webnovel

ORAZIO

Malam itu menjadi malam terakhir bagi Lesya, dimana hidupnya berjalan dengan normal. Sejak gadis berusia 18 tahun itu membuka mata, semuanya telah berubah. Mulai dari kamar yang terlihat seperti kamar dari kerajaan mewah, sampai dirinya mendapat perlakuan istimewa dari seluruh penghuni istana. Sejak hari itu Lesya dipaksa untuk dipukul oleh nasibnya sendiri. Ia selalu berusaha memecahkan kehidupan apa yang sebenarnya tengah ia jalani. Transmigrasi? Tentunya bukan. Karena, dirinya masih ada dalam raga yang sama. Mereka menganggap Lesya sebagai seorang putri bangsawan kerajaan besar, dan yang lebih menariknya, rupanya gadis 18 tahun itu sedang berada di abad ke-22. Tidak berhenti disitu saja. Lesya semakin dibuat terkejut saat mengetahui jika Arsen, kekasihnya ada di sana, dengan sebuah fakta jika Arsen adalah Pangeran dari Kerajaan Prisam, atau Kerajaan berbentuk Monarki besar yang bisa menghancurkan Kerajaan lain kapanpun itu. Lantas, akankah Lesya berhasil menguak misteri yang sedang ia hadapi bersama kekasihnya?

Leni_Handayani_2611 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
15 Chs

Night Gown

Malam selalu sunyi. Saat itu hujan turun begitu deras mengguyur ibu kota Skotlandia, membuat suasana semakin sejuk dan menyesap kulit. Di tengah kegelapan yang tengah menyelimuti sebuah kamar, Lesya dan Arsen tengah duduk saling berhadapan, dan menikmati cokelat panas yang sempat Arsen buat.

Setelah Arsen terbangun dari tidur yang cukup panjangnya, pria itu segera meminta teman-temannya untuk kembali ke habitat masing-masing.

Awalnya Lesya juga hendak pulang, namun Arsen menahannya dan mengatakan jika ia ingin membicarakan sebuah hal penting, dan mau tidak mau Lesya tetap berada di sana.

"Saat kau tertidur, aku memutuskan untuk kembali ke Istanaku agar kebersamaan kita tidak dicurigai oleh orang lain, terutama oleh King Avery dan Ratu Delfina."

"Namun sesampainya di Istana Prisam, kehadiranku disambut oleh seorang Kakek tua, yang mengaku sebagai seorang Old Wizard."

Old Wizard: Penyihir tua atau penyihir sepuh.

Lesya mengerutkan pelipisnya. "Penyihir?"

Lantas Arsen segera mengangguk. "Iya, dia adalah seorang penyihir dan ternyata dia juga ang menjadi penasehat King Vincent."

"Mengapa kau bisa bertemu dengannya?"

"Oh maksudku, mengapa kau baru bertemu dengannya?" sambung Lesya cepat.

"Ayolah, Queen. Itu bukan pertanyaan yang bergizi."

Lesya berdecak kesal, dan sedikit mengubah posisi duduknya. "Lalu apa yang terjadi? Apakah penyihir tua itu telah menyihirmu menjadi seorang makhluk mitologi yang jelek?"

Arsen menghela napasnya, berusaha sabar dan tidak termakan oleh omong kosong kekasihnya sendiri. "Dengarkan aku," tekannya.

"Aku merasa sedikit aneh pada kehadirannya."

"Maksudmu?"

"Jadi begini, dia mengatakan kalimat ucapan selamat datang, dan bahkan dia juga berkata padaku untuk menjalankan semua ini dengan baik," ungkap Arsen dengan nada yang semangat.

Detik itu juga bola mata Lesya membulat sempurna. Jantungnya berdetak cepat, benar-benar menggambarkan jika gadis 17 tahun itu sedang terkejut.

"Apa itu artinya dia telah mengetahui siapa kita sebenarnya?!"

Arsen mengedikan bahunya. "Tapi kemungkinan besar, itu bisa terjadi."

"Apakah ini semua pertanda buruk untuk kita, Arsen?"

"Kurasa tidak. Dia terlihat tulus, dan patut untuk dijadikan panutan. Bahkan, kehadirannya seolah sangat dihormati."

"Jelas saja. Dia penasehat Raja dan seorang penyihir," ujar Lesya jengkel.

Arsen termenung beberapa menit, sebelum kembali menatap Lesya dengan serius. "Aku baru saja mengingat sesuatu!!"

"Apa?"

"Aku telah menemukan hal aneh di dalam buku yang sempat ku ceritakan padamu itu."

"Apa?" tanya Lesya cepat, termakan oleh rasa penasarannya.

"Setelah aku menghabiskan Bab pertama, aku segera pergi ke Bab selanjutnya, dan di sana, isi nya sungguh jelas berbeda seperti bab pertama tersebut."

"Di dalamnya itu seperti sebuah diary," sambung Arsen.

"Diary?"

"Ya, diary."

"Bisakah kau jelaskan padaku sekarang?"

"Aku akan memperlihatkannya padamu, ketika kita sudah berada di sana."

"Lalu, apa sekarang kita akan tertidur?"

"Kau akan tertidur dalam keadaan seperti itu, huh?"

Lesya ikut mengamati penampilannya, dimana dirinya masih menggunakan pakaian sekolah.

"Aku pinjam bajumu ya?" pinta Lesya

"Tidak!!" tolak Arsen. Sebenarnya Arsen sama sekali tidak masalah jika Lesya menggunakan pakaiannya. Namun, hal itu cukup membosankan.

Lesya berdecak kesal, lalu dengan tenaga yang kuat ia memukul kaki Arsen.

Tentunya Arsen meringis, dan tidak bisa membalas perbuatan Lesya menggunakan sebuah pukulan. Tetapi Ia tidak akan tinggal diam. Ia akan menunggu rencananya berjalan dengan lancar.

Lesya pikir Arsen tidak dendam, huh?

"Cepat pergi ke kamar Mommy, dan minta tolong untuk meminjam baju tidurnya." Sekuat hati Arsen menampilkan ekspresi netral, agar Lesya tidak curiga pada ucapannya.

Dan berhasil!!

Lesya sama sekali tidak menyimpan curiga sedikitpun pada Arsen. Dengan perasaan lugu, gadis itu melenggang pergi menuju kamar Orangtua Arsen.

Di sisi lain Arsen tersenyum kemenangan. Ia yakin malam ini dirinya akan mendapat sesuatu yang begitu mengunggah selera.

Lesya dan keluarga Arsen memang sudah sangat dekat. Bahkan, Selena sudah menganggap Lesya seperti putrinya sendiri. Ditambah Selena dan suaminya sangat menginginkan sosok anak perempuan untuk hadir di keluarga kecil mereka.

Begitu pintu kamar terbuka, Lesya langsung menampilkan senyum tulusnya, untuk menyapa Selena.

"Hai Mom, apakah aku mengganggu tidurmu?"

Selena menggeleng kecil, dan seperti biasa, Ia melemparkan senyum menawannya.

Setiap kali melihat Selena, bayang-bayang tentang Ibu-nya selalu terlintas begitu jelas. Lesya sungguh merindukan kehadiran Orangtuanya.

Apalagi Lesya hanya diberi kesempatan dua tahun untuk memeluk sosok Ibu-nya. Setelah menginjak usia 12 tahun, dunianya seolah hilang dan tidak bernyawa. Selain itu, ayahnya berubah dan Lesya semakin tidak memiliki siapa-siapa.

Sebelum kehadiran Arsen dunianya memang benar-benar tidak terbentuk. Sama sekali tidak ada kebahagiaan yang dapat Ia rasakan. Namun setelah Arsen datang, Lesya seolah menemukan sebuah bongkahan emas di tengah-tengah banyaknya limbah sampah.

"Sama sekali, tidak."

"Apa kau butuh sesuatu?"

Lesya mengangguk. "Aku belum mengganti pakaianku, dan Arsen menyuruhku untuk meminjam baju tidurmu. Apakah boleh?"

"Tentu saja boleh," seru Selena.

"Tunggu di sini, Mommy akan mengambilkannya untukmu."

Selena melenggang pergi masuk ke dalam, dan tidak lama kemudian ia kembali dengan membawa satu buah baju tidur berwarna putih polos.

"Ini, pakailah. Kebetulan Mommy baru saja membelinya, dan Mommy rasa baju ini cukup di tubuhmu."

Lesya mengucapkan terimakasih pada Selena, lalu gadis itu segera kembali ke kamar Arsen dan mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi.

*ceklek

Pintu kamar mandi terbuka membuat Arsen menoleh, dan seketika itu ia terpaku pada Lesya yang telah menggunakan gaun tidur tipis, di atas lutut.

Arsen menelan salivanya kasar. Penampilan Lesya sungguh terlihat seksi hingga mampu membuat libido pria dari seorang Arsen, menguasai pria itu.

"Jaga mata," sindir Lesya, membuat Arsen semakin kalang kabut menahan gairah.

"Arsen, malam ini aku tidak ingin tidur berdua denganmu. Jadi, sepertinya aku akan tidur di kamar tamu saja. Kuncinya dimana?"

Arsen tentunya menolak permintaan tersebut. Ia tidak akan melepaskan Lesya dengan mudah, setelah apa yang telah gadis itu lakukan padanya.

Arsen berdiri, dan menghampiri Lesya membuat Lesya mati-matian menahan gugupnya. Entah mengapa, setiap kali melihat Arsen sedang dikuasai oleh nafsu, jantungnya selalu berdetak cepat. Padahal seharusnya Lesya terbiasa karena ini bukan pertama kali untuknya.

"Malam ini kau sangat terlihat cantik, Queen," ujar Arsen sedikit berbisik tepat di samping telinga Lesya.

Tubuh Lesya meremang, kala Arsen membelai tangannya. Lesya mundur satu langkah, lalu memberanikan diri untuk menatap Arsen dengan tatapan penuh peringatan.

"Mana kuncinya?" ulang Lesya yang sedang mencoba menyelamatkan diri dari terkaman Arsen.

"Tidak. Kau tidak boleh jauh dariku."

Seperkian detik kemudian, Arsen menarik tengkuk Lesya dan mencumbunya dengan penuh hasrat.

Arsen memberi lumatan, gigitan, dan hisapan pada bibir bagian bawah milik kekasihnya. Lesya yang belum siap mendapat perlakuan dari Arsen, memukul-mukul dada bidang pria itu mencoba untuk menghentikan permainannya sebelum semakin jauh.

"Ahh.." Lesya melenguh pelan membuat Arsen menyeringai puas.

Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Arsen segera mendorong tubuh Lesya hingga terjatuh ke atas ranjang.

Sedangkan Lesya yang tidak ingin seperti itu, kembali memberi penolakan pada Arsen, dan lagi-lagi Arsen bisa menahannya dengan baik.

Arsen kembali mencium bibir Lesya sedikit lebih rakus. Tangannya turun ke bawah dan mengusap lembut paha mulus Lesya yang terekpos bebas.

"Ah.. Arsen." Mulut Lesya mulai terbuka, matanya terpejam, dan kepalanya mendongak memberi respon pada ciuman Arsen yang mulai turun pada lehernya.