webnovel

Rumah sakit 2

"Bunda!!!! bangun yuk, kita pergi dari sini ya bun. Anak anak udah di sini bunda. Stev juga baru pulang ke Indonesia, kita bisa kumpul kayak dulu lagi bun. Sekarang kita pulang ya, kita pulang ke rumah kita, bunda ngak boleh pergi ke tempat lain." Ucap Melden sambil terisak.

"Bunda!!! Bunda denger kan apa kata ayah, Stev udah pulang lagi ke Indonesia. Bunda seneng kan Stev balik ke sini lagi. Bunda bangun ya. Stev pengen makan masakan bunda lagi, Stev kangen masakan bunda. Stev mohon, bunda bangun ya. Stev mohon bunda jangan tinggalin kita semua di sini. Cleo masih kecil bun, Cleo dan kami semua butuh bunda! Ayo bangun bunda!!"

"Bunda, bunda bangun dong. Bentar lagi Cleo mau masuk SMP bunda. Cleo mau bunda yang pilihin sekolah buat Cleo. Nanti siapa yang anterin Cleo ke sekolah lagi? Siapa yang bakal jemput Cleo kalau pulang sekolah? Maafin Cleo karena udah pernah bilang kalau Cleo ngak suka di jemput sama bunda. Maafin Cleo bunda." Ucap Cleo sesenggukan.

Ketiga orang itu terus menerus berusaha untuk mengeluarkan apa yang ada di dalam perasaan mereka dan berharap istri dan bunda mereka bisa mendengar ucapan mereka.

"Ayah, bunda kenapa ngak bangun bangun. Bunda kenapa tidurnya lama banget hiksss?" Tanya Cleo pada ayahnya.

"Bunda pasti akan bangun kok sayang. Bunda pasti bakal kumpul lagi sama kita, bunda ngak akan pergi kemana mana."

"Cleo ngak mau pisah dari bunda yah, kak. Cleo mau sama bunda terus."

"Kita akan selalu terus sama bunda. Bunda ngak akan mungkin tinggalin kita sayang, percaya sama kakak. Bunda ngak akan pergi kemana mana kok." Ucap Melden sambil menahan air matanya.

"Stev!" Panggila Melden

"Iya yah!"

"Coba bawa adik kamu keluar dan bantu tenangkan dia."

"Tapi yah, Stev masih mau bangunin bunda." Ucap Steven.

Melden menarik nafas pelan.

"Stev, ayah tau kamu sudah dewasa. Sekarang tolong bantu adik kamu."

Steven menatap sendu ke arah Melden dan beralih ke arah Cleo yang masih terisak sambil memeluk tubuh bundanya.

Steven menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan Cleo.

"Cleo!!!" Panggil Steven.

Cleo langsung membalikkan tubuhnya untuk menatap Steven.

"Cleo mau makan es krim nga? Di depan ada tukang es krim tau, enak banget!!" Ucap Stev berusaha merubah raut wajahnya agar terlihat ceria.

Cleo menatap Stev singkat, namun tidak lama setelah itu Cleo kembali menatap bundanya yang masih terbaring di atas brankar rumah sakit itu.

"Ayok!!! Kakak yang traktir. Kamu mau rasa apa?"

"Nga deh kak. Cleo lagi ngak mau makan es krim. Cleo mau temenin bunda aja di sini."

"Cle, bunda butuh istirahat sayang." Ucap Melden yang ikut merayu putrinya itu.

"Ngak kak, yah. Cleo mau di sini aja, Cleo ngak akan ribut kok jadi nga akan ganggu bunda. Cleo nga mau nanti pas bunda bangun, nga ada Cleo di samping bunda."

Air mata Stev dan Melden akhirnya tak bisa terbendung lagi.

Kedua laki laki itu tidak kuat mendengar ucapan Cleo.

Entah harus bagaimana mereka akan menjelaskan tentang kejadian yang sebenarnya pada Cleo.

Cleo masih terlalu kecil untuk bisa menerima semua ini.

"Cleo, kita keluar dulu ya sayang. Biarin ayah berdua dulu sama bunda." Ucap Steven.

Cleo menatap kedua laki laki yang ada di hadapannya itu lalu beralih kepada sang bunda yang juga belum membuka matanya.

Cleo manarik nafas dalam dalam sebelum menjawab ucapan Steven sebelumnya.

"Ya udah deh kalau gitu, Cleo ikut sama kak Steven." Ucap Cleo yang membuat Melden dan Steven menarik nafas bebas.

"Ya udah yuk." Ucap Steven sambil menggenggam tangan adiknya lalu membawa gadis kecil itu keluar dari ruangan itu.

Saat Steven dan Cleo hampir mencapai pintu keluar, tiba tiba Cleo menarik tangan Steven hingga membuat langkah ke dua orang itu terhenti.

"Kenapa Cle? Kenapa kamu berenti?"

"Bentar ya kak." Ucap Cleo lalu melepaskan tangannya dari genggaman Steven.

Steven bingung memikirkan apa yang akan di lakukan oleh Cleo.

Cleo berjalan ke arah ranjang bundanya kembali.

Kini Cleo sudah kembali berada di samping bundanya, Cleo meraih tangan bundanya yang sudah lemas di samping tubuh gadis itu.

"Bunda! Cleo sama kak Steven pergi keluar sebentar ya. Nanti kalau es cream nya udah dapet, Cleo janji, Cleo bakal langsung balik ke sini kok terus jagain bunda." Ucap gadis itu sambil terus mengelus lembut tangan bundanya.

Melden dan Steven tidak sanggup lagi untuk menahan air matanya.

Mereka berdua benar benar tidak bisa membayangkan apa yang akan mereka katakan pada Cleo.

Mereka benar benar tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan dan hancurnya Cleo jika mengetahui bahwa bundanya sudah tidak ada lagi.

Cleo menatap ayahnya dan juga Steven.

Kening Cleo mengerut ketika melihat ayahnya dan juga kakaknya menangis bersamaan.

"Ayah sama kak Stev kok masih nangis sih? Kan bunda cuman tidur aja. Bentar lagi bunda bakalan bangun kan yah?" Tanya Cleo dengan polosnya.

Melden hanya bisa menundukkan kepalanya pelan.

Ia benar benar tidak berani untuk mengangkatnya kembali dan harus melihat kepolosan putrinya yang masih kecil itu.

"Nanti kalau bunda udah bangun, kasih tau Cleo ya yah. Cleo sama kak Stev nga akan pergi jauh jauh kok, iya kan kak?" Tanya Cleo pada Steven yang masih berada di belakangnya.

Dengan berat hati, Steven mengangguk kan kepalanya sambil menatap sendu ke arah Melden.

Tatapan Melden dan Steven seakan akan menyiratkan kekhawatiran mereka tentang Cleo.

"Ya udah ayo kak." Ucap Cleo dan kembali menggenggam tanga Steven.

Setelah kepergian Steven dan Cleo, Melden benar benar tidak bisa menahan isakannya.

Tubuhnya langsung runtuh hingga lututnya membentur lantai.

Ia menopang tubuhnya dengan kedua tangannya yang berada di samping tubuh istrinya itu.

"Sayang!!!! Aku mohon kamu bangun. Apa kamu ngak kasian sama Cleo dan Stev? Mereka masih terlalu kecil sayangggggg."

Ucapan Melden terhenti sejenak, kejadian tadi belum bisa dia hilangkan dari pikirannya.

Bayangan ketika tubuh istrinya harus melayang karena benturan keras itu terus saja membayangi pikirannya.

"Apa yang harus kami katakan kepada Cleo Sayang? Bagaimana cara aku sama Steven bisa jelasin itu sama Cleo?-"

"Aku benar benar ngak bisa bayangin gimana hancurnya perasaan Cleo kalau dia sampai tahu kamu udah pergi dan ninggalin kami untuk selama lamanya. Aku benar benar nga bisa bayangin sayang, ngak bisa...."

"Aku mohon!!!! aku mohon untuk sekali ini aja, kamu nurutin aku ya. Tolong bangun, peluk anak anak kita dan tenangin mereka. Jangan biarkan mereka terpuruk, aku mohon sama kamu Audrey, aku mohonnnnnnnnnn!!!" Ucap Melden yang terus terisak di samping tubuh sang istri.

"Bangun... Bangun sayang.... aku tau kamu orang yang kuat, tolong bangun ya...." Ucap Melden berulang kali masih dengan nada sendunya.

Tangannya tidak pernah lepas dari tangan Audrey. Melden terus menggenggam tangan itu dengan penuh kasih sayang berharap bahwa wanita itu akan membuka matanya kembali.