webnovel

PENDEKAR TAPAK DEWA

Kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan La Kala (Kelompok Merah-Merah) di bawah pimpinan La Afi Sangia makin merajalela. Terakhir mereka membantai penduduk Desa Tanaru beserta galara (kepala desa) dan keluarganya sebelum desa mereka dibumihanguskan. Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana yang sebagian besarnya hangus bersama rumah-rumah mereka. Darah Jenderal Hongli alias Dato Hongli mendidih menyaksikan bekas aksi kebiadaban yang di luar batas kemanusiaan itu. Darah kependekarannya menangis dan jiwanya menjerit. Tetapi ada sebuah keajaiban. Di antara mayat-mayat bergelimpangan ada sesosok bayi mungil yang kondisinya masih utuh. Tubuhnya sama sekali tak bergerak. Sang bayi malang seolah-olah tak tersentuh api walau pakaiannya telah menjadi abu. “Oh...ternyata bayi ini masih hidup,” desah sang mantan jenderal perang kekaisaran Dinasti Ming. Diangkatnya bayi itu seraya lanjut berucap, “Akan kubesarkan bayi ini. Dia adalah sang titisan para dewa. Akan kugembleng ia agar kelak menjadi seorang pendekar besar. Kelak, biarlah dia sendiri yang akan datang untuk menuntut balas atas kematian keluarganya serta seluruh penduduk desanya. Akan kuberi bayi ini dengan nama La Mudu. Ya, La Mudu, Si Yang Terbakar...!” Lalu sang pendekar besar yang bergelar Wu Ying Jianke (Pendekar Tanpa Bayangan) itu mengangkat tubuh bayi itu tinggi-tinggi dengan kedua tangannya. Ia berseru dengan suaranya yang bergetar membahana: “Dengarlah, wahai Sang Hyang Dewata Agung....! Aku bersumpah untuk menggembleng dia menjadi seorang pendekar besar yang akan menumpas segala bentuk kejahatan di atas bumi ini..!! Wahai Dewata Agung, kabulkanlah keinginanku ini...!! Kabulkan, kabulkan, kabulkan, wahai Dewata Agung...!” Sang Hyang Dewata Agung mendengar permohonannya. Alam pun seolah mengamininya. Cahaya petir langsung menghiasi angkasa raya yang disusul dengan guruh gemuruh yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian hujan deras bagai tercurah mengguyur bumi yan

M Dahlan Yakub Al Barry · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
89 Chs

Bab 43. Cerita Dato Hongli

Tubuh keenam penyamum terlempar dari punggung kuda tunggangannya masing-masing, dan saat kemudian Dato Hongli telah duduk kembali di atas punggung kudanya. Dan luar biasanya lagi, Meilin tetap duduk manis di punggung kuda yang tadinya dipakai oleh pemimpin penyamun dan dirinya.

“Pertama kalian sudah diberi pelajaran oleh muridku dan tak sampai membuat kalian cacat, demikian juga aku,”ucap Dato Hongli dengan suara tanpa tekanan, “tetapi jika untuk kali ketiga kalian mengulangi perbuatanmu terhadap calon istri muridku dan keluarganya, maka riwayat kalian tamat!”Lalu berkata pada Meilin, “Ayok, Nak, jalan duluan, aku mengikutimu dari belakang.”

“I...iya, Kek,” sahut Meilin dengan wajah sangat gembira sekali, lalu menyentakkan tali kekang kuda tunggangannya, berbalik arah, dan melarikan hewan tunggangannya dalam kecepatan sedan. Dato Hongli mengikutinya dari belakang.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com