webnovel

Paradigma

Alissya Belva ,gadis cantik dengan sejuta pesonanya, hari-hari nya berjalan seperti biasa, tak ada senyuman yang pasti , raut wajahnya selalu terlihat tenang bahkan terkesan tak ada apapun yang terjadi , namun siapa sangka jika gadis itu menyimpan banyak hal yang ia simpan rapat-rapat? Semua terlihat berbeda dari sudut pandangnya ,jika orang menilai itu warna biru ,maka ia mengatakan jika itu berwarna merah, bahkan pernah ada yang mengatakan sesuatu itu baik namun justru gadis bermata hazel itu mengatakan jika itu jahat Tentu tanda tanya hinggap pada benak orang-orang di sekitarnya, mungkin hanya beberapa orang terdekat yang tau tentang dunia gadis itu ,dan siapa Alissya Belva sebenarnya. " Nayanika yang tak seindah Asmaraloka" -Alissya-

Sheina_Cth · Romance
Pas assez d’évaluations
2 Chs

Oleander

Mooi, maar dodelijk '

Banyak yang terjadi di dunia ini , namun tentu saja tak semua orang mengetahui tentang itu , seperti hujan yang tengah turun dengan derasnya saat ini . entah , mungkin di tempat lain bukan dingin yang terasa, namun panasnya sang Surya yang justru membuat peluh bercucuran.

Gorden yang tertutup itu terbuka perlahan, Alissya ,  gadis cantik bermata hazel itu sudah terlihat rapi dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuh rampingnya padahal waktu masih menunjukkan pukul 05:45 , apalagi sepertinya hujan masih enggan pergi ,Bandung yang terkenal dengan udaranya yang dingin ,sejak kemarin bertambah berkali-kali lipat sebab hujan yang tiada henti barang sejenak saja

Alissya berjalan ke bagian lain kamar tidurnya , membuka lemari pakaian, lalu tangan kanannya mengambil sebuah sweater hitam  , setelah memakainya, ia langsung menyambar tas beserta ponselnya , melangkah keluar meninggalkan kamar bernuansa hitam putih yang terasa dingin tersebut.

Sampai di bawah , ia menuju meja makan , hanya dia sendiri ,jangan berharap ada momen hangat sebuah keluarga yang sedang sarapan dengan penuh canda tawa , karena itu tak pernah terjadi lagi di rumah sebesar ini sejak 7 tahun yang lalu , sejak kedua orang tuanya memilih kehidupan sendiri-sendiri tanpa memikirkan dirinya, hanya hawa dingin yang terasa di setiap sudut rumah itu , meski masih banyak   pelayan yang di pekerjakan Papanya untuk merawat dirinya dan membersihkan rumah , namun tetap saja , rasanya tetap sama , hampa .

" Non , kemarin tuan telfon ."

" Khawatir katanya , non nggak ada kabar sama sekali ." sambung Bi Asih .

"Kalo khawatir ya pulang lah bi ." jawaban Alissya memang terdengar acuh , namun sorot matanya tak bisa berbohong .

Bi Asih , perempuan paruh baya itu juga paham apa yang di rasakan Alissya , gadis yang sudah di anggap seperti anaknya sendiri ini terlalu menyimpan banyak luka , tak pernah di ungkapkan mungkin , tapi sorot mata tidak pernah berbohong.

" Nyonya juga titip salam , katanya liburan ini non Ica di suruh kesana , rindu mungkin non ." Bi Asih memandang sendu gadis di hadapannya , hidupnya terlalu kosong untuk remaja seusianya, meskipun ada banyak pelayan yang akan menemani , namun tetap saja ,pasti di dalam benak Alissya , ia menginginkan figur orang tua .

" Ica udah selesai bi , Ica berangkat dulu ya ." dia menyelesaikan sarapan lalu berpamitan kepada bi asih .

Cup

Di tutup dengan kecupan di pipi kanan bi asih , Alissya melambaikan tangan , kemudian berangkat sekolah .

" Assalamualaikum bi Asih , jangan kangen Ica ya." Bi Asih terkekeh kecil melihat tingkah laku anak majikannya , sangat manis .

***

Terlihat satpam rumahnya berlari kecil menggunakan payung untuk membukakan pagar saat melihat dirinya masuk kedalam mobil .

" Hati-hati Non jangan ngebut , jalannya licin , semangat ya sekolahnya neng geulis. " kata Mang Didi sedikit berteriak.

" Siap kapten , mang Didi juga semangat kerjanya ,jagain rumah Ica biar nggak ada maling ." ia membalas tak kalah semangat , pria yang berprofesi sebagai satpam di rumahnya ini yang sering ia recoki setiap hari ,tetapi tidak pernah merasa keberatan.

Alissya kemudian melajukan mobilnya membelah jalanan yang terlihat lenggang, mungkin efek hujan yang tak kunjung berhenti membuat mayoritas orang lebih memilih berdiam diri di dalam rumah, suara musik terdengar memecah keheningan di dalam mobil , tak ada ekspresi apapun yang di tunjukkan, sampai sekitar 15 menit , Alissya sampai di sekolah .

memasuki area parkir khusus, ia bisa melihat banyak siswa yang baru saja datang , ia membuka pintu mobil lalu mengambil payung , ia berjalan sendiri tanpa ada seorang teman di sampingnya, namun langkahnya harus berhenti kala netranya tak sengaja menangkap pemandangan menyesakkan di depan sana , di sana , ada adik sepupunya yang baru saja turun dari motor ,di antar ayahnya , sepupunya itu melepas jas hujan lalu memberikannya kepada ayahnya, terlihat interaksi antara anak dan ayah itu yang membuat siapapun merasa iri , sang anak mencium tangan,lalu di balas kecupan sayang di kening oleh sang ayah , setelahnya motor itu berlalu , kemudian gadis rambut sebahu itu berbalik memasuki bangunan tempatnya belajar .

"Gausah di lihat kalau bikin sedih ."

Alissya menoleh kesamping setelah mendengar seorang berbicara , Aidan Aldrige , cowok berperawakan tinggi , bahu lebar tegap dengan alis tebal ,jangan lupakan kumis tipis dan lesung pipi yang membuatnya semakin terlihat tampan dan manis secara bersamaan.

" Dih ,siapa juga yang sedih ." elaknya .

Aidan hanya tersenyum tipis mengacak rambut Alissya gemas , mulutnya boleh berkata tidak , tapi Aidan tau semuanya.

" Ayo , aku anter ke kelas ." Alissya hanya mengangguk , tangan kanannya di gandeng lembut , mereka mulai meninggalkan area parkiran.

Keduanya berjalan menyusuri koridor , banyak pasang mata yang melihat, namun keduanya memilih abai , terlampau hafal dengan perbincangan siswi-siswi disini tentang mereka berdua , hubungan yang sudah berakhir satu tahun yang lalu masih saja di bahas dari mulut ke mulut , banyak yang tidak percaya bahwa hubungan keduanya kandas ,apalagi dengan alasan yang sampai saat ini belum di ketahui siapapun.

' iyalah putus , olang tunangan '

' bodoh '

Alissya memutar matanya malas mendengar gerutuan hantu cadel di sebelahnya.

Namanya vano , hantu yang Alissya temukan saat dirinya pulang dari rumah Naura, karena di tengah perjalanan ia merasa lapar waktu itu , akhirnya Alissya memutuskan untuk membeli jajanan di pinggir jalan , namun saat ia masuk kedalam mobilnya kembali ,ia di kejutkan dengan adanya Vano yang duduk tenang di kursi samping kemudi.

Sejak saat itulah Vano selalu mengikutinya kemanapun , ia juga sedikit bersyukur karena adanya Vano , ia bisa tau mana hantu yang punya niat jahat dan tidak , meskipun hantu cadel satu itu belum mau menceritakan tentang dirinya, tapi Alissya tak mempersalahkan ,mungkin Vano butuh waktu untuk itu.

" Mau kekantin dulu nggak ? " tanya Aidan .

" Ng-."

' iya , ayo ke kantin ca , lo belum kasih gue jatah susu cokelat lho ya ' sela Vano.

"Ck , kita ke kantin deh ." ajaknya agak kesal , ia lupa kalau hantu satu ini maniak susu cokelat, dan Vano setiap hari akan selalu memintanya, itu sebabnya Alissya mempunyai stok susu cokelat di rumah , namun dari kemarin lusa habis dan dirinya belum sempat membeli , untung Vano tidak marah .

Aidan hanya menggeleng maklum , pasti ada hubungannya dengan Hantu yang selalu berada di dekat tunangannya itu , Alissya sendiri yang memberitahu, mungkin orang lain akan berfikir jika dirinya gila karena mempercayai ini , tetapi Aidan sama sekali tidak peduli jika itu berhubungan dengan Alissya, lagi pula untuk apa Alissya membohonginya ?

Alissya segera membayar 2 kotak susu cokelat yang ia beli , dan segera melanjutkan tujuannya ke kelas .

" Kamu belum nyetok lagi di rumah? " tanya Aidan .

"Belum ,ujan terus tiap hari , mager Dan ." jawabnya.

' Lo mah walaupun matahali celah juga tetep magel ' cibir Vano.

"Diem Lo cadel ." Sungut Alissya

' fakta juga '

"Nyenyenye." Vano memandang gadis jadi-jadian di sebelahnya ini sinis , untung saja jatah susu kotaknya lancar , kalau tidak , ia akan mengerjai Alissya habis-habisan

"Udah gausah berantem , nanti aku kerumah sekalian bawain stok nya ." lerai Aidan menengahi .

'wleee'

"Dih ,cakep Lo ? " kesal Alissya .

Aidan yang melihatnya hanya menghela nafas pelan , langsung merangkul pinggang Alissya dari samping dan membawanya segera menuju kelas .

Kelas mereka terpisah , namun masih di koridor yang sama , kebetulan untuk kelas 12 , bagunan sengaja terpisah, mereka harus melewati taman tengah kemudian baru sampai di kelas , Alissya memandang datar taman itu .

Di kursi taman itu ia melihat sesosok hantu perempuan Belanda yang beberapa kali ia lihat di sekolah ini , dengan raut wajahnya yang muram .

"Dia lagi ." bisik Alissya pelan .

mereka berhenti di depan kelas 12 IPA 1 , kelas gadis bermata hazel itu , Aidan menepuk kepala Alissya pelan

"Semangat belajarnya."

saling melempar senyum , kemudian Aidan berlalu dari sana .

Tanpa menghiraukan teman sekelasnya, Alissya mendudukkan dirinya di kursi miliknya , memasang earphone di kedua telinganya lalu membuka novel yang ia bawa , melanjutkan membaca ,tak menyadari sebuah tatapan penuh kebencian milik seseorang.

Atmosfer di kelas tiba-tiba berubah lebih dingin , seorang guru perempuan masuk kedalam lalu menutup pintu kembali , semua hening seperti biasa, sudah menjadi rahasia umum jika guru di depan sana adalah guru cantik yang terkenal akan sikap disiplin dan tak ingin di bantah , itu yang menjadi penyebab kelas 12 IPA 1 menjadi diam tanpa suara

Tapi Alissya merasakan berbeda, atmosfer di kelas lebih terasa mencekam dan menyesakkan baginya , tatapan mata hazel yang teramat dingin itu terus tertuju pada sesuatu yang berada di belakang guru Matematikanya .

'hati-hati ca , ada yang nggak beles '

Alissya mengangguk kecil dengan peringatan yang Vano berikan .

pelajaran di mulai ,semua mendengarkan penjelasan dengan seksama , namun Alissya sedari tadi hanya memperlihatkan gerak-gerik gurunya, sampai saat sang guru berjalan ke arah meja samping ia duduk , sekejap kemudian tatapannya jatuh pada sebuah tato di pergelangan tangan sang guru , sangat samar bahkan seperti tak ada , namun Alissya mengetahuinya .

"Oleander ." gumamnya lirih , sebuah senyuman tipis , tersungging di bibirnya.

***********

" Libur seminggu mau kemana nih ? " tanya Cakra .

" Gue pengen ke pedesaan gitu deh , kayaknya seru ." sahut Naura .

" Kerumah neneknya gio aja ,kan di pedesaan tuh ." usul Cakra .

" Gimana ca ? " tanya Naura kepada Alissya yang sedang fokus melukis .

" Oke oke aja sih , tapi mereka bertiga mau apa nggak ? " jawab Alissya menunjuk ke arah tiga cowok yang sedang asyik bermain basket ,Aidan ,Gio dan Edgar .

Fyi , mereka berenam sudah berteman sejak di sekolah dasar , rumah mereka memang tidak berdekatan, mungkin hanya gio yang akan menjadi tetangga Alissya, karena kabarnya dia sebentar lagi akan pindah ke rumah depan rumah Alissya.

Mereka berenam yaitu , Alissya , Aidan , Naura , Edgar, Cakra dan yang terakhir Gio .

Hanya Alissya yang di kelas berbeda , sedangkan yang lain ada yang satu kelas , seperti Edgar dan Naura di kelas 12 IPA 2 , Aidan , gio dan Cakra di kelas 12 IPA 3 .

Tetapi saat istirahat mereka akan berkumpul di taman belakang sekolah, tempat favorit mereka untuk bercanda bersama .

Saat ini mereka tengah berada di taman belakang rumah milik Alissya, tadi sepulang sekolah mereka memutuskan untuk membantu Gio pindahan , dan setelah selesai , mereka bersantai disini , karena jika di rumah gio yang baru , masih belum ada makanan apapun sedangkan di rumah Alissya banyak , apalagi tunangannya itu baru saja mengisi stok cemilan untuk Alissya.

" Kalian bertiga , sini dulu deh ." panggil Naura.

Mereka bertiga menoleh , mulai berjalan mendekat dengan gio yang memegang bola , keringat bercucuran dari ketiganya , mereka meneguk habis minuman yang sudah di sediakan .

"Ada apa ? " tanya Edgar.

" Itu , gimana kalau libur seminggu ini kita kerumah neneknya gio yang ada di desa ? " usul Naura .

" Gapapa kalau maunya gitu ." jawab Edgar .

" Gimana Yo? " tanya Cakra kepada Gio di sampingnya.

" Ayo-ayo aja gue mah , rumah budhe juga cukup buat nampung kita ." sahut gio menyetujui .

" Berarti fiks nih ya kita ke rumah nenek Lo ? " tanya Naura memastikan .

" Iya Sitii ."

Plakk

"Nyebelin Lo Jamal ." cibir Naura balik .

Edgar menahan tangan pacarnya agar tak lanjut memukul gio lagi , sudah terlampau hafal dengan pertengkaran mereka berdua yang tidak ada habisnya, gio dengan sikap jahilnya dan Naura dengan kesabaran setipis tisu miliknya.

" Kita bawa 1 mobil aja kalau gitu ." ucap Aidan .

"Iya , biar nanti gantian nyetirnya , 3 jam kan dari sini ke Bogor lewat tol? ." sahut Alissya.

" Bener tuh , kita gantian nyetir ." setuju Cakra .

Yang lain hanya mengangguk setuju ,agenda liburan mereka telah di tentukan tinggal belanja kebutuhan mereka selama disana , walaupun pasti ada toko atau semacam itu disana , mereka tetap harus berjaga .

" Bodyguard Lo ikut ca ? " tanya gio , yang ia maksud bodyguard adalah hantu yang selalu menempel pada Alissya kemanapun.

Ya , mereka semua pastinya sudah tau tentang Alissya yang mendadak indigo setelah ulang tahun 3 bulan kemarin ,meski sebelumnya teman mereka ini sudah bisa merasakan sesuatu yang berbeda sejak kecil ,namun mereka tak pernah mengira bahwa Alissya akan bisa melihat hantu .

" ikutlah pasti , dia kan bayinya Ica ." ejek Cakra seakan tau bahwa hantu satu itu pasti disini dan mendengar semua ucapan mereka.

'anjill ngeselin banget temen Lo yang satu ini '

" Ngeselin tapi selalu Lo tempelin juga kan ? " ejek Alissya pelan.

Vano yang mendapat ejekan tak ada habisnya memilih untuk menghilang dari situ , Alissya hanya mendengus geli , pasti hantu satu itu tengah merajuk sekarang ini .

" Tau sendiri tuh hantu kek gimana ." ucap Alissya menjawab ucapan Cakra.

" Yaudah, berarti Sabtu sepulang sekolah ngumpul di sini." perintah Edgar .

Semua mengangguk mengiyakan, kegiatan mereka berkumpul berlanjut sampai malam , sekitar jam 8 mereka satu persatu pamit pulang , sekarang tersisa Aidan yang masih menunggu Alissya mengambil kunci mobil di kamar , mobilnya tiba-tiba saja tidak mau menyala , dan akhirnya Alissya menyarankan untuk memakai mobil miliknya dulu .

" Nih kunci mobilnya, hati-hati ya , kalau udah Sampe rumah kabarin aku ." ucap Alissya.

" Iya sayang , aku pulang dulu ." jawab Aidan , mengelus pipi kanan Alissya lalu memberi kecupan cukup lama di kening gadisnya .

Setelah masuk kedalam mobil , Aidan menurunkan kacanya , membalas lambaian tangan Alissya dengan senyum lembut miliknya.

Alissya yang melihat mobil Aidan sudah tak terlihat segera masuk kedalam rumah, sebelum ke kamarnya ia mampir ke dapur untuk mengambil minum .

" Eh , non Ica butuh sesuatu ? " tanya mbak Titin yang kebetulan ada di situ , mungkin habis memberekan piring dan gelas di taman belakang.

" Ica cuma mau ambil minum kok mbak , di atas habis ." jawab Alissya

" Baik kalau gitu , selamat malam non ."

"Selamat malam juga mbak , Ica keatas dulu." pamit Alissya , mbak Titin mengangguk , setelahnya Alissya berlalu keatas .

Sejak kejadian itu , setiap kali ia melihat mbak Titin , Alissya selalu waspada , bukan karena apa tapi ia tak mau salah memeluk lagi , masalah itu juga semua pekerja rumahnya sudah tau , takut mungkin pertamanya ,tapi sekarang sudah biasa saja .

" Huftt..nyaman banget nih kasur ." Helanya saat tubuh lelah miliknya menyentuh permukaan kasur.

Alissya memandang langit-langit kamarnya , soal liburan Minggu depan , ia sama sekali tak berniat kerumah mamanya di Jakarta, menurutnya untuk apa kesana kalau hanya di suruh menonton keluarga harmonis mamanya yang baru ?

Ya , mamanya memutuskan untuk menikah lagi satu tahun setelah bercerai dengan papanya , dengan seorang duda kaya anak 2 , anak sambung mamanya itu dua tahun lebih tua darinya dan satu tahun lalu kabarnya mamanya melahirkan anak laki-laki setelah tahun sebelumnya melahirkan anak perempuan.

Sementara papanya , masih memutuskan untuk sendiri , menyibukkan diri dengan bekerja di kantor , kalau di rasa papanya itu lebih cenderung masih perhatian kepadanya, hanya waktu saja yang membuat mereka terpisah sejauh ini .

"Setan Lo !! " Alissya berteriak kaget , bagaimana tidak , saat dirinya hendak berbaring menyamping, dirinya di kejutkan oleh sesosok hantu wanita beraut datar sedang melihatnya.

' ya emang gue setan ' jawab hantu wanita itu enteng .

" Ngagetin mulu lo permen ." kesal Alissya.

' nama gue Cindy ya bukan candy ' dengus hantu perempuan itu , Cindy .

"Bodo lah , cuma beda A sama I doang ribet ." jawab Alissya .

"Ngapain Lo kesini ? Tumben ? Kalo nyari Vano, dia lagi gaada ." sambung Alissya memberi tahu .

'udah tau ,dia lagi di rumah Cakra '

" Nempel Mulu tuh hantu sama Cakra , kalo Cakra tau gatau deh gue jadinya gimana."

Alissya menghela nafas untuk kesekian kalinya, ia cukup khawatir tentang Vano yang memiliki ketertarikan kepada Cakra, ia takut jika Vano nekat melakukan sesuatu, tapi untungnya Vano sudah bilang kepadanya jika dia sadar meski masih hidup pun dirinya dan Cakra tidak bisa bersama , jujur saja Alissya kepo dengan masalalu Vano semasa hidup , ia yakin pasti ada hubungannya dengan Cakra ,tapi mengapa Cakra tak mengenal seseorang pun yang namanya vano?

' biarin aja, gue kesini cuma mau bilang , hati-hati sama sekeliling lo , jangan jauh-jauh dari temen-temen Lo , terutama Aidan ' ungkap Cindy

Kemudian hantu itu melayang ke balkon kamar Alissya , bersiap untuk pergi

' ingat , darah emang lebih kental daripada air , tapi darah juga bisa lebih berbisa daripada ular '

Setelah nya hantu perempuan itu menghilang , meninggalkan Alissya yang terdiam merenungi ucapan terakhir Cindy , sehari ini kedua hantu yang ia kenal sudah memperingatkan agar dirinya berhati-hati ,entah apa yang akan terjadi , tetapi feelingnya semua ini pasti ada kaitannya dengan gambar yang baru saja ia lukis tadi sore , Alissya memandang kanvas yang berdiri di sudut kamar .

"Nerium Oleander , si cantik yang mematikan ."