webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
47 Chs

CHAPTER 45 BERSAMA

Mataku melebar dan mulutku terbuka hampa melihat berita mengenai HANSAN Group di televisi saat ini, aku menggelengkan kepalaku cepat sambil menutup mulutku lalu mematikan televisi di hadapanku cepat. Aku melempar kecil remot di tangannku jauh sambil menggeleng cepat

"tidak.. tidak.. kau tidak khawatir, kau tidak ingin tahu" gumamku berusaha mengendalikan diri untuk tidak mencemaskan keadaan Hyun Soo.

Aku mengangkat tanganku menampar pipiku beberapa kali, tiba - tiba terdengar suara pintu membuatku menoleh cepat dengan tangan tak jauh dari pipi. Yoo Ki oppa masuk menatapku heran

"mwohae?" tanyanya bingung,

aku menurunkan tanganku cepat sambil menggeleng kuat "tidak.. tidak ada apa - apa?" tepisku canggung. Yoo Ki oppa menoleh ke arah televisi yang mati lalu menghembuskan nafas kecil, aku memiringkan kepalaku "wae?" tanyaku bingung. Yoo Ki oppa kembali menoleh menatapku cepat lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jasnya santai

"tidak, bagaimana perasaanmu hari ini? Apa kau merasa lebih baik?" tanyanya santai,

aku mengangguk kuat sambil memaksakan senyum lebar "hmm.." gumamku.

Yoo Ki oppa tersenyum kecil, namun senyum yang di lemparkannya padaku terlihat seperti senyum yang di paksakan, ia kembali melirik canggung ke arah televisi dan membuka mulutnya cepat

"hey, berikan ponselmu" mintanya sambil mengulurkan tangan cepat

"ponselku? Ahh.. silheo" tolakku keras.

Yoo Ki oppa menaikkan sebelah alisnya kesal lalu menggoyangkan tangannya meminta ponselku tegas, aku menggigit bibir bawahku terjebak keadaan ini dan akhirnya pasrah

"ahh.. baiklah, baiklah, aku mengaku" bukaku sambil mengangkat tangan pasrah "aku tahu apa yang kau sembunyikan" lanjutku.

Mata Yoo Ki oppa melebar kaget mendengar pengakuanku "kau tahu?" tanyanya memastikan,

aku mengangguk kecil "hmm.. berita tentang HANSAN Group" jawabku canggung.

Yoo Ki oppa duduk di ujung kasurku sambil menghembuskan nafas besar "kenapa kau pura - pura tidak tahu?" tanyanya santai,

aku meliriknya canggung lalu menundukkan kepalaku dalam "aku ingin berusaha tidak peduli lagi" jawabku lesu. Yoo Ki oppa kembali menghembuskan nafas besar "gwaenchanha?" tanyanya, aku menggeleng kecil "ani.." jawabku cepat. Yoo Ki oppa menunduk santai sambil menatapku lurus "aku sudah mendengarnya dari imo, tentang kau dan.." sahutnya terhenti sambil menggerakkan jarinya menunjuk ke udara hampa. Aku tertawa kecil melihat tingkah kakunya itu

"lalu?" tanyaku ringan

"aku pikir apa yang imo katakan benar, saat aku berpisah dengan Hyo Ra aku memang merasakan semuanya lebih baik, namun jauh dari dalam hatiku aku sangat kesepian dan kehilangan" timpalnya santai. Yoo Ki oppa melipat kedua tangannya di depan dada "setelah mengetahui semuanya.. yang tertinggal hanya rasa penyesalan seperti yang imo katakan, dan aku menyesal karena setelah itu hanya rasa amat kesepian yang bisa aku rasakan" lanjutnya sambil kembali mengingat semua yang di alaminya saat itu.

Sorot mataku sedikit meredup 'menyesal' sahutku dalam hati. Yoo Ki oppa menaikkan daguku lembut dengan jarinya "kau mungkin tidak mengingat perasaan itu, tapi jangan abaikan kenyataan kalau Hyun Soo mengingatnya, kenyataan kalau dulu kau juga meninggalkannya semakin menambah rasa kesepian di hatinya, pikirkanlah itu baik - baik" saran Yoo Ki oppa santai. Ia mengusap kecil rambutku beberapa kali dan berdiri meninggalkanku berpikir sendirian, memang benar aku tidak mengingat semua ini, tapi perkataan Yoo Ki oppa menyadarkanku. Membuatku semakin jauh berpikir, bagaimana dengan perasaan Hyun Soo yang mengingat semuanya? Menyadari itu, membuatku terlihat egois sekarang.

000

Aku tertawa kecil mendengar cerita Seo Rin selama aku tidak hadir dalam tim, kami sudah bercerita banyak dari telfon entah sejak kapan dan itu membuatku melupakan rasa bosan yang menyerangku selama di rumah sakit.

Seo Rin tiba - tiba teringat akan sesuatu yang menjadi tujuannya menelfonku "kapan kau keluar dari sana?" tanyanya santai,

aku memutar mataku mengingat "seingatku besok pagi" jawabku santai

"baiklah, aku akan menemuimu setelah kerja" timpalnya santai,

"hey, kita bertemu di luar saja.. aku sangat bosan selama disini" mintaku setengah merengek.

Seo Rin tertawa kecil lalu berdeham "hey, jika ketahuan oppa akan memarahiku" sahutnya santai. Aku mengerutkan alisku geli mendengarnya menyebut oppa, aku menggeleng cepat "hey, aku masih merasa aneh dengan kenyataan kalau kau pacaran dengan kakakku" timpalku geli. Suara tawa lepas terdengar dari seberang telfon sejenak "aku rasa aku harus baik - baik padamu mulai detik ini" sahutnya ragu, aku tertawa lepas "hey, aku bisa membo-" jawabku terpotong mendengar suara pintu kamarku yang terbuka, aku menoleh ke arah pintu cepat dan mataku langsung melebar kaget. Aku mempebaiki posisi duduku "Seo Rin -ah.. nanti ku telfon lagi, ada yang datang" sahutku cepat langsung menutup sambungan telfon tanpa menunggu jawaban Seo Rin.

Gyu Na ahjumma berdiri diam di depan pintu terus menatapku lurus, aku langsung menunduk sopan menghindari tatapannya padaku lalu berdeham kecil "annyeonghaseyo" sapaku canggung. Gyu Na ahjumma berjalan mendekat ke arahku pelan, mendengarkan langkahnya yang semakin mendekat membuat perasaanku semakin aneh, sebenarnya aku takut dengan kedatangannya seorang diri menemuiku seperti ini. Gyu Na ahjumma berhenti tak jauh dari ku "bagaimana kondisimu?" tanyanya tenang, aku mengangkat kepalaku perlahan menatap Gyu Na ahjumma sejenak lalu kembali mengalihkan pandanganku darinya. Aku berusaha menggerakkan kepalaku mengangguk paksa

"saya sudah lebih baik dari sebelumnya" jawabku canggung.

Gyu Na ahjumma mengeluarkan sebuah amplop putih dari tasnya dan menyodrokan amplop itu padaku, aku mengangkat kedua tanganku menerima amplop itu sopan lalu membalik amplop itu. Terdapat tulisan kecil 'untuk Chae Soo Kyung' di pojok kanan amplop itu, aku mengalihkan pandangnku menatap Gyu Na ahjumma

"kenapa anda memberikanya padaku?" tanyaku bingung,

ia tersenyum sambil menunduk kecil "aku sangat malu menatapnya" jawabnya dengan suara kecil.

Aku tersenyum kecil kembali menyerahkan surat itu pada Gyu Na ahjumma "eomma akan memahami perasaan anda" timpalku yakin. Gyu Na ahjumma mengangkat kepalanya perlahan menatapku dengan mata melebar lalu kembali menatap surat di tangannya hening. Aku mengangguk kecil "sama seperti saya memahami anda, saya yakin eomma akan begitu" ulangku lagi. Mata Gyu Na ahjumma berkaca - kaca mendengar perkataan ku barusan, ia menundukkan kepalanya dalam bersamaan dengan air matanya yang menetes deras

"apa kau tidak membenciku?" tanyanya di sela isak tangis.

Aku menghela nafas dalam "saya membenci anda.." jawabku langsung, aku menyunggingkan senyum kecil di ujung bibirku "tapi, saya akhirnya memahami, semua ini anda lakukan karena anda menyukai appa sebesar saya menyukai Hyun Soo" lanjutku. Aku sedikit memiringkan kepalaku "jadi, saya berusaha untuk tidak membenci anda" simpulku santai. Senyum kecil terlihat di ujung bibir Gyu Na ahjumma "gomabda, untuk memahamiku" ungkapnya tulus, senyumku melebar menatap lurus wanita di hadapanku lega. Setelah mengatakan semua itu, Gyu Na ahjumma membalikkan badannya meninggalkan kamarku dengan perasaan lega. Ia berjalan beberapa langkah, tak lama langkahnya terhenti. Kakinya langsung membawanya untuk menyelesaikan beban lain di hatinya.

000

Yoo Ki oppa membawa dua gelas kertas berisi kopi hangat ke taman rumah sakit, ia menghembuskan nafas pendek lalu menyodorkan 1 gelas pada eomma dan gelas lainnya sopan pada Gyu Na ahjumma, setelah itu ia menunduk kecil "aku akan memberi privasi" sahutnya lalu berbalik meninggalkan mereka sendirian. Gyu Na ahjumma menunduk dalam menatap wajahnya yang terpantul di kopi dalam genggamannya, ia terus diam dan beban di hatinya semakin berat tiap detiknya. Eomma menghembuskan nafas kecil dan tersenyum cerah menatap wanita yang tertunduk di hadapannya

"apa kau menemui Kyung Ji?" bukanya tenang,

mendengar eomma berbicara dengan tenang padanya, Gyu Na ahjumma menaikkan wajahnya kaget menatap eomma tidak percaya. Ia berfikir eomma akan memakinya bahkan tidak mau bertemu dengannya, namun sikap eomma justru berlawanan dengan apa yang ada di pikirannya. Eomma menyisir rambutnya yang tertiup angin dan menyelipkannya di belakang telinga anggun dengan senyum lebar menghiasi bibirnya

"aku telah memahami semuanya" sahut eomma lagi,

mata Gyu Na ahjumma tampak berkaca - kaca mendengar pekataan eomma "w- wae?" tanyanya terkejut, nafasnya mulai terisak kecil "kenapa kau memahaminya?" lanjutnya.

Eomma meletakkan kopinya di tangan kursi taman yang di duduki Gyu Na ahjumma dan menggerakkan kursi rodanya lebih dekat pada Gyu Na ahjumma, ia mengangkat tangannya menarik Gyu Na ahjumma pelan ke dalam pelukkannya, sambil menusap kecil punggung Gyu Na ahjumma sejenak. Eomma menghembuskan nafas berat sambil memaksakan senyumnya

"karena kau sangat mencintainya, kau ingin bersamanya" jawab eomma tenang, "Ji Yeol -ssi pernah meninggalkanku dulu, jadi aku paham bagaimana perasaanmu saat kau harus meninggalkan Ji Yeol -ssi untuk orang lain yang sama sekali tidak kau cintai, tapi aku tersadar akan satu hal baru setelah menjadi ibu, aku sadar akan cinta ibu yang membuatku tidak ingin putriku bersedih" lanjut eomma. Eomma melepaskan pelukannya pelan lalu mengusap cepat lengan Gyu Na ahjumma menenagkan sambil melemparkan senyum kecilnya

"aku memahami perasaanmu, cinta mengikat manusia untuk selalu bersama, tapi ada kalanya kita harus mengalah meskipun cinta yang kita rasakan masih bertahan hingga saat ini" jelas eomma

"mianhae.." sahut Gyu Na ahjumma disela isak tangis yang tidak dapat di tahannya,

eomma tersenyum sambil mengusap lengan Gyu Na ahjumma lembut "aku tidak membencimu, setelah waktu berlalu aku sangat memahami perasaanmu" timpal eomma.

000

Hari - hari berlalu dan media terus memberitakan kelanjutan fakta berita percerian kedua orang tua Hyun Soo yang sedang ramai di bicarakan masyarakat, keadaan semakin memanas setelah Gyu Na ahjumma melakukan konfersi pers menyatakan kebenaran akan berita yang sedang ramai ini. Masyarakat pun semakin geram akan pengakuan tiba - tiba Gyu Na ahjumma yang membenarkan semua berita yang bocor di media. Aku menutup mulutku dengan tangan sebelah tercengang, melihat layar televisi ruang tengah rumah kami, yang menyiarkan langsung konfrensi pers Gyu Na ahjumma. Aku menoleh menatap eomma yang duduk di sampingku dengan ekspresi tercengang lalu meletakkan tanganku di atas lutut eomma

"apa eomma pernah menemuinya?" tanyaku curiga,

eomma menoleh dan mengangguk kecil "iya, sebelum kau keluar dari rumah sakit minggu lalu, tapi.. eomma tidak menyangka kalau dia akan bertindak seperti ini" jawab eomma takjub.

Kami terdiam canggung sambil menatap lurus ke layar televisi di hadapan kami, namun setelah hari itu berlalu, semuanya terasa membaik. Setelah hari itu berlalu pula, rasa rindu yang mendalam kembali menghantui hatiku dan penantian panjang kembali membayangi hariku.

000

2 Tahun Kemudian.

Hari yang terus berlalu, tanpa sadar telah membuatku menanti selama 2 tahun. Aku masih menunggunya kembali, dengan janji yang ku pegang erat dalam hatiku. Aku berdiri diam menunggu lampu penyeberangan yang menyala merah di hadapanku, aku mendongak menatap bulan yang bersinar terang menghiasi langit malam yang indah. Aku pun menoleh pelan membuat mataku terhenti pada berita yang tersiar di layar besar yang berdiri menjulang tinggi di seberangku, mataku melebar melihat berita kembalinya Hyun Soo di layar itu. Tanganku mengepal kecil dan perasaan aneh pun langsung menyerang hatiku. Aku langsung membuka tasku mencari ponselku panik, aku mengetuk layar ponselku membuka kontak dan gerakanku pun terhenti. Keraguan mulai memenuhi hatiku, mataku terus tertuju pada layar ponselku yang menunjukkan nama Hyun Soo disana. Aku menghembuskan nafas berat dari mulutku sambil menutup mataku rapat, perasaanku semakin bimbang melanjutkan langkah yang telah ku ambil selama ini, aku menekan tombol kunci pada ponselku 'apa aku bisa kembali ke masa itu?' tanyaku dalam hati. Getar ponsel terasa di tanganku, membuatku langsung membuka mataku kaget menunduk menatap ponsel di genggamanku. Harapanku langsung jatuh dan aku menggetuk kecil layar ponselku

"mwoya.." bukaku kesal,

"hey, kau sudah lihat berita?" tanya Seo Rin mendesak.

Aku menghembuskan nafas pendek sambil memutar mataku "ya, sudah.." jawabku datar, Seo Rin mengangguk kecil "ahh.. kau sudah lihat rupanya" sahutnya remeh. Aku menghela nafas panjang terdiam tidak menjawab apapun pada Seo Rin, ia terdengar berdeham kecil sejenak

"gwaenchanha?" tanyanya cangggung,

"perasaanku tidak enak.." jawabku lesu.

Aku memindahkan ponselku ke sebelah telinga "hatiku tidak tenang" tambahku. Seo Rin terdegar menghembuskan nafas berat dari seberang telfon

"Eun Kyung Ji, jika kau menyukainya kenapa kau menahan dirimu? Dia menyukaimu, halangan untuk hubungan kalian juga sudah teratasi, apa lagi yang membuatmu ragu?" tanyanya berusaha meyakinkanku.

Hatiku kembali menyaring apa yang Seo Rin katakan 'benar, semuanya telah selesai' kataku setuju dalam hati, aku menggigit bibir bawahku "apa kami bisa kembali?" tanyaku bimbang. Seo Rin tersenyum miring mendengar perkataanku

"jika kau berusaha dan melangkah maju, semuanya akan kembali, jika kau terus melangkah mundur, tentu saja tidak ada yang berubah" timpalnya cepat, "hey, Eun Kyung Ji, jika keadaan berbalik, kau yang melangkah maju tapi Hyun Soo terus melangkah mundur, apa kalian akan bersama?" lanjutnya menekan.

Aku semakin terdorong oleh perkataan Seo Rin yang sangat bermakna pada situasi ini, aku tidak bisa kembali jika aku sendiri terus melangkah menjauh darinya. Aku adalah satu - satunya penghalang bagi diriku sendiri untuk kembali bersama Hyun Soo, dan bodohnya aku tidak menyadari semua itu. Aku mematikan sambungan telfonnya dan berlari cepat menyeberangi jalan berusaha melangkah lebih cepat menuju tujuanku.Tiba - tiba langkahku terhenti saat mataku langsung terkunci pada satu sosok pria yang berdiri tegap, mengenakan jaket panjang berwarna biru gelap dan celana panjang hitam membaluti tubuhnya sempurna. Mataku melebar melihat wajah pria itu. Perasaan aneh pun kembali menyerang hatiku, aku menggigit kecil bibir bawahku dan langsung membalikkan badanku berjalan kembali ke arah berlawanan.

Ponselku berbunyi pelan, membuatku menuduk menatap ponsel yang ku genggam erat sejak tadi, aku pun mengangkat panggilan itu cepat

"apa kau akan lari lagi?" tanya Hyun Soo langsung

aku mengangguk kecil "hmm.." gumamku.

Hyun Soo tediam menatapku dengan ponsel menempel di telinga, ia menggerakkan tangannya hendak menurunkan ponsel dari telinganya, namun aku membuka mulutku cepat menahan gerakannya "aku.." bukaku. Hyun Soo tampak menghentikan gerakannya da menatapku penuh harap menungguku melanjutkan kata - kataku, aku menghembuskan nafas kecil

"aku akan berlari menemuimu" lanjutku yakin.

Aku melirik kecil sejenak dan membalikkan badanku kembali menatap Hyun Soo lurus. Aku menggerakkan kakiku yakin mengambil langkah semakin dekat ke arahnya, berlari selangkah demi selagkah. Aku menurunkan ponselku cepat lalu membuka tanganku masuk ke dalam pelukannya "seperti ini" lanjutku lembut, aku memeluknya erat meluapkan perasaan yang ku tahan selama ini. Hyun Soo menunduk pelan memelukku erat sambil menyandarkan dagunya di atas kepalaku, senyumnya melebar dan ia semakin erat memelukku.

***