“Airin ... Airin ... Dek! Kamu kenapa?” Andika menggoncang tubuh kurus adiknya.
Airin terlihat kejang, napasnya masih berbunyi, Andika memeluk tubuh adiknya, berkali-kali dia mencium kening dan tangan wanita itu.
Intan yang melihat hal itu, segera menarik Andika.
“Dik... hey!! Tenangin diri kamu. Airin butuh kamu, bimbing dia!”ucap Intan, tangannya mengelus kepala lelaki itu.
“Tan, kita ke rumah sakit sekarang!” Andika berdiri, dia berniat untuk menyiapkan mobil.
Langkahnya terhenti ketika tangannya di pegang oleh Airin, Andika berbalik.
Dia melihat sang adik menatap dengan tersenyum. “Kak, jangan ti— ngg— alin,” ucap Airin dengan napas tersengal-sengal.
Intan berlalu meninggalkan Andika dan Airin, dia ke ruang tamu, mengambil Alquran dan kembali ke kamar.
“Dik, baca ini, tuntun dia, kalau sudah waktunya semoga Airin pergi dengan tenang.” Lembut Intan berbisik di telinga Andika.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com