia dengar langsung dari mulut si gadis. Rasa penasaran pun menghantui, ia ingin tahu seperti apa pernikahan Zara yang selalu tampil ceria menutupi kenyataan dalam rumah tangganya.
Dari percakapan yang ia dengar bisa dipastikan bahwa pernikahan itu tidak dalam keadaan baik-baik saja.
-apa ini ada hubungannya dengan Aura??- batin Tristan coba menggali ingatan tentang sosok Aura yang ia kenal sebagai sahabat mendiang Bianca.
"astaga kenapa aku ini??! ngga seharusnya aku berharap..." gumam Tristan pada diri sendiri, lalu ia meraih potret Bianca yang masih terpajang di nakas "jika kau masih ada... mungkin aku tidak akan segelisah ini....."
***