webnovel

uban

Jung Kook pov

Noona baru saja selesai mandi dan keramas. Aku mengeringkan rambut Noona dengan hair dryer. Aku duduk di ranjang dan Noona duduk di lantai.

"Rrrrr ... Rrrrr ... " suara hairdryer. Tangan kananku menggerakkan hairdryer dan jari-jari tangan kiriku menggerakkan rambut Noona. Harum sampo menyeruak. Aku menyukai aroma sampo yang dipakai Noona.

Ada uban di rambut Noona. Aku mencabutnya.

"SAKIT" teriak Noona sambil mencubit pahaku.

Aku yang lebih sakit, Noona.

"Nanti aku laporkan Noona ke Komisi Perlindungan Ayah dan Suami" aku protes.

Aku sudah terlalu sering jadi korban KDRT Noona. Cubitan sudah cukup sering aku terima. Pukulan apa lagi. Sejak menikah cubitan dan pukulan Noona semakin sering aku dapat~curhat.

"Mana ada itu. Yang ada itu Komisi Perlindungan Ibu dan Anak" bantah Noona.

Kenapa cuma ada komisi perlindungan ibu dan anak? Ayah dan suami juga perlu dilindungi. Tidak sedikit korbannya, termasuk aku.

Tapi walau ada komisi Perlindungan Ayah dan Suami, siapa yang akan percaya aku jadi korban KDRT. Postur tubuhku yang besar dan postur tubuh Noona yang mungil. Tentu saja yang lebih dipercaya adalah Noona.

Noona, ubannya bertambah.

Karena usia?

Noona mencubitku lagi.

Sakit, Noona. Sakit.

"Kenapa aku dicubit lagi?" aku protes.

"Pasti kamu ngomongin aku sudah tua?"

Noona tau darimana?

Noona paranormal?

Rambut Noona sudah kering. Aku menyiapkan semir rambut.

"Noona ... Selamat datang di salon Jeon's"

Aku mencampur krim pewarna dan krim developer di wadah plastik. Noona memilih warna hitam untuk semirnya.

Apa sebaiknya sekali-kali aku bawa Noona ke salon beneran?

Supaya Noona bisa ganti warna rambut.

Tapi kalau Noona tambah cantik, akan makin banyak "lebah-lebah" yang datang.

Aku menaruh handuk di pundak Noona. Aku mulai menjepit rambutnya menjadi empat bagian. Aku menyemir mulai dari bagian bawah.

Aku sudah terbiasa menyemir rambut Noona sejak dulu. Uban Noona muncul lebih cepat dari yang lain. Membuatnya harus sering menyemir rambut.

Aku dulu sering mengejeknya "Hana halmeoni" karena uban itu identik dengan nenek-nenek.

Tentu saja Noona tidak terima. Noona mencubit badanku sangat keras dan berkali-kali karena kesal. Tapi tentu saja aku tidak mempersalahkannya.

Sudah selesai. Semua uban sudah tidak terlihat lagi.

"Kita tunggu tiga puluh menit"

Noona mulai menyiapkan makan siang kami. Ia ke dapur dan memotong sayur-sayuran dan daging ayam.

"Noona mau buat apa?" tanyaku.

"Nasi goreng ayam" jawab Noona.

Noona mulai menyalakan kompor. Ia menaruh sedikit minyak di wajan. Setelah beberapa saat ia mulai menaruh bawang dan daging ayam. Kemudian sayur. Kemudian nasi.

Jadilah nasi goreng ayam. Kami makan bersama.

Setelah 30 menit ...

"Noona ... Sudah waktunya dikeramas" aku memberitahu Noona.

Aku menyiram rambut Noona di kamar mandi. Sampai air keramas tidak lagi hitam. Kemudian aku menaruh sampo di rambut Noona. Aku mulai menggosok-gosok rambut Noona.

"Appa ..." Kiki datang dengan tangan dan kaki penuh noda hitam.

Astaga aku lupa menaruh sisa semir di tempat yang tinggi, yang tidak terjangkau oleh Kiki. Aku tadi meletakkannya di lantai.

Aku segera menghampiri Kiki. Untuk melihat apakah ia memakan semir rambut. Untunglah dinding mulutnya bersih.

Tapi ...

Lantai kamar penuh noda hitam.

Komisi perlindungan ayah dan suami ...

Tolong aku ...