webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
47 Chs

CHAPTER 12 TAKDIR

Aku duduk di atas kasur memainkan ponselku santai, tiba - tiba perkataan Hyun Soo kembali berputar di kepalaku "akhir pekan.." gumamku curiga. Aku menggelengkan kepala cepat, kembali memainkan ponselku, sampai ketukan kecil pintu kamarku membuyarkan pikiranku. Aku menoleh menatap eomma yang masuk ke kamarku, lalu duduk di pinggir kasurku santai

"apa yang kau lakukan? Apa kau sibuk?" tanya eomma,

aku menggeleng cepat lalu mengunci ponselku "tidak, ada apa?" sahutku santai.

Aku mencium bau mencurigakan dari gerakan tubuh dan ekspresi eomma. Aku pun menaikkan alisku "ada apa? Eomma membuatku curiga" sahutku lagi, eomma melemparkan senyum canggungnya "apa sangat kelihatan?" tanya eomma malu. Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan itu "ya, sangat.." jawabku santai, eomma tertawa kecil sejenak, lalu menghembuskan nafas panjang dari mulutnya. Aku berusaha tetap tenang agar tidak membuat eomma semakin canggung,

"katakanlah, aku akan berusaha mengerti" ungkapku tenang

"hmm.. apa kau punya rencana untuk akhir pekan nanti?" tanya eomma ragu.

Aku kembali teringat akan perkataan Hyun Soo untuk bertemu dengannya akhir pekan nanti, aku memutar mataku dan tertawa garing "akhir pekan nanti.." sahutku canggung. Eomma terlihat paham dengan reaksiku "kau punya rencana ternyata" simpulnya paham. Aku melipat bibirku ke dalam mulut sejenak melirik eomma ragu

"apa ada hal yang harus aku lakukan? Aku bisa menundanya untuk eomma" tanyaku ingin tahu

"apa kau bisa ikut eomma ke Busan?" minta eomma canggung

"Busan? Kenapa tiba - tiba?" sahutku balik bertanya.

Eomma hanya memaksakan tawanya dengan kegelisahan memenuhi wajahnya, aku yang melihat sikap aneh eomma itu berfikir lebih keras untuk memahami maksud permintaan eomma barusan. Keningku mulai berkerut dalam, tiba - tiba aku kembali teringat tentang amplop emas yang di berikan Hyun Soo tadi siang. Mataku melebar dan mulutku terbuka hampa. Tatapanku langusng berubah "aku tidak akan pergi" tolakku cepat, mata eomma berputar gugup "sekali saja ya, ayolah pergilah sekali saja" bujuk eomma sambil menggengam tanganku. Aku menghembuskan nafas panjang dari mulutku, menundukkan kepalaku lemas, aku semkain terjebak dalam situasi ini dan aku tidak tahu alasan apa yang harus aku katakan pada eomma. Aku sangat tidak ingin pergi, di sisi lain aku juga merasa tidak enak menolak permintaan eomma. Aku pun memutuskan untuk tidak memberi jawaban pasti pada eomma

"bisakah aku memikirkannya dulu?" tanyaku sambil memaksakan senyumku.

Wajah eomma telihat lebih lega dari sebelumnya, dan ia menepuk kecil pundakku "baiklah, pikirkanlah dulu, eomma tidak akan memaksamu" jawabnya.

Setelah eomma keluar dari kamar, aku menghembuskan nafas panjang, dan menjatuhkan badanku lemas. Pandanganku kosong, otakku terus berputar keras mencari cara, agar aku bisa menolak permintaan eomma secara halus. Getar singkat ponselku membuyarkan lamunanku, aku menarik badanku duduk lemas sambil membuka pesan yang masuk

Dari: TEMAN YANG BERHARGA

hey, Eun Kyung Ji.. apa kau menolak 'perintahku' akhir pekan nanti?

Aku menjatuhkan ponselku sambil menunduk dalam setelah membaca pesan itu. Aku mengacak - acak rambutku kasar "ada apa dengan akhir pekan ini?" omelku kesal. Aku menghembuskan nafas besar sambil melirik ponselku yang tergeletak di kasur, aku menyambar ponselku cepat, berdiri mengambil jaket yang tergantung di balik pintu lalu keluar dari rumah. Langkahku terhenti di halaman rumah, membuatku menyunggingkan senyum kecil. Senyum Yoo Ki oppa mengembang melihat senyumku, ia melangkah masuk ke halaman menaikkan alisnya berhenti di hadapanku

"kau mau kemana?"

"mencari udara segar" sahutku santai

"mau kutemani?" tawarnya.

Kami berjalan santai sambil menatap sekeliling hening, Yoo Ki oppa melirikku kecil beberapa kali membuatku merasa terganggu. Aku menghembuskan nafas kecil "katakanlah.." bukaku, ia menghentikan langkahnya, menoleh cepat menahan lenganku

"apa ini soal surat dari samchon?" tanyanya blak - blakan

"wahh.. sampai oppa juga tahu tentang surat itu" sahutku takjub.

Yoo Ki oppa berdeham kecil sambil melepas lenganku kaku "aku yang menerima surat dari samchon untukmu waktu itu, aku juga yang memberikannya pada appa untuk menjaga perasaanmu" jelasnya canggung. Aku menghembuskan nafas besar mendengar penjelasannya barusan, lalu menundukkan kepalaku lesu. Yoo Ki oppa terlihat merasa bersalah dan meraih tanganku cepat

"katakan apa yang kau inginkan? Aku akan mendapatkannya untukmu" sahutnya yakin.

Aku mengangkat kepalaku menatap Yoo Ki oppa lurus - lurus, melihat tatapanku ia memiringkan kepalanya menunggu jawaban yang keluar dari mulutku. Aku tertawa kecil melihat tingkah anehnya itu, menarik tanganku lalu membalikkan badan melanjutkan langkahku. Yoo Ki oppa memasang wajah datar menatap punggungku "hey, Eun Kyung Ji" teriaknya, aku terus melangkahkan kakiku santai, sampai suara langkah Yoo Ki oppa terdengar mendekat. Aku mempercepat langkah kakiku meninggalkannya di belakang, mulai berlari semakin cepat sambil tertawa kecil. Yoo Ki oppa terus mengejarku sambil sesekali berteriak memanggilku, aku menghentikan langkahku tiba - tiba membuat Yoo Ki oppa menabrak punggungku kecil. Ia melirikku

"ada apa?" tanyanya.

Aku hanya diam mematung di tempatku menatap lurus ke depan dengan mata melebar kaget, Yoo Ki oppa melihatku bingung, lalu menoleh mengikuti arah pandanganku. Matanya ikut melebar kaget melihat seorang pria yang berdiri menatapku kesal, sambil melipat tangannya angkuh di depan dada, Yoo Ki oppa melirik kami yang mematung menatap satu sama lain bergantian. Pria yang berdiri di hadapanku ini adalah Hyun Soo. Aku memutar mataku, membalikkan badan canggung hendak melarikan diri, tapi aku malah menabrak Yoo Ki oppa yang berdiri di belakangku sejak tadi. Aku menatap Yoo Ki oppa canggung begitu pula Yoo Ki oppa menatapku bingung, 'ah.. sial' keluhku dalam hati. Hyun Soo melangkah maju ke arahku, menepuk pundakku "Eun Kyung Ji" panggilnya. Aku bergerak kaget merasakan tangannya yang menepuk bahuku, lalu menoleh pelan dengan tawa garing, aku menggigit bibir bawahku "oh.. Hyun Soo.." sahutku terhenti memutar mataku "busajangnim" tambahku canggung. Mata Yoo Ki oppa melebar kaget mendengar sapaanku, ia menarikku ke arahnya cepat membuat tangan Hyun Soo terlepas dari bahuku. Aku merasa aneh dengan sikap tidak biasa Yoo Ki oppa barusan, tapi kali ini wajahnya tidak terlihat main-main. Yoo Ki oppa menatap Hyun Soo lurus - lurus dengan tatapan sinis, melihat tatapan yang di layangkn Yoo Ki oppa paadanya, Hyun Soo tampak terganggu. Ia berdeham kecil lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, memutar matanya menghindari tatapan itu. Yoo Ki oppa menoleh ke arahku cepat

"kau bilang kau tidak akan berhubungan lagi dengannya" bisik Yoo Ki oppa sinis,

nyaliku menciut mendengar nada suara Yoo Ki oppa barusan "a- aku.. aku.." jawabku gugup,

"saya tidak tahu siapa anda dan apa hubungan anda dengan Kyung Ji, tapi kami terikat kontrak kerja jadi saya harus berhubungan dengannya" jelas Hyun Soo menekan sopan.

Yoo Ki oppa menatap kami bergantian, tangannya tampak mengepal kuat "kontrak kerja?" tanyanya tidak mengerti, "mulai hari ini, dia bossku" jelasku canggung terpaksa. Yoo Ki oppa menghembuskan nafas berat dari mulutnnya tidak mengerti harus mengatakan apa. Hyun Soo menyipitkaan matanya curiga, ia memutar matanya ke arah Yoo Ki oppa, dan membuka mulutnya "tapi apa sebelumnya kita pernah bertemu? Suara anda terdengar familiar" tanyanya menebak. Yoo Ki oppa terlihat panik setelah mendengar pertanyaan Hyun Soo, ia membalikkan badannya cepat dan menarikku pergi meninggalkan Hyun Soo begitu saja.

000

Yoo Ki oppa menariku pulang dengan wajah panik, sampai di rumah ia melepaskan tanganku lalu menoleh cepat "masuk kekamarmu dan istirahatlah" sahutnya singkat, lalu meninggalakanku menuju kamar appa. Aku hanya menatapnya bingung sambil menggeleng kecil, lalu berjalan masuk ke kamarku. Yoo Ki oppa mengetuk pintu kamar appa "eomma, appa, apa kalian tidur?" panggilnya pelan, rasa panik semakin terlihat di wajah Yoo Ki oppa, karena tidak kunjung mendengar jawaban dari dalam kamar. Ia pun kembali mengetuk pintu di hadapannya memanggil eomma dan appa. Eomma membuka pintu kamarnya bingung "Yoo Ki -yah, ada apa malam - malam begini?" tanya eomma langsung. Yoo Ki oppa menoleh ke arah pintu depan sejenak, memastikan aku sudah masuk ke dalam kamar, ia menghembuskan nafas besar "bisa aku masuk sembentar?" mintanya. Eomma mengangguk cepat, membuka pintu sedikit lebih lebar memberikan jalan pada Yoo Ki oppa, lalu menutup pintu kamarnya pelan.

Appa yang sedang duduk santai di atas kasur sambil membaca buku, menoleh kecil dengan dahi berkerut melihat Yoo Ki oppa yang datang dengan ekspresi panik. Appa menutup bukunya cepat membenarkan posisi duduknya

"Yoo Ki -yah, apa terjadi sesuatu?" tanya appa ingin tahu

Yoo Ki oppa mengepalkan tangannya "Kyung Ji.." sahutnya terhenti, "ia kembali bertemu dengan anak itu lagi, anak yang bernama Hyun Soo" lanjutnya cepat.

Mata eomma dan appa melebar kaget mendengar perkataan Yoo Ki oppa barusan. Eomma menyentuh lengan Yoo Ki oppa halus "apa Hyun Soo yang kau maksud kali ini, adalah Hyun Soo yang sama?" tanya eomma memastikan. Yoo Ki oppa menatap eomma sambil mengangguk kecil yakin, eomma terdengar menghembuskan nafas besar dari mulutnya

"aigoo.. kali ini apa lagi?" keluh eomma.

Yoo Ki oppa pun membuka mulutnya "mereka bertemu minggu lalu di taman depan, Kyung Ji mengatakan kalau mereka tidak akan bertemu lagi, tapi aku tidak mengerti apa yang terjadi karena tiba - tiba Kyung Ji sudah menyapanya 'busajangnim' dan mengatakan mereka terikat kontrak kerja" jelas Yoo Ki oppa cepat.

Appa menggengguk kecil "untuk sementara kita cari tahu lebih dulu sejauh mana kedekatan mereka, pastikan juga Kyung Ji tidak mengingat apapun tentang anak itu, ini satu - satunya hal yang bisa kita lakukan untuk melindungi Kyung Ji" sahut appa tegas. Appa menoleh kecil ke arah eomma "yeobo, bisa kau mencari tahu lebih dari Kyung Ji langsung?" minta appa halus di sambung dengan anggukan kecil dari eomma.

Yoo Ki oppa menghembuskan nafas besar dari mulutnya "setelah sekian lama kenapa mereka bertemu lagi?" keluh Yoo Ki oppa. Appa menghembuskan nafas panjang mendengar keluhan Yoo Ki oppa, lalu melipat tangnnya di depan dada "appa tiba - tiba merasa ini adalah tanda bahwa seharusnya merekalah yang bersama, bukan orang tua mereka" jawab appa.

000

Aku melangkahkan kakiku berat menuju ke halte Bus dengan pakaian rapi, untuk kesekian kalinya aku menghembuskan nafas lesu sambil terus memaksakan kakiku untuk berjalan. Hari terasa cepat berlalu, membuat akhir pekan datang semakin dekat. Hyun Soo setiap harinya menanyakan jawabanku mengenai ajakannya akhir pekan nanti, membuatku semakin tidak ingin bertemu dengannya, 'alasan apa lagi yang harus kukatakan hari ini untuk menolak ajakannya itu?' keluhku dalam hati, otakku sudah kehabisan akal, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan kali ini. Dering ponselku menggangu pikiranku, aku menghembuskan nafas berat mengeluarkan ponselku dari saku jaket

Dari: TEMAN YANG BERHARGA

Eun Kyung Ji -ssi, kenapa kau berjalan seakaan - akan kau sudah tidak memiliki semangat hidup?

Mataku melebar membaca pesan itu, aku menoleh ke sekeliling curiga mencari dari mana ia melihatku saat ini, aku kembali menatap ponselku mulai menggerakkan jariku cepat membalas pesan itu. Dering ponselku kembali terdengar, membuatku membuka ponselku dengan gerak cepat

Dari: TEMAN YANG BERHARGA

:P

"MWOYA.." omelku kesal lalu kembali memasukkan ponselku ke dalam saku celana. Aku kembali melanjutkan langkahku cepat, namun kali ini langkahku terlihat kesal senada dengan ekspresiku. Dering panjang ponselku terdengar membuatku menghentikan langkahku, aku mengeluarkan ponselku lagi melihat nama yang tertulis di layar "waah.. jinjja.." keluhku tidak percaya, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil mengetuk layar ponsel lalu menempelkan ponselku ketelinga

"ne.. busajangnim.." bukaku menekan.

Hyun Soo terdengar menghembuskan nafas kecil "hey, apa maksud pesanmu barusan? Aku tidak menguntitmu, aku hanya kebetulan melihatmu" jelasnya membenarkan

"aku bahkan tidak tahu keberadaanmu, bukankan itu namanya menguntit?" bantahku cepat

"ohho.. banmal.." sahutnya licik.

"AAHH.. MOLLA.. MOLLA.." teriakku menutup telfon dan melanjutakn langkahku ke halte bus.

Aku berjalan kesal sambil menghela nafas berusaha mengendalikan emosiku, tiba - tiba Hyun Soo datang dari arah yang berlawanan beridiri di hadapanku. Aku menghentikan langkahku kaget dan menatapnya dari ujung kepala ke ujung kaki "mwoya.. apa kau hantu?" tanyaku setengah marah, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket menatapku dengan senyum licik, aku merasakan sesuatu yang aneh dari tatapannya itu, menyilangkan tanganku di depan dada sambil menatapnya curiga "he- hey.. apa yang kau lihat" sahutku gugup. Ia tertawa sambil menggeleng kecil mendengar perkataanku,

"sudah cukup pembukaannya, sekarang ikut aku" katanya santai lalu meraih tanganku.

Aku menahan tangannya cepat "tunggu.. tunggu.. kita mau kemana?" tahanku, Hyun Soo hanya menyunggingkan senyum miring, lalu menarikku kuat ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan tak jauh dari halte. Ia membuka pintu belakang menyeretku masuk ke dalam mobil, lalu ia masuk setelahku, menutup pintu mobilnya santai. Mobil mulai berjalan membawa kami entah kemana. Do Hwan -ssi yang mengemudi di kursi depan terlihat menatap ke belakang lewat kaca spion dengan senyum kecil "selamat pagi, Kyung Ji -ssi" sapanya ringan, aku menunduk kecil "selamat pagi, Do Hwan -ssi" balasku menyapa sopan. Setelah menyapaku, Do Hwan -ssi terlihat melirik Hyun Soo dengan senyum miring seperti memberi tanda. Aku mencium tanda - tanda mencurigakan dari kedua pria di mobil ini 'mereka bersekongkol' simpulku dalam hati, aku pun berdeham kecil

"katakan apa yang lakukan sekarang?" sahutku curiga

"kita akan ke pulau Jeju" jawab Hyun Soo santai.

Mataku langsung melebar mendengar jawaban Hyun Soo "MWO?? HEY APA KAU SUDAH GILA??" teriakku kesal. Hyun Soo dan Do Hwan -ssi tampak kompak menutup telinga mereka kesakitan, Hyun Soo pun menoleh cepat ke arahku

"HEY.. KAU KIRA KITA KESANA UNTUK BERSENANG - SENANG?" balasnya berteriak.

Do Hwan -ssi menghembuskan nafas besar mendengar kami saling berteriak satu sama lain, berusaha melerai kami "bisa kalian berhenti? Aku harus fokus menyetir" timpalnya santai sambil sesekali melirik kami dari kaca spion. Aku melirik canggung ke arah spion setelah mendengar perkatan Do Hwan -ssi melemparkan senyum bersalah singkat, lalu kembali melirik kesal ke arah Hyun Soo yang tersenyum puas. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil mengipas wajahku dengan satu tangan menahan emosiku.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai di pulau Jeju. Hyun Soo tampak tersenyum lebar selama perjalanan, sementara aku hanya bisa menghembuskan nafas berat, meratapi nasibku yang tidak tahu apa - apa tentang perjalanan ini. Saat pintu keluar bandara terbuka, mataku melebar melihat banyaknya wartawan yang berkerumunan menunggu Hyun Soo, mereka sangat ganas mendorong satu sama lain demi mendapatkan foto Hyun Soo. Mataku semakin melebar melihat teman - teman timku sudah berada di depan, menghadang para wartawan itu dengan susah payah. Do Hwan -ssi langsung berjalan maju, membantu teman - temanku menghadang para wartawan yang berusaha mendekati Hyun Soo. Aku pun berusaha fokus, meraih lengan Hyun Soo kuat sambil berusaha menuntunnya keluar dari kerumunan wartawan itu, Hyun Soo hanya diam sambil berjalan mengikuti arahanku tenang. Ia terus tenang sampai salah satu wartawan melontarkan pertanyaan yang sangat mengejutkanku

"Bae Hyun Soo -ssi, apa benar anda datang kemari untuk melaksanakan resepsi pernikahan anda bersama Moon Hyo Ra -ssi?" tanya wartawa itu cepat.

Mataku melebar mendengar pertanyaan itu, aku menghentikan langkahku sambil menoleh cepat ke arah Hyun Soo, aku menatapnya lurus - lurus 'menikah? Dengan Moon Hyo Ra?' sahutku kaget dalam hati. Aku merasakan tanganku perlahan melepaskan tangannya, karena perasaanku mendengar pertanyaan wartawan itu. Para wartawan yang mengerumuni kami semakin ganas terus mendorong satu sama lain, langkah Hyun Soo mulai terhuyung karena himpitan, dan dorongan wartawan yang mengerumuninya. Ia menoleh ke sekeliling mulai terlihat panik, Hyun Soo menggigit bibir bawahnya menoleh menatapku lurus. Ia menggandeng tanganku, lalu menarikku menadekat ke arahnya sambil menoleh ke sekeliling, dan membuka mulutnya

"tidak, saya kesini untuk kegiatan modeling saya sekaligus berlibur dengan kekasih saya" jawabnya santai sambil menatapku.

Mataku melebar besar dan aku membuka mulutku hampa tidak percaya akan kebohongannya itu. Para wartawan yang mendengar pernyataan Hyun Soo barusan ikut tercengang, mulai mengarahkan padangannya padaku. Kerumunan wartawan disana kembali menggila dalam hitungan detik, kali ini kamera mereka menyorotiku, dan mulai menghujaniku dengan berbagai pertanyaan. Aku yang panih menghadapi situasi itu, dengan gerakan cepat menarik jaket Hyun Soo menutupi wajahku di dalanmya. Hyun Soo menunduk kecil, mendekatkan bibirnya ke telingaku "Eun Kyung Ji -ssi, bukankah seharusnya kau melindungiku saat ini?" bisiknya licik. Aku meremas jaketnya erat, mengangkat kakiku menendang kakinya keras meluapkan rasa kesalku, Hyun Soo reflek mendorongku menjauh menunduk mengusap kakinya yang terkena tendanganku kesakitan. Aku segera mengangkat jaketku menyembunyikan wajahku dari sorotan kamera, sambil berlari meninggalkan Hyun Soo menerobos kerumunan wartawan sekuat tenaga.

000

Gyu Na ahjumma tampak menatap ponselnya dengan ekspresi ragu dan gelisah. Ia menggerakkan tangannya perlahan hendak mengetuk layar ponselnya, namun ia kembali menghela nafas kecil mengurungkan niatnya. Ia kembali mengumpulkan keberaniannya, mengetuk layar ponsel, dan menempelkan ponselnya ke telinga. Nada sambung terdengar lama lalu terdengar suara wanita dari seberang telfon

"selamat siang, nyona Gyu Na, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa wanita itu

"sekertaris Min, apa Hyun Soo sibuk?" tanyanya ragu

"tuan Hyun Soo, dia sudah bernagkat menuju pulau Jeju pagi ini untuk jadwal pemotretan" jelas sekertaris Min sopan.

Pembicaraan itu terasa sangat canggung, mereka hening sejenak saling menunggu satu sama lain untuk melanjutkan pembicaraan terlebih dahulu, namun tidak ada salah satu dari mereka yang berniat memulai pembicaraan lebih dulu. Sekertaris Min akhirnya memutuskan untuk mengalah, ia berdeham kecil sejenak sebelum kembali mengeluarkan suaranya

"bagaimana kabar anda? Apa semuanya baik - baik saja?" tanyanya terdengar canggung.

Gyu Na ahjumma melemparkan tawa kecil singkat "semuanya baik, hanya saja hubungan kami dengan anak - anak kami yang tidak baik" jawabnya pahit.

Sekertaris Min menghembuskan nafas panjang dari seberang telfon "tuan Hyun Soo akan mengerti perasaan anda suatu saat nanti, lagi pula tuan terlihat jauh lebih baik sekarang" jawabnya berusaha menghibur Gyu Na ahjumma. Tiba - tiba dering telfon terdengar keras, sekertaris Min melirik kecil ke arah telfon di hadapannya "nyona maaf saya harus menutup telfonnya kali ini" sahutnya sopan, Gyu Na ahjumma tersenyum kecil "tidak apa, kau selalu sibuk seperti biasanya" jawabnya tenang, sekertaris Min tersenyum kecil "kalau begitu selamat siang" jawabnya sopan dan mengekhiri sambungan telfon setelah mendengar salam Gyu Na ahjumma.

Sekertaris Min langsung mengangkat telfon di hadapannya "annyeonghaseyo, sekertaris HANSAN Group ada yang bisa saya bantu?" sapapnya sopan. Terdengar suara seorang wanita yang berbicara panjang lebar, membuat ekspresi sekertaris Min berubah serius. Ia langsung menutup telfonnya cepat, kembali meraih ponselnya membuka pencarian berita di internet. Sekertaris Min membuka mulutnya tercengang melihat berita di layar ponselnya, ia langsung beranjak dari kursinya mengetuk ruangan Bae daepyonim. Setelah mendengar suara Bae daepyonim dari dalam ruangan, ia masuk dengan langkah cepat membungkukan badannya sejenak. Bae daepyonim tampak mengerutkan dahinya bingung melihat gerak - gerik sekertaris Min

"apa terjadi sesuatu?" tanyanya penasaran.

Sekertaris Min mengeluarkan membuka ponselnya cepat, lalu menyodorkan ponselnya sopan pada Bae daepyonim, setelah menyerahkan ponselnya ia mundur, dan membuka mulutnya menjelaskan situasi

"saya tidak mengerti kapan berita ini tersebar, barusan ada wartawan dari salah satu media menelfon saya untuk meminta keterangan mengenai berita tersebut" jelasnya.

Bae daepyonim membaca berita yang terpajang di ponsel itu "Hyun Soo mengumumkan bahwa mereka menjalin hubungan" gumamnya kecil.

Ia menoleh ke arah sekertaris Min "apa Hyun Soo sudah mengetahui identitasnya?" tanyanya, sekertaris Min menggeleng kecil tegas "belum daepyonim" jawabnya yakin. Mendengar jawaban itu Bae daepyonim kembali berfikir keras, ia melipat tangannya di atas meja kerjanya memutar keras otakknya, ia kembali teringat akan perkataannya saat Hyun Soo baru pulang dari perjalanannya waktu itu. Bae daepyonim mengangguk kecil "itu perjanjianku dengannya" sahutnya paham, sekertaris Min menatap atasannya dengan tatapan bingung "jika saya boleh tahu, perjanjian apa yang anda maksud?" tanyanya sopan. Bae daepyonim menoleh ke arah sekertaris Min "jangan berikan penjelasan apapun pada media, biarkan Hyun Soo menanganinya sendiri" perintah Bae deapyonim tegas. Ia mengulurkan kembali ponsel di tanngannya, melihat ponselnya yang terulur, sekertaris Min menunduk kecil "baik, daepyonim" jawabnya sopan mengambil kembali ponselnya, dan pergi meninggalkan ruangan.

***