webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
134 Chs

Bab 113

Nicholas, Nathan, Reiga, Hao, dan Putra berkumpul di rumah pohon untuk membicarakan tentang liburan yang akan diadakan minggu ini.

"Gak terasa ya, kita semua udah pada nikah aja," kata Putra.

"Gue sama Hao masih proses lamaran," kata Reiga.

"Iya nih, Niko Lo kapan?" Tanya Hao sambil menyenggol Nicholas.

"Masih mikir," jawab Nicholas.

"Gak sia-sia ya perjuangan Lo dapetin cintanya Lily," kata Nathan.

"Hampir aja sia-sia," kata Reiga.

Yups, Lily dan Reiga resmi bertunangan dua bulan lalu setelah drama panjang yang terjadi di antara keduanya. Hao dan Alexa juga sudah bertunangan seminggu yang lalu. Tinggal Nicholas saja yang status hubungannya masih pacaran.

"Dua bulan yang lalu Lily nangis kejer karena udah tiga tahun pdkt dan satu tahun pacaran, Reiga langsung ngelamar gitu," kata Putra.

"Parahnya lagi sih Lu Put, tiba-tiba datang udah bawa calon pengantin. Gak kenal lagi Gua siapa orangnya," ucap Hao.

"Kita emang udah sepakat sebelum nikah gak bakalan publish hubungan gak peduli apa pun yang terjadi. Karena kalau nanti batal tunangan atau gak jadi nikah gak malu-malu amat lah," kata Putra.

"Tapi nih, dari semua kisah lamaran Lo semua, kisah Gue yang paling epic," kata Nathan dan langsung mendapatkan persetujuan dari teman-temannya.

"Lo gak ada proses saling jatuh cinta langsung nikah. Langsung punya anak lagi," kata Reiga.

"Ehh Gue sama Freya udah saling cinta sebelum nikah."

"Saling cintanya setelah unboxing 'kan?" Kata Nicholas.

"Ya tetep aja! Sama aja itu kita udah saling cinta sebelum nikah."

"Nikah karena apa?" Tanya Nicholas.

"Udah lah Nik, gak seru Lo!" Kata Nathan lalu meminum sodanya dengan kasar.

"Nik Nik, Lo tuh pandai banget ngasih saran orang. Udah lima tahun loh Lo gantungin Raya," kata Reiga sambil geleng-geleng kepala.

"Bener tuh, umur Lo juga udah dua puluh lima, Raya kalau gak salah dua puluh enam ya? Dia lebih tua dari kita semua," kata Hao.

"Masih mikir Gue, takutnya nanti setelah nikah Gue nyesel lagi," kata Nicholas.

"Ngapain nyesel? Kalau udah cinta ma pasti baik-baik aja," kata Hao.

"Ya gimana ya cara jelasinnya? Masalahnya tuh…"

"Apa masalahnya? Ceritain semuanya sama Gue. Gue bisa nuntasin semua masalah percintaan," kata Reiga.

"Masalahnya Gue gak tahu Gue tuh sebenernya cinta atau nggak sama Raya," kata Nicholas. Pernyataan Nicholas barusan membuat semua temannya melotot.

"Jadi selama enam tahun kalian pacaran, Lo gak yakin perasaan yang Lo rasain itu cinta atau bukan?" Tanya Putra.

"Kok bisa sih, Nik? Kasihan Raya bego!" Teriak Reiga.

"Gue juga gak ngerti. Di sisi lain Gue gak mau kehilangan Raya dan disaat yang bersamaan Gue juga bingung sama perasaan Gue. Ahhhkkk!! Susah lah pokoknya kalau di jelasin," kata Nicholas yang sudah mulai frustasi.

"Pastiin buruan perasaan Lo. Gak baik ngebikin Raya nunggu mulu. Awas loh nanti Raya di embat sama laki-laki lain," bisik Nathan.

"Mending kita skip dulu masalah rumah tangganya. Kita bahas jadwal liburan kita dulu yah," kata Nathan dan disetujui lagi oleh teman-temannya.

"Kita mau liburan kemana nih kira-kira?" Tanya Hao.

"Lily bilang dia mau honeymoon ke Paris. Kita ke Paris aja," kata Reiga.

"Lo kira ini liburan khusus buat nikahan Lo apa? Kalau mau honeymoon berdua aja," teriak Hao.

"Papa!!!" Teriak Tania yang berlari menghampiri kelima lelaki itu bersama Sania yang mengekorinya dari belakang.

"Loh udah pulang ternyata. Om sama Tante mana?" Tanya Nathan dan langsung memangku Tania. Sementara Sania sudah terlebih dahulu duduk di pangkuan Nicholas, ayah keduanya.

"Di luar," jawab Tania.

"Papa, Papa kenapa gak nemenin Bunda aja di dapur? Bunda lagi masak tahu," kata Sania.

"Papa kan lagi ngobrol sama temen Papa. Kasih tahu nanti Bunda kita balik malem yah," kata Nathan.

"Balik kemana Pa?" Tanya Tania.

"Balik ke rumah Tania lah," jawab Nathan.

"Sania rumahnya dimana? Hiks…" Sania mulai merengek dan sedikit menangis di pelukan Nicholas.

"Maksud Papa rumah Tania sama Sania. Astaga jangan nangis dong Sania sayang," kata Nathan lalu membelai rambut Sania.

"Sania gak boleh nangis, nanti Om gak izinin Sania main Tante Aira mau?" Kata Putra. Aira adalah nama istri Putra.

"Tante Aira…"

"Iya nanti ketemu sama tante Aira, Tante Aira masih kerja. Makanya Sania gak boleh nangis," kata Putra.

"Cengeng banget anak Gue yang satu ini," gumam Nathan.

"Sania gak cengeng! Huwaa…" Sania makin menangis setelah Nathan mengatakan hal itu.

"Enggak bukan gitu maksud Papa Sania. Sania gak cengeng, yang cengeng itu Om Nicholas, iya Kan Om?" Kata Nathan yang sudah was-was.

"Sania kenapa nangis sayang?" Tanya Freya yang mendengar suara tangisan Sania.

"Bunda, Sania di bilang cengeng sama Papa. Sania nggak cengeng," kata Sania lalu beralih ke gendongan Freya.

"Iya jangan nangis, Papa kan cuma bercanda. Gak boleh nangis nanti cantiknya ilang," kata Freya dan diangguki Sania.

"Dari pada Sania sama Tania ngobrol sama bapak-bapak mending ke depan yuk? Main sama Abang Zayn sama Kak Kanaya juga, gimana?" Tanya Freya.

"Hmm," jawab Sania.

"Nah gitu dong. Ayo Tania ajak Sania main, jangan berantem yah," kata Freya.

Kedua anak itu langsung berlari dan menghampiri Zayn dan Kanaya. Kanaya sudah berumur sepuluh tahun sedangkan Zayn sudah berumur delapan tahun.

"Kamu itu di suruh jaga anak aja gak becus!" Kata Freya lalu meninggalkan Nathan dengan wajah kesal.

"Mampus Lo!" Kata semua temannya. Nathan hanya menghela napas pasrah. Kadang Nathan merindukan masa-masa remajanya, dimana dia masih tawuran, pergi ke club tanpa ada istri dan anak-anaknya.

"Gimana Nath rasanya punya anak? Gue udah lima tahun nikah tapi belum dikasih rezeki," kata Putra. Pernikahan Putra dan Aira sudah berjalan lima tahun, namun mereka masih belum di karuniai seorang buah hati.

"Sabar, pasti ada waktunya. Kali aja Lo masih di suruh nikmatin masa bulan madu Lo," kata Hao.

"Bener banget, kalau udah punya anak jarang punya waktu sama istri Lo nanti. Tanya aja Nathan yang ngalamin langsung," kata Reiga.

"Iya bener juga kalau pikirannya di bawa ke situ. Tapi kan tetep aja pingin punya momongan," kata Putra,

"Sabar, btw Lo tiap malem ngelakuin itu bareng Aira?" Tanya Reiga.

"Ya nggak sih, kasihan Aira capek kerja. Masak malemnya kerja lagi," kata Putra.

"Suami yang baik ya Lo," kata Reiga.

"Buruan deh tentuin kita mau kemana. Malah ngomongin masalah rumah tangga," kata Nicholas.

"Makanya Lo cepetan nikah biar tahu rasanya kaya gimana," ucap Nathan.

"Iya iya besok deh Gue nikah," kata Nicholas.

"Ke Hawai aja gimana?" Usul Hao.

"Gak usah jauh-jauh deh, ayo ke Bali aja," kata Nathan.

"Nah iya ke Bali. Waktu study tour dulu Gue bener-bener jatuh cinta sih sama Bali," kata Reiga.

"Yang paling asik sih waktu Lo kalah taruhan terus harus minum bareng cewek bule di bar. Asli Gue sama Nathan ngakak parah," kata Putra sambil menunjuk Nicholas.

"Untung bulenya pengertian tahu kalau itu cuma taruhan. Jadinya dia gak minta yang aneh-aneh," kata Nicholas.

"Gue sempet tidur sama cewek disana loh. Pas bangun tahu-tahu Gue udah ditinggal sama rombongan sekolah, hal hasil seharian Gue stay di penginapan sementara yang lain pada keliling Bali," kata Nathan.

"Nafsuan sih Lo!" Kata Reiga lalu menoyor kepala Nathan.

"Tapi menurut Gue Nathan gak terlalu bejad loh," kata Hao.

"Kenapa emang?"

"Ya biar pun dia sering tidurin cewek tapi mantan pacar dia cuma satu loh, Bella. Dan dia nikah sama Freya dan itu pun Gue lihat Lo udah di mabuk asmara sama Freya," jawab Hao.

"Gue gak mau ngerusak cewek yang Gue sayang, cuma pas sama Freya Gue dalam keadaan mabuk dan gak sengaja ngelakuin itu," kata Nathan sambil menundukkan kepalanya.

"Tapi jujur Lo seneng kan tapi?" Tanya Putra.

"Jelas lah, waktu awal Gue tahu kalau Freya hamil anak Gue, entah kenapa Gue merasa seneng. Tapi kadang-kadang ya Gue masih sayang aja sama waktu yang kebuang gara-gara kesalahan Gue," ucap Nathan.

"Dia minta restu santai banget," kata Nicholas.

"Gimana dia minta restunya? Dari dulu Gue penasaran," kata Reiga semangat.

"Awalnya Mama sama Papa bilang supaya bayinya di gugurin aja, bukan karena gak suka sama Freya tapi karena Mama sama Papa gak mau kalau Nathan sama Freya ngerasain apa yang mereka rasain dulu. Tapi Freya ngejawab dengan yakin kalau dia bisa rawat bayi itu sama Nathan. Akhirnya Mama sama Papa ngebiarin Nathan nikah asal Nathan bisa ngembangin perusahaan yang emang bakal di warisin ke kita berdua," jawab Nicholas.

"Berarti nanti jabatan Lo di bawah Nathan dong Nik?" Tanya Putra.

"Perusahaan itu udah resmi punya Gue, Niko bakal jadi pewaris Sheri Assosiation bareng sama Nayara sebelum Nayara nikah. Dan Niko juga udah ngembangin perusahaannya sendiri," kata Nathan.

"Niko sih definisi berjuang dari nol sesungguhnya," kata Reiga.

"Kita mah cuma nerusin perusahaan Orang tua doang," ucap Hao.

"Kalau bukan karena status Gue sebagai pewaris Sheri Assosiation juga bakal susah," kata Nicholas.

"Gue ngembangin perusahaan sendiri tapi modalnya dari duit ortu haha," kata Reiga sambil tertawa.

"Bisa ae Lu Rei."

Setelah lama berbincang dan membahas hal yang tidak penting, akhirnya mereka memutuskan untuk belibur ke Bali saja.

"Sayang, nanti kita liburan jadinya ke Bali, gak jadi ke luar negeri," kata Nathan sambil menyetir.

"Iya boleh, btw Raya diajak gak?"

"Diajak lah yakali nggak, Bastian, Gisel, anak-anak semua diajak," kata Nathan.

"Kapan Nath?" Tanya Freya.

"Minggu depan sih, masih ada banyak waktu untuk nyiapin semuanya," kata Freya.

"Aku mau mesen bikini couple ah sama Raya," kata Freya dan membuat Nathan melotot.

"Fey, jangan macem-macem ya kamu," ucap Nathan.

"Kenapa emang kalau pake bikini? Di Bali kan udah lumrah, gak bakal ada yang ganggu kok tenang aja," kata Freya sambil memainkan ponselnya.

"Nggak, pokoknya kamu nggak boleh pake bikini atau baju-baju seksi!"

"Apaan sih Nath? Gak jelas banget kamu tuh," kata Freya.

"Jangan ya sayang aku mohon? Aku gak mau nanti kamu di goda sama Om Om pedo," kata Nathan.

"Iya iya nggak pake deh, tapi gantinya kamu aja yang make gimana?"

"Ihh Fey kamu tuh jahat banget sih. Kalau aku make nanti malah aku yang dikejar sama Om Om pedo lagi. Kamu mau jadi janda karena aku diculik Om pedo?"

"Ya nggak lah Nathan bercanda doang. Yaudah aku gak jadi couplean sama Raya karena kamu gak ngasih," kata Freya.

Nathan dan Freya akhirnya sampai di rumah mereka.

"Andrew, katanya kita mau liburan ke Bali yah?" Tanya Karin.

"Iya, jadinya di dalam negeri aja. Mereka mau nostalgia katanya," jawab Andrew.

"Boleh bawa pacar dong berarti?" Tanya Egi.

"Sesuai arahan yang di kasih sama Bang Jay sih kalau bawa pacar di luar perumahan bayar sendiri," kata Christ.

"Siapa aja yang pacarnya di luar perumahan?" Tanya Andrew.

"Bukan gitu maksudnya. Maksudnya Bang Jay kita liburan pake biaya masing-masing biar gak ada kesalah pahaman. Di dalam maupun di luar perumahan," kata Egi.

"Berarti boleh dong bawa pacar," kata Andrew.

"Iya boleh, berarti Lo bakal ngajak pacar baru Lo ya Ndrew?" Tanya Karin.

"Ya iyalah gak mungkin kan Gue ngajak mantan Gue," kata Andrew.

"Ehh Gue mau beli barang couple ah sama Nayara," kata Karin.

"Kenapa ya kalau cewek pake barang couple itu normal sedangkan kalau cowok yang make pasti pada mikir yang nggak-nggak," kata Christ.

"Padahal kan cowok juga pingin punya barang couple sama bestienya," kata Andrew.

"Kalau itu sih gak tahu yah, coba aja tanya orang pinter," kata Karin lalu meninggalkan ketiga laki-laki itu.

"Lo gak ada niatan gitu tunangan sama Karin? Lo berdua pacaran dari zaman megalitikum," kata Andrew.

"Belum lah, umur kita berdua masih kecil banget. Lagian baru sebulan yang lalu Kak Hao habis tunangan sama Kak Alexa," kata Christ.

"Iya sih jangan terburu-buru juga. Rencana Lo abis kuliah gimana?" Tanya Egi.

"Gue masih mau mengeksplor banyak hal sih sebenernya. Jadi untuk itu belum kepikiran. Masih jauh juga," kata Christ.

"Gue habis kuliah bakal lanjutin ngembangin toko elektronik Gue sampe gede," kata Egi.

"Kalau Gue pingin jalan-jalan keliling dunia," kata Andrew.

"Ngipi Lo!"

"Makanya Lo harus kerja lah."

"Kerjanya sambil keliling dunia, kaya orang tua Gue.

"Nah gitu kan jalan-jalan yang berfaedah. Sukses deh ya kita semua."

Ketiga remaja mengobrol seharian penuh. Entah itu tentang kuliah, masa depan, atau apa pun yang bisa di bahas.

****

Keadaan di toko kue Astrid dan Saka sangat sibuk. Ada banyak pembeli hari itu. Saka dan Astrid sedikit kewalahan melayani pembeli yang terus berdatangan tanpa henti.

"Sak, kayanya kita gak bisa handle sendiri deh pelanggannya," kata Astrid.

"Oh tenang aja, Gue udah nelphone temen-temen Gue buat bantu kita," kata Saka.

Tak berselang lama, Egi, Andrew, Christ, Karin, Nayara, dan William sudah sampai di toko kue Astrid.

"Cepetan pake apron terus bantuin Gue," kata Saka dan diangguki teman-temannya.

Mereka semua lumayan sering membantu Saka dan Astrid jika ada waktu luang. Sebenarnya William tidak di beritahu tadi, tapi dia datang dengan alasan ingin menjaga Nayara. Padahal kerjaan di kantornya masih menumpuk.

"Makasih ya semua udah bantu," kata Astrid sambil menyajikan minuman dan beberapa camilan untuk temannya.

"Iya sama-sama, rame banget yah tadi pelanggannya," kata Karin sambil terus mengarahkan kipasnya kearahnya.

"Semakin hari semakin rame pelanggannya. Presentase keuntungan juga udah lumayan meningkat dari pada bulan lalu," kata Astrid.

"Perasaan Gue gak minta tolong ke Lo deh Will," kata Saka.

"Gue dateng karena Nayara. Gak akan Gue ngebiarin Nayara kecapean," kata William.

"Maaf ya Will udah bikin kesayangan Lo capek. Gue butuh banget soalnya bantuan dari dia," kata Astrid.

"Iya gapapa," kata William dan mendapat senyuman hangat dari Nayara. Padahal sudah enam tahun hubungannya dan Nayara, tapi William tidak pernah merasa bosan setiap ada di dekat Nayara.

"Lo berdua ikut gak liburan ke Bali?" Tanya Egi.

"Gak deh kayanya, kita harus ngurusin toko," jawab Saka.

"Emangnya gak boleh libur dulu yah? Sayang banget kalau kalian berdua gak ikut," kata Karin.

"Lain kali aja kita ikutnya. Ini emang bener gak boleh di tinggal, nanti pelanggannya pada kabur," kata Astrid.

"Iya juga, tapi kalau kalian mau nyusul boleh kok," kata Andrew.

"Kita berdua kayanya gak bisa ikut juga," kata Nayara.

"Kenapa? Lo dilarang sama cowok ini?" Tanya Karin sambil menunjuk kearah William.

"William masih ada kerjaan di kantornya, Gue gak mau ninggalin dia," jawab Nayara.

"Lo pake ilmu hitam apa sampe bikin temen Gue nurut sama Lo?" Tanya Karin.

"Sayang kayanya kamu salah paham deh sama apa yang aku bilang kemarin," kata William.

"Ha?"

"Gini ya Karin Gue jelasin dulu. Gue emang ada kerjaan di kantor tapi kerjaan itu bisa di selesaiin dari jarak jauh. Jadi Gue bisa liburan bareng kalian di Bali. Tapi mungkin waktu yang Gue habisin disana kebanyakan di hotel sama depan laptop," jelas William.

"Jadi kalian ikut? Awas aja ya kalau sampe bohong Gue terror Lo!" Kata Karin sambil menggerakan telunjuknya dari ujung leher satunya ke ujung yang lain.

"Iya Gue janji bakal ikut liburan sama sahabat Lo," kata William.

"Emang nanti kamu gak kecapean kalau kerja sambil liburan, Will? Aku gapapa kalau kita gak pergi sekarang," kata Nayara.

"Heh Nay! Kok Lo ngomong gitu sih? Gak kasihan apa sama Gue Lo? Nanti Gue gak ada temen," rengek Karin.

"Iya gapapa, aku gak mau di marahin sama temen-temen kamu karena kamu gak ikut liburan gara-gara aku," kata William. Nayara hanya mengangguk.

"Nay beli bikini yuk?" Ajak Karin.

"Emang Lo di izinin sama Christ Rin?" Tanya Egi dengan mulut penuh.

"Ehh anjir muncrat semua loh itu," kata Andrew.

"Gue sih gapapa, kalau ada yang berani macem-macem sama pacar Gue, Gue bogem langsung dia," kata Christ.

"Gue juga gak masalah, karena itu hak pacar Gue untuk pake apa pun yang dia mau," kata William lalu ber tos dengan Christ.

"Tuh denger, Gue sama pacar Gue aja kagak sewot," kata Karin.

"Lo semua gak balik apa? Udah malem loh ini," kata Saka.

"Oh ngusir dia nih," kata Egi.

"Wah gak tahu terimakasih dasar Lo," kata Christ.

"Buruan pulang ah Lo semua. Gue mau beres-beres," kata Saka.

"Ya udah Gue pulang ya," kata Andrew lalu pergi bersama yang lainnya.

"Huh, lumayan banget hari ini," kata Astrid kepada Saka yang baru saja selesai mandi sambil menghitung uangnya.

Astrid dan Saka tinggal serumah tapi beda kamar. Agar memudahkan mengelola toko kue nya.

"Bukan lumayan ini udah lebih dari goals kita," kata Saka lalu duduk di sebelah Astrid.

"Lo udah makan belum?" Tanya Astrid.

"Belum lah, orang Lo gak masak hari ini," kata Saka.

"Mesen aja yah? Gue udah capek," kata Astrid.

"Siapa juga yang nyuruh Lo masak? Biar Gue aja yang keluar beli," kata Saka lalu keluar dan mengendarai motor beatnya.

Astrid membersihkan kamar dan juga toko kue nya. Setelah selesai Astrid langsung kembali masuk ke kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur. Sesampainya di rumah, Saka langsung menyiapkan makan malam untuknya dan Astrid.

"Astrid, bangun dulu yuk. Makan dulu," kata Saka sambil mengelus kepala Astrid.

"Ngghhh…."

"Ayo makan dulu gih. Bangun ahh jangan ngebo mulu Lu," kata Saka sambil mengoyangkan tubuh Astrid.

"Iya sabar!! Gue masih ngumpulin nyawa. Duluan aja Lo," kata Astrid.

"Ya udah kalau makanannya habis jangan nyalahin Gue ya Lo," kata Saka lalu keluar dari kamar Astrid. Astrid dengan terpaksa bangun dari tidur nyenyaknya dan menyusul Saka ke ruang tamu.

Rumah mereka tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Berisi satu kamar, dan dapur yang menyatu dengan ruang tamu. Serta warung kecil yang menyatu dengan rumahnya. Astrid tidur di kamar sementara Saka tidur di sofa.

"Beli apaan Lo?" Tanya Astrid dengan wajah lesunya.

"Ya ini yang Gue beli. Nasi goreng sama bakso," kata Saka.

"Banyak banget belinya, emang habis berdua?" Tanya Astrid yang menatap aneh ke arah makanan yang ada di depannya.

"Terserah Lo mau habisin apa nggak, intinya Gue beli nasi goreng buat besok pagi. Lemes Gue kalau gak sarapan," ucap Saka.

"Gue juga deh, mau makan bakso aja sekarang," kata Astrid lalu menuangkan bakso yang ada di bungkusnya ke dalam mangkok.

"Mmm, Bakso Kang Ujang?" Tanya Astrid sambil mengunyah baksonya.

"Baksonya Bu Sri, Kang Ujang udah seminggu ini nggak jualan," jawab Saka.

"Lo yakin gak ikut liburan ke Bali, btw?" Tanya Astrid.

"Kalau Gue ikut emang Lo bisa handle toko sendirian? Atau Lo pingin liburan ke Bali?"

"Nggak, Gue cuma gak mau Lo malah jadi makin jauh sama temen Lo gara-gara bisnis ini. Gue juga gak pernah lihat Lo nyebat lagi sejak dua tahun lalu kayanya."

"Temen Gue gak akan pernah ninggalin dan ngelupain Gue. Buktinya, pas Gue minta bantuan mereka dengan senang ngebantu. Dan juga, Gue udah gak ada waktu lagi buat nyebat," jawab Saka.

"Udah lima tahun kita buka toko ini, tapi baru-baru ini terkenalnya. Emang hasil yang bagus itu butuh perjuangan," kata Astrid.

"Coba aja dari dulu kita udah kenal satu sama lain, mungkin kita udah sukses sekarang," kata Saka.

"Tuhan udah nentuin waktu terbaik kita, kalau kita ketemu dulu belum tentu juga kita bakal jadi kaya gini," kata Astrid dan mendapat anggukan serta senyuman dari Saka.

"Lo sapuin aja dikit lantainya, biar Gue yang nyuci piring," kata Saka. Setelah selesai, Astrid menaruh satu bantal dan selimut di sofa untuk tempat tidur Saka.

"Sak, badan Lo gak sakit apa tidur di sofa terus selama lima tahun?" Tanya Astrid.

"Awalnya sakit, tapi lama-kelamaan nggak kok. Udah lah Lo gak usah mikirin Gue. Gue juga tidur di sini biar sekalian ngawasin toko," kata Saka sambil menata piring.

"Kalau Lo takut atau sakit gitu bilang yah. Kita gentian tidur di sofa," kata Astrid.

"Perhatian banget Lo, tenang aja Gue orangnya gak parnoan kaya si Nayara kok. Udah sana tidur jangan lupa berdo'a," kata Saka lalu merebahkan dirinya di atas sofa.

"Selamat tidur," ucap Astrid lalu menyelimuti Saka dan mengelus kepala Saka sebelum kembali ke kamarnya.