Sudah hampir dua jam lebih panggilan telepon terhubung, dua jam itu pula Sean dibuat muak mendengar tangisan dari sebrang sana. Iya, Sean sedang menelepon Reva. Niatnya hanya sebentar, namun gadis itu enggan mematikan, bahkan tangisannya semakin kencang tidak karuan.
"Reva dengarkan saya sebentar."
'...'
"Kalau saya harus pergi bagaimana? Dalam jangka waktu yang lama."
'K-kamu ... k-ka-kamu mau ke mana?'
Sean menghela napasnya perlahan.
'Ke mana?'
"Ke mana aja yang penting saya tenang. Semakin lama saya di sini, saya bisa gila."
Terjadi jeda kembali, karena Sean masih asik menatap layar laptopnya. Banyak sekali email masuk dari Fian, dan itu semua berisi pekerjaan yang deadlinenya tidak lebih dari seminggu. Banyak kepergian Sean tertunda, bahkan Fian sudah mengirim jadwal barunya.
'Sean, kamu tau?'
"Engga, saya ga tau."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com