Lagipula, tiga cangkir gelas minuman sudah tersedia di atas meja ruang tamu ini, tiga cangkir teh.
"Apa yang akan kamu lakukan??"
"Aku akan berkeliling dan melihat-lihat isi rumahmu."
"Hah??"
Rasanya dia bukan lagi menjadi seperti seorang guru. Melainkan mereka berdua seperti penjajah secara halus yang akan mengambil alih banyak hal miliknya.
PTEK!
Bunyi petikan jari kedua.
Mereka bertiga di pindahkan lagi ke dalam kamar pelayan-pelayan ini. Kamar ini hanya memiliki dua kasur yang setiap kasurnya hanya cukup untuk satu orang. Bahkan cukup kasihan jika dia harus tidur di bawah, walau di alaskan karpet daripada lantai, itu masih menyedihkan.
"Kurasa ini tidak cukup, ada kamar lain??"
"Eh aku, aku hanya memiliki ruangan bawah tanah, bagaimana jika dia disana??"
PTEK!
Mereka terpindah lagi ke ruang bawah tanah, cahaya yang tidak begitu terang, namun memberikan rasa hangat pada ruangan ini, ruangan yang merupakan ruangan pribadi nya sendiri.
"Bagaimana dengan ini???"
"Kurasa benar-benar tidak cocok! kamu tidak memiliki ruangan lain??"
"Kurasa yang tersisa hanyalah kamar mandi dan toilet."
"Jangan konyol! aku tidak akan membiarkanmu membuatnya tidur di dalam toilet!"
Valerie diam sejenak menutup kedua matanya.
"Guru? apa yang kamu lakukan??"
"Melihat langsung untuk menembus seluruh bagian rumahmu." Katanya sambil dengan mata yang terpejam.
"Ngomong-ngomong jangan panggil aku guru."
Kemudian Aiden memandang Marie yang hanya diam di sana dengan rambutnya yang seperti mulai acak-acakan. Dia bahkan tidak mengerti apa yang di inginkan gadis ini darinya.
"Dapat!"
PTEK!
Petikan jari selanjutnya.
Mereka bertiga berpindah ke ruangan terbaik yang menurut Valerie adalah tempat yang pantas untuk meletakan Marie di sana.
"Apa?? ada apa dengan tempat ini?"
"Tidak banyak ruangan di rumah ini, dan hampir beberapa benar-benar kecil, tidak berguna, dan di penuhi barang, toilet dan dapur bukanlah hal yang pantas, terutama membuatnya tidur di halaman rumah."
"Tapi ini kamarku!"
"Memangnya kenapa? kasur itu sangat besar"
"Hah? ini benar-benar aneh, tidak mungkin aku tidur satu kasur dengan orang lain!"
"Jadi kamu benar-benar ingin menolak perjanjian ini? sayang sekali, kamu tidak akan menjadi murid yang memiliki sihir terbaik."
"Ehh! jangan! biarkan aku memikirkannya."
Oh astaga, ini benar-benar menyebalkan, aku selalu tidak suka di ganggu untuk kondisiku yang suka menyendiri di dalam kamar dengan suasana yang gelap dan dingin. Mengapa aku harus menerima Marie untuk tinggal disini??
Tapi... Aku membutuhkan pelajaran sihir yang lebih jauh untuk melampaui banyak orang, aku tidak ingin di rendahkan lagi. Baiklah aku harus menerima ini, biarkan dia tidur di kasur, dan aku akan tidur di ruang tamu atau sofa yang lain.
Satu menit kemudian...
"Bagaimana??" Valerie bertanya kembali.
"Baiklah! aku akan menerima dan membiarkan dia tinggal di rumahku."
Ketika dia mengucapkan kata itu, Marie segera memandang nya dengan wajah penuh harapan yang sepertinya begitu senang di dalam hatinya.
"Aiden, jadi...Aku bisa tinggal di sini??"
"Mulai sekarang, aku terpaksa mengatakan 'ya' dan jangan berbuat macam-macam pada kedua pelayanku!"
"Dia bisa, dia akan memerintah pelayan dan berbuat sesukanya juga mulai sekarang."
"Hah? kenapa harus seperti itu?"
"Aku yang menetapkan nya!"
"Tapi kamu bukanlah pemilik rumah ini."
"Oh Aiden, sayang sekali, apakah kamu masih ingin membatalkan perjanjian kita??"
"Tidak!! jangan! tolong biarkan aku belajar, aku akan mengikuti apapun yang kamu inginkan."
"Benarkah??"
Valerie bertanya dengan nada seperti mengejek anak kecil yang hampir menangis.
"Sungguh!"
"Ya! aku bersungguh-sungguh."
"Baiklah, sepertinya di sepakati lagi, jika kamu melanggar, aku tidak akan mengajarimu teknik-teknik sihir iblis yang hebat."
Dia benar-benar di ancam.
Valerie akan kembali ke tempat lain yang seharusnya menjadi tugas yang tetap dia jalankan. Tapi Marie masih belum membiarkannya pergi.
"Tunggu, guru~"
"Ya??"
"Aku tidak memiliki pakaian lain selain pakaian sekolah ini. Apakah aku di perbolehkan memakai pakaian biasa milik para pelayan?"
"Kurasa tidak baik, tapi emm, aku memiliki beberapa lembar uang sekarang. Mungkin kamu bisa membeli baju sendiri, setidaknya kamu tidak harus memakai seragam sekolah setiap hari setiap waktu."
"Guru, terima kasih." Sambil tersenyum.
"Sama-sama, tapi tolong, panggilan guru itu benar-benar aneh rasanya jika hanya di antara kita bertiga, bagaimana dengan nama Valerie? itu cukup bukan?"
"Jika itu maumu."
Mulai sekarang, mereka bertiga akan memanggil satu sama lain dengan nama mereka, dan tidak ada lagi nama ataupun gelar di awalan.
Pada akhirnya, Marie berhasil membuat dirinya berada di rumah ini, tinggal selamanya mulai dari sekarang. Berencana mengambil alih rumah secara perlahan, yah walau rumah dan pelayan ini sebenarnya di siapkan olehnya.
Rumah ini adalah rumah yang di ciptakan nya hanya dalam sekejap dengan suatu imajinasi, Semua raja iblis bisa menciptakan dan mewujudkan keinginannya hanya dengan imajinasi dan pikiran, kemudian Wanda dan Eugene bukanlah iblis normal yang lahir sejak awal, melainkan mahluk yang di ciptakan dari tetesan darahnya. Tidak heran jika sifat kedua pelayan ini terbagi dua, satu orang memiliki sifat yang agak blak-blakan seperti dirinya, dan satunya lagi memiliki sifat ramah yang berasal dari sisi baik dirinya sendiri.
Tapi, Aiden tidak boleh tahu tentang identitas dirinya yang sebenarnya. Cukup dengan mengatakan bahwa dia adalah gadis iblis yang berhasil bertahan hidup tanpa siapapun sejak ribuan tahun yang lalu.
Seperti biasanya, hari mulai gelap, dia segera membutuhkan pakaian lain selain seragam sekolah yang di gunakan untuk tidur, itu sangat tidak nyaman dan tidak leluasa. Dia menggunakan teknik duplikasi untuk membuat empat lembar uang ini menjadi lebih banyak lagi.
Mata uang SC, merupakan singkatan dari Scarlet. Lembaran kertas nya yang berwarna merah dan bermacam-macam, mulai dari merah muda, merah yang seperti ungu, dan bahkan merah scarlet yang merupakan kertas dengan angka tertinggi yaitu seratus ribu Scarlet.
"Aiden, aku ingin pergi membeli beberapa pakaian di kota."
"Lalu??? pergi saja."
Dia hanya berbaring di sofa dengan rasa malas yang luar biasa.
"Tapi, aku tidak memiliki teman."
"Ah! aku sangat lelah! dan aku benar-benar malas untuk berdiri dari sofa ini."
"Humm, begitu yah."
Beberapa menit kemudian...
.....
...
Keduanya berjalan di tengah kota. Untuk memenuhi keinginannya, Marie terpaksa harus menggunakan hal di luar fisik untuk membuat Aiden mau berdiri dari sofa dan membuat rasa malasnya hilang.
"Oh, astaga, kenapa aku harus pergi sejauh ini?"
"Kita adalah teman baik bukan? yah kata tepatnya adalah sahabat."
"Kamu berjalan di depan, aku tidak tahu jalannya, aku hanya akan mengikutimu."
Kemudian Marie memegang lengan nya dengan erat, sambil membawa nya maju bersama.
"Tidak, kita adalah sahabat! tetaplah berada di sampingku."
"Kita malah tidak terlihat seperti sahabat jika begini, ini lebih mirip sepasang kekasih."
"Tidak apa, anggap saja aku adalah pacarmu."
PUFFTTTT!!!
Kata-kata dan perasaan yang aneh menyelimutinya, benar-benar membuatnya merasakan hal yang biasa, dia sangat gugup setiap kali harus berdekatan dengan seorang gadis, atau menyentuh tangan mereka.
Keduanya menghampiri tempat bagian perbelanjaan di kota ini, sebenarnya orang-orang akan melihat Marie aneh sebagai gadis yang mengenakan seragam sekolah di malam hari. Begitupun perasaan Aiden.
Walau Marie bisa menciptakan pakaian apapun yang dia inginkan, entah sebuah benang yang menjadi baju, sepotong kain yang menjadi gaun, atau semuanya yang bisa di ciptakan dalam sekejap hanya dengan imajinasi, dia tidak ingin memperlihatkan itu pada Aiden, ini adalah kesempatan untuk membuatnya berjalan berdua di antara mereka lagi, seperti pulang sekolah di hari awal.
Tempat yang mereka kunjungi sekarang adalah tempat yang cukup memiliki kualitas baik dalam produk mereka, pakaian yang lembut, hangat dan bahan yang bagus untuk di kenakan.
Aiden tidak terlalu peduli soal itu, apa yang diinginkan Marie, terserah dia saja, lagipula dia bisa membuat uang itu bertambah dua kali lipat, jadi apapun pakaian yang ada di sana, dia bisa membeli nya sesuka hati.
"Aiden! lihat, menurutmu apakah ini cocok??"
Aiden kemudian melihat dengan wajah yang tidak peduli, dan berkata "bagus" walau tidak ada kebohongan yang di ucapkan. Pada akhirnya, setiap pakaian yang di tanya Marie padanya semua di jawab dengan kata "bagus" membuatnya mengambil banyak baju itu untuk di beli.
Ada banyak pakaian yang di beli Marie, dengan lima belas lembar uang berwarna merah scarlet yang setiap lembarnya adalah seratus ribu SC.
Satu kantong kertas berisi pakaian berada di tangan Marie, dan sisanya yang benar banyak di bebankan kepada Aiden.
"Kenapa aku harus membawa semua barangmu? ini benar-benar tidak adil!
"Kamu adalah pacarku sekarang, kekasihku."
"Siapa yang menentukan itu??"
"Aku, hanya untuk malam ini, tenanglah hahaha"
Karena Aiden setelah beberapa lama berjalan sudah mengeluh lebih dari dua kali, maka Marie langsung membuka jalan di kehampaan yang langsung menembus ke depan halaman rumah Aiden. Itu membuatnya lega, ketika dia kembali melihat pemandangan rumahnya yang begitu tenang tanpa kebisingan tetangga, karena ada dasarnya rumah ini tidak memiliki satupun tetangga selain berdiri sendiri di tengah padang rumput yang seperti tak berujung.
"Huh! ini lebih baik daripada terus berjalan memegang benda sebanyak ini, kenapa tidak dari tadi??"
"Aku melatih kesabaranmu, kamu harus menjadi orang yang penyabar."
"Membosankan."
Setelah masuk ke dalam rumah, Aiden langsung meletakkan semua kantong belanjaan berisi pakaian itu di meja dan segera melompat ke sofa untuk berbaring memenuhi iblis kemalasan di dalam dirinya.