webnovel

Damn It! (2/8)

"Jadi anda benar adalah adik dari Alexander Tristan Atres?" Mata Jane mengarah pada laki-laki yang memberikannya pertanyaan, tanpa sengaja mata bulatnya-Jane baru mendapati sosok laki-laki yang dikenalnya diruangan ini.

'Sialan! Bagaimana bisa Shitt!'

Bobby tersenyum hangat pada Jane membuatnya-Jane syok berat sekarang, bagaimana bisa yang menidurinya semalam adalah bawahannya-artis di kantornya? Ini gila!

'Damn you bitch Jane, catch you!' Seperti itulah Jane sekarang sedang memaki-maki dirinya sendiri sampai akhir hayatnya.

"Jane? Kau baik-baik saja?" Jane baru sadar dari keterkejutannya yang berlangsung beberapa menit karena mendapati Bobby yang dari tadi sibuk tersenyum menggodanya.

Dan lagi bagaimana bisa dia-Jane baik-baik saja? Wajahnya saja sudah berubah pucat, tubuhnya terasa dingin karena ini pertama kalinya dia-Jane melakukan seks bukan dengan kekasihnya dan lebih parahnya lagi laki-laki itu satu kantor dengannya. Ok, Jane jera sekarang, dia bersumpah tidak akan pernah melakukan one night stand lagi seumur hidupnya.

"Hm, aku baik" sambil tersenyum kikuk, kakinya lemas jujur saja.

"Jika kau belum sehat kau bisa pulang cepat hari ini sekretarismu bilang kau kurang sehat, lagipula wajahmu terlihat pucat, sebaiknya kau tidak perlu memaksakan diri, akan ku kabari kakakmu jik-"

Lin-sekretaris Jane memberitahu Ming-CEO jika Jane sakit sebenarnya itu bohong mengingat karena Jane yang terlambat atau mungkin tidak datang ke acara rapat pertamanya dan Lin yang tidak memiliki nomor ponsel Jane berinisiatif menolong Jane untuk mencarikan alasannya agar Jane tidak dijatuhi hukuman ataupun penambahan masa hukuman yang malah membuat Jane semakin terlihat kacau. Ahh ingatkan Jane untuk membelikan apapun keinginan Lin setelah ini karena telah membantunya kali ini, teman yang berguna.

"Aku baik sungguh, kau tidak perlu menghubunginya-Alex, maafkan aku" Jane tersenyum berusaha menghilangkan rasa syoknya.

"Mengenai pertanyaan tadi, iya memang benar Alexander Tristan Atres adalah kakakku" Semua orang diruangan menatap berbinar-binar melihat gadis yang berdiri dihadapan mereka adalah keluarga Atres-adik dari pengusaha kayaraya yang sangat terkenal, banyak berdecak kagum dengan mulut setengah menganga karna kabar itu memang benar bahwa si bungsu dari keluarga Atres adalah gadis cantik luar biasa yang sekarang sedang berdiri dihadapan mereka. Jika saja ada yang bilang tidak ada manusia yang sempurna maka kalimat itu tidak berlaku jika diumpamakan dengan seorang Jane Atres.

Bobby tidak melepaskan tatapannya dari Jane barang sedetikpun, bibirnya terus tersenyum dan menatap intens Jane, dia-Bobby terus memperhatikan bagaimana gerak gerik Jane dan cara Jane berinteraksi diruangan ini dengan menjawab beberapa pertanyaan orang yang penasaran dengan dirinya-Jane.

'Jadi itu alasanmu tidak mau untuk pergi kehotel, aku tahu siapa kau sekarang wajar saja aku tidak asing dengan wajahmu, tapi hal itu malah membuatku semakin tertarik denganmu namun, kali ini berbeda bukan karna nama Atres-mu melainkan melihatmu berdiri seperti sekarang, hal itu begitu berbeda dengan dirimu yang semalam, sekarang kau terlihat sangat profesional Jane' inner Bobby berdialog sendiri mengagumi Jane yang mampu menyita perhatian semua orang diruangan.

Setelah perkenalan singkat Jane, Tuan Minga-CEO melanjutkan pemaparannya pada rapat yang kali ini ia pimpin.

Setelah lebih kurang hampir 2 jam lamanya akhirnya rapat selesai dan pengambilan keputusan akhir akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.

"Baiklah aku rasa cukup pertemuan kita hari ini, semuanya silahkan bubar" ucap Tuan Ming selaku pemimpin rapat hari ini, semua anggota rapat bergegas membereskan barang-barang mereka diatas meja.

"Jane, kau boleh pulang jika mer-"

"Aku baik terima kasih dan emm.. kumohon tolong jangan bilang pada Alex jika aku terlambat hari ini" Jane memberikan jurus andalannya puppy eyes sehingga membuat lawan bicaranya lemah.

"Baiklah, aku tidak melaporkan apapun padanya tapi kau harus menjaga sikapmu, apa kau mengerti?"

Jane tersenyum hangat "terima kasih" wajahnya bersinar lagi, padahal dia sempat pucat pasi tadi.

Jane mengusap wajahnya agak kasar, tidak perlu takut make up nya akan luntur atau berantakan, karena make up yang di gunakan Jane kan bukan sembarangan.

"Jane, are you okay?" Suara yang lumayan familiar ditelinganya-Jane, dengan malas dia mendongak kesumber suara.

Sebenarnya Jane kaget karena tinggal dirinya dan Bobby yang berada diruangan, semua orang sudah keluar ruangan tanpa dia sadari, karena setelah bercakap ringan dengan Mr. CEO ia sedari tadi hanya sibuk memijit pangkal hidungnya untuk mengurangi pusing karena syok berat melihat Bobby yang berada satu kantor dengannya.

"Menjauh dariku, aku tidak mengenalmu" Jane bangkit dari kursinya, ya satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya sekarang adalah berpura-pura tidak mengenal laki-laki ini.

Bobby mencekal tangan Jane saat Jane hendak berlalu meninggalkannya, Bobby membalik tubuh Jane dan menghimpitnya didinding, tangannya-Bobby mengukung penuh disisi kepala gadis didepannya.

"Jangan berpura-pura, aku tidak suka sandiwaramu, aktingmu buruk Jane" tanpa melepaskan tatapan tajamnya dari wajah datar lawan bicaranya.

"Aku tidak mengenalmu, mungkin Jane yang kau maksud bukan aku" Jane menjawab dengan santai layaknya berperan di drama-drama menjijikkan yang tidak disukainya.

"Oh benarkah? Aku kira itu kau, aku meniduri wanita cantik semalam dan wajahnya yang kufoto sedang tidur diatasku itu sangat mirip denganmu" spontan mata bulat Jane terbelalak.

'Sialan! Menyesal aku menganggapnya laki-laki baik yang langka, dia begitu menyebalkan'

"Kalau begitu maafkan aku Mrs. Atres" Bobby melepas kukungannya dan membalikkan tubuhnya untuk berlalu namun dengan cepat Jane menarik tangan Bobby.

Bobby tersenyum menang, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap wanita yang menggenggam tangannya. "Eh? Ada apa Mrs Atres?"

"Apa maumu B?" Datar tanpa ekspresi begitulah Jane sekarang.

"Apa maksud anda Mrs. Atr-"

"Berhentilah memanggilku seperti itu, memang benar aku adalah wanita yang kau tiduri semalam, aku Jane yang semalaman mendesah bersamamu didalam mobilku, diparkiran club, apa kau sudah puas mendengarnya?" Bobby hanya tersenyum lebih tepatnya menyeringai dan itu membuat Jane sangat membencinya sekarang.

"Ku kira kau akan mempertahankan akting konyolmu itu"

"Apa yang kau inginkan dari foto itu? Kau ingin uang? Akan kuberikan cek, kau bisa menulis nominalnya sendiri"

"Tidak" Bobby mendekatkan wajahnya ditelinga Jane dan berbisik "aku menginginkanmu Jane"

"Apa maksudmu?" Mata Jane menyipit bingung menginginkan yang bag-

"Tubuhmu, aku menginginkanmu" jawab Bobby tegas.

Bagaimana mungkin hal ini terjadi?!

Oh Tuhan!

Apakah ini hukuman-Mu karena Jane tidak pernah mengingat-Mu?!

Bagaikan petir yang menyambar disiang bolong, belum selesai rasa syoknya karena ia harus satu kantor dengan laki-laki sialan ini, dan sekarang ia harus berhadapan dengan laki-laki ini lagi yang meminta tubuhnya?!

Tidakkan hukuman Alex saja sudah cukup menyusahkannya?!

Mengapa harus ditambah dengan lelaki brengsek didepannya ini?!

Ingatkan Jane untuk pergi beribadah besok untuk meminta pertolongan Tuhan karena sepertinya semua makhluk di bumi ini sangat senang untuk menghukumnya dan membuatnya susah.