"Yahh, hujan!"
"Kalau begini mana bisa kita jalan-jalan?"
Sean yang sedang menyesap kopi langsung menoleh ke arah samping. Melihat keruwetan Reva, membuat otak Sean ikut Ruwet tidak karuan. Setelah dari makam, setelah makan banyak do kafe, Sean memang mengajak Reva untuk pulang. Awalnya Sean mengira Reva akan menolak, dia ingin tetap pulang. Tetapi dugaan Sean salah, gadis rusuh itu memilih ikut Sean ke apartemen.
Kali ini, bolehkan Sean menaruh harapan? Harapan kalau Reva tidak akan membuat ulah atau tercetus ide gila buat menjauh lagi. Cukup satu bulan kemarin, kali ini Sean tidak mau. Sean juga senang selama Reva di sini, senyum dan tawanya selalu menghiasi tanpa henti. Ya walaupun Sean tahu kalau dalam hati dia sedang kalang kabut.
Selepas pulang, Sean memang berjanji untuk jalan-jalan. Tetapi nyatanya semesta tidak mendukung, gemuruh petir dan hujan deras langsung turun tanpa aba-aba. Sean melirik lagi wanita yang kini berdiri di depan jendela.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com