Aiden mengumpulkan keberanian lagi untuk mencoba bertanya di situasi canggung. Perasaan aneh nya yang lain juga adalah guru baru itu yang seperti mengarahkan pandangan padanya sejak awal. Itu aneh.
"M-Marie."
Marie berbalik dengan santai kepadanya dengan respon "hmm?"
"Maaf soal kemarin, perasaanku tidak enak, jadi aku segera meninggalkanmu di bawah dan pergi ke kamarku, aku memang orang yang buruk."
"Tidak apa-apa, lagipula, sampai sekarang aku sudah merasa baik-baik saja."
"Benarkah? Aku sungguh minta maaf."
"Hmm, meski tidak sepenuhnya hatiku baik-baik saja, aku masih menunggu jawaban itu."
"Semuanya~ perhatikan kesini!"
Valerie yang berperan sebagai guru membuat seluruh pandangan menuju ke arahnya. Dia berniat memperkenalkan dirinya pada murid-murid angkatan baru. Mungkin dia jarang terlihat di akademi ini sebagai status palsu guru yang mengajar di kelas empat.
"Baiklah, karena semuanya sudah memperhatikan, aku akan memperkenalkan diriku."
"Valerie Kenynn, usiaku adalah dua puluh sembilan."
Dia terlihat begitu serius dan baik mengatakannya walau kata "Usiaku adalah dua puluh sembilan" hanya sebuah kebohongan. Akting adalah hal kedua yang harus di sempurnakan dalam rencana nya.
"Mulai sekarang, aku akan menjadi wali kelas disini, ada yang ingin bertanya? Silahkan bertanya."
Kemudian gadis bernama Evaleen mengangkat tangannya di keheningan kelas.
"Oh ya kamu, silahkan~"
"Emm... emm... Guru, kamu begitu muda dan cantik, tapi apakah kamu tidak salah mengatakan usiamu?"
"Kuhuhu ... tidak, tentu saja tidak, walau fisikku muda seperti kalian, sebenarnya umurku agak berbeda jauh dari kalian, mungkin emm... berbeda dua belas sampai tiga belas tahun, yah begitulah."
"Sekarang, aku tidak bisa memanggil kalian dengan "Aku, kamu, dia" tulis nama kalian di kertas selembar, lalu bawa kedepan."
Setiap murid menuliskan namanya masing-masing di kertas selembar atau robekan kertas kecil yang rapih dan menuliskan nama mereka masing-masing. Ada sangat banyak nama di meja Valerie sekarang, dia mulai membaca namanya satu persatu, setiap nama yang di sebutkan akan mengangkat tangannya agar Valerie bisa mengenal mereka. Walau hanya akting lagi, Valerie sudah tahu semua nama orang yang ada di kelas ini, bahkan seluruh orang yang ada di akademi ini.
Setiap nama di panggil satu persatu, semua sesuai urutan abjad, tapi semua orang tidak akan menyadari bahwa nama Aiden sebenarnya tidak di sebutkan. Membuatnya heran dan bertanya-tanya. Jika seperti itu, dia dan gurunya tidak akan berkenalan sejak awal.
"Eh? Namaku tidak di sebutkan??"
"Mungkin saja energi sihir di dalam tubuhmu itu terlalu kecil, sehingga guru baru ini bahkan tidak bisa melihat dirimu yang terlalu lemah disitu." Ucap anak lelaki sombong di meja depannya.
Aiden hanya diam dan tidak memperdulikannya, entah berapa banyak kata yang akan di ucapkan, dia tidak butuh saran dari orang lain.
"Mungkin saja, dia sudah pernah melihat atau mengenalmu sejak awal, atau dia pernah bertemu denganmu." Jawab Marie.
"Begitukah? Tapi selama ini aku tidak pernah singgah kemanapun di kota, aku hanya langsung pulang ke rumahku, berada terlalu lama di luar itu terkadang membosankan, aku lebih suka tetap berada di kamarku merasakan sejuknya kasurku."
Poin tambahan adalah, Aiden orang yang pemalas luar biasa, tidak harus disini, dari kehidupan lamanya, malas adalah sifat alami nya yang tidak akan pernah hilang.
Kemudian Valerie menciptakan sebuah cermin di depan seluruh orang, cermin yang panjang dan tipis, berdiri dengan tatakannya.
"Baiklah, sekarang disini ada sebuah cermin iblis, tentu saja cermin iblis yang bahkan tidak bisa retak atau pecah, lihatlah corak yang indah ini, disini aku akan memanggil nama kalian untuk maju kedepan dan menguji seberapa banyak energi sihir kalian, seberapa besar cahaya yang bersinar pada cermin adalah gambaran dari seberapa kuat dirimu, dan setiap dari kalian akan melihat wujud iblis murni kalian masing-masing."
Memiliki nama dengan abjad paling awal itu mungkin juga memiliki sisi lain yang tidak menyenangkan, yaitu nama anda yang akan di sebutkan paling pertama sebagai abjad paling awal.
"Aiden Leonore."
Namaku di panggil paling pertama, tentu saja, itu karena namaku di mulai dari huruf A, oh astaga ... jika saja aku berbakat, mungkin aku akan senang melakukan ini dan menunjukan bakat ku sebagai murid paling awal, tapi ya sudahlah. Apapun yang akan terjadi aku, aku akan menerimanya.
Aiden maju ke depan tepat pada cermin besar itu. Cermin ini berbentuk oval yang memanjang ke atas. Tapi sepertinya yang dia katakan, aura cermin ini memang sangat kuat.
"Bu, apa yang harus kulakukan??"
Uhhhh!!! Dia memanggilku!
Dia berbicara padaku!!
Oh astaga!
Oh astaga!
Ucap Valerie dalam hati, namun panggilan itu sedikit tidak enak dengan kata "Bu atau Bu Guru" sebenarnya dia cukup memanggil dengan nama Valerie saja.
"Bu? Bu guru? Apakah kamu mengkhayal??"
"Emm, yah! Maaf, aku sedikit mengkhayal."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Kamu cukup berdiri tepat di hadapan cermin itu, letakkan telapak tangan kananmu menyentuh cermin itu dan dalam tiga detik, cermin akan menampilkan seperti apa perubahan wujud iblis mu."
Aiden melakukan seperti yang di katakan, telapak tangan kanannya perlahan bersentuhan langsung dengan cermin itu, beberapa detik kemudian, itu bahkan melewati tiga detik dan lebih lama lagi. Semua keheningan melihat padanya seperti tanpa reaksi, lagi-lagi pandangan penghinaan ini semuanya menuju padanya.
Tidak ada aura, tidak ada cahaya, tidak ada apapun reaksi yang terjadi antara kontak tangannya dengan cermin, namun tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang mengalir bagaikan terhubung ke dalam cermin.
Retakan yang berpusat pada sentuhan telapak tangannya melebar dengan kecil dan tidak terlihat oleh siapapun, perlahan dan perlahan menyebar ke ujung cermin. Dan pada akhirnya, retakan menjadi besar dan mengeluarkan bunyi layaknya retakan kaya yang di pukul namun tidak pecah.
Retakan yang sekarang dapat di lihat oleh semua orang tiba-tiba membuat beberapa kepingan kaca terlepas dan berjatuhan di lantai seperti lantai keramik yang meledak dan pecah ke atas di sebabkan perubahan temperatur tanah beserta suhu panas yang meningkat.
Valerie juga terkejut melihat cermin iblis yang hancur untuk pertama kalinya, padahal itu bisa hancur walau di pukul dengan senjata apapun.
Hanya Marie yang diam di posisi paling belakang dengan menghembuskan napas memaklumi, tentu saja beberapa bagian di masa depan termasuk yang ini sudah di lihatnya, alasannya adalah, Aiden tidak bisa merubah wujudnya menjadi wujud iblis sejati, entah itu perubahan wujud untuk pertama kalinya atau lebih dari itu.
Wujud iblis yang sudah pernah dia ketahui pada buku perpustakaan itu sebelumnya. Namun pada akhirnya itu tidak akan terjadi, karena dia bukanlah terlahir sebagai iblis murni, tapi sebagai iblis kutukan, manusia yang di ubah menjadi iblis melalui kutukan.
Dan jika dia berhasil mematahkan kutukan ini, mungkin dia dapat melakukannya. Setiap iblis yang akan melakukan transformasi wujud iblis, adalah dengan memenuhi satu syarat saja, yaitu jiwanya di penuhi kemarahan, kebencian, kesombongan, dan segala macam kejahatan yang membuat beberapa hal itu memicu perubahan iblis pada diri setiap orang.
Tahap kedua akan lebih luar biasa, dimana mereka mewujudkannya dengan lebih kejam lagi untuk terus membunuh, menyiksa dan bertarung dengan kejam.
"Bu? Ada apa ini? Kacanya pecah!"
"Aku tidak tahu."
Tapi dia melirik-lirik sedikit ke arah Marie, menunggu sebuah informasi yang lebih lanjut.
Kemudian sebuah suara terdengar melalui kepalanya, sebuah kata-kata yang mengucapkan "Perbaiki kembali cermin itu, jika gagal lagi, kembalikan dia ke kursinya" Begitulah suara yang di ucapkan.
Dari suara yang agak berbeda dan menyeramkan, seperti suara sepuluh wanita yang berbicara secara bersamaan, sehingga suara itu menjadi ganda dan terdengar menakutkan. Marie berbicara secara telepati untuknya.
"Lakukan!"
Valerie tanpa berkata untuk membalas, dia segera membuat cermin itu kembali utuh, membuat beberapa kepingan kaca dan serpihan-serpihan kecil lainnya terbang ke tempat semulanya dan menyatu dengan sempurna tanpa retakan kecil.
"Dia memperbaikinya!"
Semua murid merasa kagum pada Valerie, memperbaiki benda rusak semudah dan secepat itu. Tapi yang membuat mereka heran adalah, cermin yang di katakan tidak akan retak bahkan pecah, kenapa bisa pecah begitu parah.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?"
Tanya Aiden.
"Lakukanlah sekali lagi, kamu masih memiliki kesempatan kedua."
Kemudian dia kembali meletakan tangannya di permukaan kaca yang sempurna itu, telapaknya menyentuh kembali dengan kaca dan beberapa detik kemudian retak lagi, membuat semua orang tercengang bahkan Valerie sekalipun, keretakan tanpa alasan. Tapi cermin itu memperlihatkan seseorang sekarang, seseorang dengan tanduk yang menjulang ke atas dan seperti mengenakan pakaian hitam beserta beberapa yang mungkin terlihat seperti warna ungu di tangannya.
Tidak ada yang bisa melihat sosok itu dengan jelas, itu begitu kabur. Sampai pada akhirnya, retakan terus berlanjut dan kembali meledak dengan kerusakan yang lebih parah.
CRANGGK!!
Tidak, ini sudah percobaan kedua, dan belum ada hasil yang bisa di dapatkan, sepertinya tidak bisa di lanjutkan untuk yang ketiga kalinya, cermin ini mungkin akan hancur bersama semua bingkai dan coraknya, menjadi berkeping-keping.
"Maaf bu, aku sudah berusaha sesuai kemampuan ku."
"Tidak apa, kami bisa kembali sekarang."
Setelah dia berjalan perlahan kembali ke mejanya, beberapa kata hinaan di lontarkan lagi padanya.
"Dasar murid payah!"
"Tidak berguna, hanya menyusahkan guru baru saja."
"Anak bodoh ini, kenapa dia harus masuk ke dalam akademi ini?? tidak berguna."
Dan ada banyak lagi kata-kata hinaan kecil yang terdengar padanya dan membuatnya begitu tidak senang, diam dan tidak tersenyum, tidak juga marah, wajah datar yang menyembunyikan kesedihan dan mental yang seperti hampir hancur.
Tidak, tidak apa-apa, bertahanlah selama empat tahun lagi, kamu akan berhasil keluar dari akademi ini dan menjadi seseorang yang hebat. Mungkin nasibmu bisa berubah suatu hari nanti, seiring berjalannya waktu.
Valerie akan memperbaiki cermin itu untuk yang terakhir kalinya, sisanya adalah semua murid yang lain, mereka benar-benar berjalan lancar ketika melihat bagaimana iblis sejati di dalam diri mereka yang bisa menjadi wujud transformasi mereka.
Hanya dia sendiri yang tidak bisa melakukannya, pada akhirnya dia mulai bertanya lagi pada Marie di sebelahnya dengan ragu-ragu dan malu.
"Marie, menurutmu, apa yang terjadi padaku?"
"Kutukanmu, jelas kamu adalah manusia yang yang di beri kutukan itu dan akan menjadi iblis selamanya. transformasi wujud kedua hanya bisa di lakukan oleh iblis murni, sedangkan kamu adalah manusia yang berevolusi menjadi iblis melalui kutukan."
"Kamu benar-benar tahu banyak sepertinya."
"Tunggu, kutukan apa yang kalian bicarakan???"
Murid yang duduk di samping dan di depan mereka semua berbalik pada kedua nya yang sedang berbincang di belakang.
Marie tidak menjaga suara nya untuk berbicara dengan kecil, namun dia sebenarnya tidak suka dengan semua orang yang ada di kelas ini, baginya mereka lebih bodoh, tidak ada apa-apanya, tidak berguna, begitu menyedihkan.
"Berbalik dan jangan memandang kemari!!!"
Mata nya seperti bersinar merah terang dan membuat orang-orang ini berbalik kembali fokus menghadap ke depan tanpa perlu memperhatikan mereka, kemudian dia menjentikkan jarinya dan membuat mereka semua tidak akan ingat perbincangannya dengan Aiden soal kutukan atau semacamnya.
Berbicara jujur tidak akan sulit di depan umum, selama dia perlu menghapus lagi setengah ingatan semua orang yang menjadi saksi.