webnovel

Orang Biasa

Aku orang biasa, memiliki kehidupan biasa, keluarga biasa, dan orang tua biasa. Namun segala sesuatu di dunia tidak ada yang biasa, selalu ada sisi gelap di baliknya. Apa sisi gelapku?

adimaspanji · Action
Pas assez d’évaluations
16 Chs

Rank C

Saat aku selesai dengan permainan tanganku yang membuat wanita di depanku ini keluar, dari arah laki-laki paruh baya dan wanita yang tengah berhubungan badan itu juga mencapai klimaxs mereka.

"Ahhh, Ahhh, Ahhh. Aku keluar" Laki-laki itu berteriak sembari menghantamkan naganya semakin ke dalam di tubuh wanita itu. Wanita itu juga mengerang karena mencapai klimaxsnya bersamaan dengan laki-laki itu. Perlu di ketahui, laki-laki yang tengah bermain itu adalah pemilik dari gedung ini yaitu Saifun.

Setelah dia membersihkan dirinya dia memakai kembali celana yang tadi di lepas dan menghampiriku yang masih memangku wanita yang masih lemas karena klimaxsnya tadi. Dia memandang sedikit ke arah wanita yang berada di pangkuanku dan menyeringai sambil berkata.

"Oh sial. Setiap kau ke sini, kau selalu mencuri 1 gadisku" Keluhnya sembari mengambil kursi lain dan duduk di depanku. Aku mengangkat bahu dan mengabaikan tuduhan yang di arahkan kepadaku.

"Mau bagaimana lagi? Aku lebih menawan dari pada laki-laki lain mungkin?" Jawabku dengan seringai. Mendengar jawabanku dia hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Ngomong-ngomong apa yang membuatmu kemari?" Dia bertanya saat tangannya juga bermain dengan payudara wanita yang sudah kembali berpakaian dan duduk di pahanya.

"Retoris" Kataku.

"Kau sudah tau apa yang aku butuhkan. Kenapa masih bertanya?"

"Yah apa salahnya memastikan?" Katanya.

"Jadi apa dia di sini?" Tanyaku kembali. Saat aku bertanya aku menggerakkan tanganku ke arah selangkangan wanita di pangkuanku dan mulai membelai lubang kenikmatannya. Saat tanganku menyentuh bibir lubang itu, dia mulai mengerang dan mendesah dengan keras.

"Ahh, ahh, ahh. MMppphhh" Dia mengerang dan mencoba menahan erangannya saat dia melihat tuannya di depanku ingin berbicara. Aku menekan kepalanya ke leherku untuk menginstruksikannya agar menahan suaranya dengan menghisap leherku. Tanpa lama-lama, dia langsung menghisap kepalaku membuat suaranya tertahan.

"Aku bertany-tanya. Apa sebenarnya yang membedakan jarimu dan jariku? Bagaimana bisa saat kau menyentuh wanita dia bisa merasakan kenikmatan" Dia bertanya dengan bingung saat dia juga mulai membelai lubang kenikmatan wanita yang di pangkunya.

"Kau tau, itu rahasia perusahaan. Hahaha" Jawabku dengan tawa lepas. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan mengabaikan tawaku.

"Informasi yang menyangkut pelanggan yang masuk ke kamar vip di gedungku ini sangat mahal kau yakin dengan apa yang kau tawarkan kepadaku?" tanyanya memastikan. Aku menggelengkan kepala dengan senyum mengejek saat aku membalasnya.

"Aku tak pernah menarik kembali perkataanku. Saat aku bilang akan memberikannya, aku akan memberikannya" Jelasku dengan ekspresi serius.

"Hahaha. Baik, aku akan memberikannya kalo begitu"

"Dia ada di lobi lantai vip tengah bermain dengan teman-teman orang kayanya"

"Baiklah kalau begitu, aku akan menyapanya dulu. Untuk masalah ini aku harap mulutmu tak membocorkan sekecil apapun informasi. Atau kau tau sendiri apa yang akan terjadi"

"Kau mengancamku?" Dia membalas perkataanku dengan ekspresi serius terlihat di wajahnya yang sudah terlihat keriput itu. Aku hanya berdiri dan menatap matanya sembari sedikit tersenyum.

"Kau yang paling tau aku mengancam atau tidak" Saat aku selesai dengan kata-kataku aku mengeluarkan tekanan ke sekelilingku yang membuat kedua wanita yang berada di dekatku dan wanita yang di pangkuannya pingsan seketika. Saifun yang berada di depanku seketika terdiam dan aku melihat tubuhnya sedikit mengigil karena tekanan yang aku keluarkan. Melihat hal ini aku hanya tersenyum dan menarik kembali aura yang aku keluarkan.

"Jangan kau fikir aku tak lagi aktif dan kau bisa berbuat macam-macam di hadapanku. Ketahuilah posisimu dan jangan membuat lelucon yang tak menyenangkan"

"Haaah, kau tak biasanya tidak bisa di ajak bercanda" Setelah mengucap beberapa kata-kata kosong aku menginggalkan ruangan itu untuk menuju ke ruang vip yang di sebutkan olehnya tadi.

"Oh dan untuk pembayarannya akan di selesaikan 10 perintah tuhan. Sampai jumpa lain kali lagi"

Aku lalu keluar dari ruangan itu dan mulai berjalan ke sebuah lift yang berada di ujung lorong, lift terbuka dan aku memasuki lift itu dan memilih lantai lobi vip gedung ini. Setelah menunggu beberapa saat lift berhenti dan terbuka. Saat aku melihat lantai tempat lift itu berhenti itu menunjukkan lantai 4 yang merupakan lantai tempat seorang bangsawan atau keturunannya berkumpul. Orang yang baru memasuki lift sangat aku kenal karena dia adalah teman seangkatanku di sekolah bima sakti.

Dia tak lain adalah keturunan langsung dari kepala keluarga naga biru. Dan adalah anak satu-satunya dari kepala keluarga itu. Ayahnya sangat menyayangi anaknya hingga saat berumur 10 tahun ayahnya membeli esensi darah naga biru dan memandikannya ke anaknya itu, membuat darah seorang naga asli mengalir di tubuhnya.

Akibat dari hal itu kekuatan tubuhnya meningkat sangat pesat membuatnya sangat unggul di bidang seni beladiri. Namun sayangnya bakatnya dalam seni beladiri sangat rendah membuatnya kalah dalam final melawan Paula. Meski saat pertandingan awal Paula sempat tersudutkan namun di pertengahan pertandingan Paula mulai membalikkan keadaan karena staminanya sangat terbatas karena ritual itu.

Saat dia masuk ke ruangan, dia memperhatikanku untuk sesaat sebelum mengabaikanku dan berdiri di depan pintu. Dia memilih tombol lobi vip yang mana tujuan kami adalah sama.

Setelah itu lift membawa kami ke tujuan kami tanpa ada hambatan di sepanjang perjalanan. Saat lift di buka, dia langsung keluar dan menuju ke suatu tempat, mungkin untuk bertemu dengan teman-temannya. Lantai vip yang baru saja aku masuki adalah sebuah lantai khusus untuk tamu vip bersenang-senang, ada lagu dj yang tengah di putar memenuhi ruangan dimana dj yang tengah memainkan lagu telanjang dan tak memakai sehelai pakaianpun di tubuhnya. Sedangkan banyak remaja atau oramg dewasa yang tengah berdansa ria di tengah ruangan menikmati alunan musik yang di sajikan dj yang telanjang itu.

Aku lalu keluar dari lift dan mencari kesekeliling ruangan, meski ruangan itu sangat luas aku dapat menemukan target yang tengah aku cari dengan sangat mudah.

Orang yang tengah aku cari sedang berada di tengah lantai dansa dan sedang menari dengan riang bersama beberapa teman-temannya. Aku yang melihat hal tersebut hanya tersenyum dan berjalan ke arah bartender.

"Orange vodka 2 tolong"

"Segera tuan"

Sembari menunggu bartender menyiapkan minuman yang aku pesan aku mengamati gerakan dari orang yang aku cari, selain dari menari dengan bebas dan sesekali bercumbu dengan teman-temannya, tak ada hal lain yang dilakukan olehnya.

"Ini dua Orang vodkaa anda tuan"

"Hmm, terima kasih" Saat aku mengambil 2 minuman yang aku pesan aku melambai dan memamggil karyawan yang tengah berjalan ke arah belakang. Melihat lambaian tangaku pelayan itu dengan cepat menghampiri dan sedikit menunduk di hadapanku.

"Apakah ada yang bisa saya bantu tuan?"

Kau lihat wanita yang memakai tang top warna oranye dan berambut pirang di sana?"

"Ambil minuman ini dan berikan kepadanya. Beri tau juga ke dirinya bahwa aku yang memberikan minuman ini"

"Baik tuan" Setelah itu, pelayan tersebut mengambil 1 gelas vodka dan membawanya ke wanita itu.

Seperti berada di dunianya sendiri, wanita itu menari bersama teman-temannya dan bersenang-senang. Tak lama kemudian seorang pelayan perlahan menghampirinya dan menyerahkan minuman yang dia bawa kepada wanita itu.

"Miss? Ini adalah minuman yang di belikan sesorang kepada anda"

"Huh kepadaku? Kalau boleh tau mana orangnya?"

"Yap kepada anda. dan untuk orang yang memberikan..." pelayan itu berhenti dan sedikit memiringkan tubuhnya dan mengangkat tanganny ke arah Rifki yang tengah duduk santai di depan bar menikmato vodka yang dia pesan.