webnovel

Oh My Gay

Menjadi teman tanpa menikah bukan sebuah impian Earth dan Sky. Namun keinginan keduanya untuk bersama, harus dikubur kareana adanya pertentangan dari ayah Earth. Jika itu cinta, tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Earth kembali dipertemukan dengan Sky, disaat ia telah bersama seorang wanita bernama Moon. Namun kakak Sky —Cloud- yang masih menyimpan benci kepada Earth dan keluarganya, ingin menghancurkan hubungan Earth dengan Moon. Apakah Earth dapat mempertahankan jati diri yang diminta oleh Ayahnya? Atau ia memilih untuk kembali bersama Sky dan menjadi teman tanpa menikah? . . . IG :@puspasariajeng

Ajengkelin · LGBT+
Pas assez d’évaluations
114 Chs

Tersinggung

"Hey, kamu! Sekarang giliranmu untuk memperkenalkan diri."

"…"

Sky berbalik badan, ingin mengetahui siapa orang yang sejak tadi melamun, hingga tidak tahu kalau gilirannya untuk memperkenalkan diri. Sky kaget, itu adalah Earth, yang kini sedang melihat dirinya dengan tatapan terperanga.

Tiba-tiba Earth menjadi tersentak dan menyadari kalau seisi ruangan tengah memperhatikannya.

"Eu … a—ada apa, ya?"

HUUUUU ….

Sorak mengiringi kebingungan Earth kala itu. Ia menyeringai dan menggarukkan bagian belakang kepalanya, tidak tahu harus berbuat apa. Ia juga sudah terlanjur malu karena melamun dan yang sedang ia lamunkan menyadari kalau pandangannya sejak tadi tak pernah lepas dari orang itu.

"Perkenalkan dirimu," sahut salah satu teman kelasnya, tidak ingin Earth terlihat seperti orang bodoh yang terus-terusan bingung.

"O—ouh …," gumam Earth, mulutnya membentuk huruf O. Earth berdiri dari tempat duduknya dan segera memperkenalkan dirinya. Sesekali pandangannya tertuju pada Sky, yang kini sudah tidak lagi melihatnya. Earth menarik bibirnya, seperti ada sedikit perasaan kesal karena hal tersebut.

***

Usai kelas berakhir, Sky melihat Earth berjalan menuju ke kantin, sepertinya ia ingin makan siang. Senyum Sky yang semula terlihat senang karena bisa bertemu dengan Earth kembali, kini berubah menjadi muram karena melihat kehadiran Moon yang menghampiri Earth. Ia mendengus dan berbali badan, mengurungkan niatnya untuk makan siang di kantin.

Sky memilih untuk memakan bekal nya di taman, sendiri. Tanpa teman ataupun Cloud yang datang menemani. Ia benar-benar merasa sepi dan hampa karena belum memilki teman seperti Earth. Meskin Moon itu adalah kekasihnya, namun setidaknya Earth tidak kesulitan di hari pertama kuliahnya.

"Jangan melamun," ucap Cloud, yang tiba-tiba datang bukan hanya sekadar menghampiri Sky saja. Ia juga mengamil kotak bekal milik Sky dan memakannya sebagian.

"Kalau kau tak sanggup membeli makan siang di kantin, bekal makan seperti aku saja, Kak," gerutu Sky, banyak makanan miliknya yang diambil bagian oleh sang kakak.

"Aku hanya ingin menggodamu saja," balas Cloud, mengembalikannya. "Sudah aku katakan, kau seharusnya mengikuti orientasi, agar memiliki teman di hari pertama kuliahmu. Jika sudah seperti ini, siapa yang mau di salahkan?"

"Kau sendiri tahu, kalau aku masih harus menyelesaikan keperluan sekolah, Kak," balas Sky menggerutu.

Sementara itu di kantin, Earth yang sedang menunggu makanannya, tak melepaskan pandangannya dari mata Moon. Ia terus memandangnya dengan penuh kagum, seolah tak percaya kalau wanita yang kini ada di hadapannya telah menjadi kekasihnya, setelah tiga tahun lamanya ia mengejar Moon.

"Sampai kapan kau akan menatapku seperi itu?" tanya Moon, merasa risih karena terus dilihat oleh Earth.

"Kau kekasihku, bukan?"

"Earth, hentikan!"

Earth terkekeh, melihat Moon yang semakin tidak nyaman. Ia membelai rambut Moon dan sedikit memajukan posisi duduknya.

"Anak manis, jangan marah, ya … pulang kuliah nanti kau boleh ikut denganku belajar di rumah," ujar Earth.

"Bernarkah?!" tanya Moon memastikan. Ia cukup sulit mendapat izin dari tuan rumah, jika ingin berkunjung ke rumah Earth. Sementara Earth sendiri sudah terlalu sering berkunjung ke rumahnya.

"Iya … ibu pasti senang dengan kehadiranmu."

***

Sky keluar dari kelas, tepat di belakang Earth. Ia berhenti melangkah, ingin membuat jarak di antaranya. Namun rasa penasaran Sky tidak dapat dibendungnya, ia memilih untuk mengikutinya dari jauh. Sky melihat Earth berjalan menuju ke area parkir, membuatnya berhenti di tepi koridor dan tidak lagi mengikutinya. Earth terlihat sedang bersandar di depan mobil yang dapat Sky duga kalau itu milik Moon.

Bahkan tak lama dari itu, wanita yang dinanti oleh Earth datang. Ia mengajak Earth untuk segera masuk ke dalam mobil. Moon yang berada di kursi kemudi membuat Sky merasa kalau Earth tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekasihnya.

"Seharusnya dia malu, setiap hari hanya duduk, diantar dan dijemput," ujar Cloud yang baru saja datang dari arah belakang. "Moon terlalu bodoh untuk diperdaya seperti itu oleh Earth."

"Apa kau menyinggungku?" tanya Sky, menoleh pada Cloud, mengernyit.

"Yang aku bicarakan bukan kau, tapi Moon," jawab Cloud.

"Tapi aku merasa tersinggung, Kak. Kau tahu bagaimana—"

"Sudah. Jangan kau ingat lagi. Lebih baik kita ikuti saja kemana mereka pergi."

Cloud menarik lengan tangan Sky, mengajaknya segera masuk ke dalam mobil, untuk mengejar mobil Moon.

Bugh!

Cloud menutup pintu mobil dan bergegas memakai seat belt, kemudian mengemudikannya untuk mengikuti kemana arah mobil Moon pergi.

"Aku hanya penasaran, setelah pulang kuliah, apa keduanya segera pulang ke rumah atau mereka pergi ke tempat lain dulu."

***

"Selamat siang …," sapa Moon kepada Rang, yang baru saja selesai masak untuk makan malam mereka.

"Selamat siang … Moon … ibu senang sekali bisa melihatmu lagi di rumah. Ada angin apa Earth mengajakmu berkunjung?" tanya Rang, ia tahu kalau anaknya sedikit sulit untuk mengajak Moon datang ke rumah mereka.

"Earth mengajakku untuk belajar bersama, Bu," jawab Moon.

"Ayah pulang jam berapa hari ini, Bu?" tanya Earth, tidak biasanya ia menanyakan kepulangan ayahnya.

"Seperti biasa, Ayah akan pulang larut. Ada apa? Tidak biasanya kau bertanya seperti itu?"

"Aku ingin Ayah lihat, kalau aku membawa seorang gadis pulang, Bu," ujarnya terkekeh.

"Kau ini … sudah-sudah, kita bersiap untuk makan malam. Lalu setelahnya kalian bisa belajar di balkon."

***

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Memang belum begitu malam, namun sudah hampir empat jam Moon berada di rumah Earth. Bahkan tugas kuliah Moon juga sudah selesai.

"Sudah ingin pulang?" tanya Earth, melihat Moon yang sedang mengemas alat tulis dan juga laptop nya.

"Iya. Tugasku sudah selesai," jawab Moon.

"Andai aku bisa mengemudi, aku saja yang mengantarmu pulang, agar kau tak lelah," tutur Earth.

"Terus saja kau berandai-andai," gerutu Moon. "Dimana ibu?"

"Ibu sudah di kamar, aku saja yang mengantarmu."

Earth membantu Moon merapikan barang-barangnya dan keduanya berjalan bersama menuju keluar dari rumah Earth. Earth berencana untuk mengantar Moon hingga ke mobilnya, namun sangat kebetulan mereka berpapasan dengan Rong yang baru saja pulang menjaga toko. Earth maju dan membiarkan Moon untuk berdiri di belakang punggungnya. Ia melihat ayahnya dengan tidak senang.

"Mau kemana kau?" tanya sang ayah, nadanya tidak mengenakkan.

"Mengantar Moon ke mobilnya," jawab Earth, nadanya juga dingin.

Moon menyapa ayah Earth dengan mengatupkan kedua tangannya dan sedikit membungkuk, menunjukkan rasa hormat kepada orang tua.

"Kau tidak mengenalkannya kepada Ayah?"

Earth memalingkan pandangannya, meminta Moon untuk berdiri sejajar dengannya.

"Dia Moon, kekasihku," ujar Earth, berani memperkenalkan Moon sebagai kekasihnya kepada sang ayah.

"Ternyata kau mampu membuktikannya juga. Pertahankan jati dirimu yang sekarang ini, Earth. Jangan buat Ayah kecewa lagi karena masa lalumu."