Beberapa menit kemudian mereka tiba juga dirumah sakit. Aldi membukakan pintu mobil, alis Zara menyatu,, benar-benar diluar kebiasaan sikap manis suaminya ini.
Mencurigakan menurut Zara...!!!
Tanpa basa-basi Aldi menautkan jarinya disela jari Zara,.
"kau ini kenapa??" tanya Zara heran,, segera saja gadis manis mengenakan midi dress batik itu punya kecurigaan sendiri "apalagi yang kau rencanakan??" tuduh nya penuh intimidasi takut-takut Aldi akan melakukan hal diluar prediksi lagi.
"berhenti mencurigai ku.. " protes Aldi cepat, tentu saja dia sendiri tidak punya tujuan lain kecuali ingin memanasi si Tristan saja. Saat ini ia bisa bernafas lega, sang CEO penganggu tidak menjadi bayangan istrinya. "dengar suamimu ini tampan,, kau harus memegangi ku seperti ini atau aku akan di kira pria bujangan yang masih jomblo!" puji Aldi pada diri sendiri.
Zara membuang nafas kasar, ia memincing kan mata tanda kurang setuju, walaupun sebenarnya ia juga harus mengakui ketampanan suaminya.
Baiklah Walaupun masih tidak mau disentuh oleh Aldi Zara biarkan saja pria dengan dua hati itu menggenggam tangan nya, lagipula jika tidak saat ini kapan lagi ia bisa menikmati indahnya bersama Aldi,, kalau memang hari perpisahan itu akan tiba, saat ini bisa jadi saat yang indah untuk dikenang.
.
Daun pintu kamar rawat VVIP tempat Tyas dirawat tekuak perlahan, pandangan nyonya Lia, tuan Wildan, Esa dan Olivia tertuju pada sepasang suami istri yang baru datang, tangan mereka saling bertautan satu sama lain. Tampak mesra padahal tadi setengah mati Aldi baru bisa menggandeng tangan istri yang sedang ngambek. Terpaksa juga Zara menurut demi membahagiakan beberapa pasang mata yang menatap kehadiran mereka sekarang.
"kalian baru tiba... momy, Sama papi baru mau pulang... " nyonya Lia bangkit dari duduknya memberikan pelukan hangat untuk sang menantu yang disangka tengah mengandung calon cucu mereka juga "nanti lain waktu momy temani kamu periksa kandungan disini ya..." ucap nyonya Lia memulas senyum bahagia,, sungguh Zara tidak sanggup memberikan kebohongan seperti ini. uuuuhhh!! ingin rasanya ia lumatkan si penebar hoax!!
Sementara Aldi mengulum senyum tidak jelas, bisa-bisanya dia tersenyum sementara hati istrinya kebat kebit tak karuan, bagaimana jika semua tidak sesuai harapan...
-awas kau Aldi.....- geram Zara dalam hati.
Tuan Wildan, nyonya Lia dan Olivia pamit pulang,, keadaan sang menantu tertua tidak lebih baik daripada menantu satu lagi yang terbaring di ranjang rumah sakit.
"selamat ya Al.. Zara.. kakak dengar dari mommy kalau kalian juga akan punya bayi kecil.." ujar Tyas memberi selamat,, Zara tersenyum kecut, hari ini semua orang memberi selamat padahal kenyataannya tidak ada!!
"kak Tyas semoga cepat sembuh ya... dedek bayi kamu juga sehat-sehat disana biar nanti bisa ketemu onty.." ucap Zara mengelus perut buncit Tyas.
ah! andaikan sungguhan mungkin dia adalah orang yang paling bahagia, bisa mengandung dan menjadi seorang ibu. Aldi tak henti tersenyum melihat sinar mata Zara yang ceria dan gaya khasnya menghibur orang lain. Karena kelebihan itulah Aldi sangat menyukai istri manisnya. Polos, tulus dan menyenangkan.
***
Raut wajah sumringah Zara kembali mendung, entahlah Aldi tak mengerti apa yang dipikirkan gadis berwajah sendu. Moodnya tiba-tiba berubah.
Mereka sempat mendapat cerita dari Esa tentang kejadian yang menimpa Tyas tadi pagi. Hubungan mereka sedikit rumit, dan Zara mengerti seberapa tertekannya Olivia.
.
Sebelum tiba dirumah Aldi membawa laju Pajero sport nya ke taman komplek tempat mereka tinggal.
"apa yang kau pikirkan...? kau bisa ceritakan semua padaku.." bujuk Aldi tidak kehabisan ide, dia tau Zara suka menenangkan diri di taman jadi ia membawa istri nya kesana.
Zara menundukkan kepala. Semua yang terjadi antara Esa, Olivia dan Tyas seakan menjadi momok ketakutan yang terselip dalam jiwanya,, bagaimana jika Aldi juga memberikan kepedihan yang sama seperti kepedihan yang di torehkan Esa pada Olivia.
"ngga ada..."
"Zara kumohon.. kalau ada sesuatu kau bisa bicara padaku... jangan seperti ini.."
Binar-binar Dimata suaminya memberikan ia sedikit keberanian untuk mengungkapkan apa yang ia takutkan.
"Al... apa.. setelah berpisah nanti aku bisa bahagia??"
Aldi menarik nafas panjang. kenapa harus tentang perpisahan yang dibahas oleh Zara.
"aku.. hanya takut.. setelah kita berpisah nanti aku akan kehilangan kepercayaan diriku.." buliran lembut menetes disudut mata gadis yang kehilangan sinar harapan disana.
Aldi memeluk erat tubuh si hati yang tengah rapuh "kenapa kau bicara tentang perpisahan? apa kau sungguh ingin berpisah dariku???"
Zara tertegun, menjawab dengan gelengan lemah,, entah Aldi tahu atau tidak. Mengingat kejadian di cafe, melihat cinta segitiga Esa, membuat Zara seolah punya gambaran tersendiri tentang nasib rumah tangga nya bersama Aldi, belum lagi kesepakatan yang mereka buat, bahwa setelah selesai kuliah maka mereka akan berpisah.
-Zara.. apa karena Tristan kau mengatakan ini? kalian akan bersama setelah kita berpisah? - lirih Aldi dalam benaknya,,
"semua akan baik-baik saja Zara " ujar Aldi hampa, tiba-tiba ia merasakan nyeri sendiri, sekuat nya ia menahan desakan air mata. Jika memang kebahagiaan Zara ada pada Tristan tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali merelakan. Sejak awal dia yang salah hingga mungkin sulit untuk Zara menitipkan cinta pada dirinya.
"aku hanya ingin kau bahagia Zara.." desis Aldi mengeratkan pelukannya.
***