Jung Kook pov
Pagi hari ...
Di kamar tidur ...
Aku ternyata bangun lebih awal dari Noona pagi hari ini. Noona pasti masih capek karena tadi malam kami banyak "berolahraga" di ranjang. Aku berencana membuat sarapan untuk kami bertiga.
Bikin apa, ya enaknya?
Yang simple simple aja.
Aku melihat di kulkas ada roti tawar dan selai coklat juga keju slice.
Bikin roti panggang aja.
Aku menyalakan toaster. Menaruh roti tawar. Setelah toaster berbunyi dan roti terangkat, aku mengoles roti tawar dengan selai coklat. Kemudian membuat lagi roti tawar panggang dengan keju slice. Noona paling suka dengan keju.
Kiki menangis. Sepertinya ia lapar. Aku mengangkat Kiki dari box bayinya. Sepertinya aku harus membeli box bayi yang lebih besar atau mungkin lebih baik Kiki tidur bersama dengan kami di ranjang?
Beli box untuk Kiki yang lebih besar lagi aja. Kalau Kiki tidur denganku dan Noona, "aktivitas malam" kami bisa sedikit terganggu.
Aku menaruh Kiki di kursi.
"Bentar, Ki. Appa buatin Kiki susu botol" aku membuat susu botol untuknya. Kiki sekarang minum banyak susu. Berbeda saat ia masih baru lahir. Susu botol sudah jadi. Aku meneteskan sedikit susu ke punggung tanganku.
Panasnya pas.
Aku memberi susu botol ke Kiki. Tangannya sekarang sibuk memegang botol susu.
Aku membangunkan Noona untuk sarapan.
"Noona ... Bangun. Sarapan"
"Aku sudah bikin roti dengan selai coklat dan isian keju" aku menepuk-nepuk lengan atasnya.
Apa sebaiknya aku bawa roti panggangnya ke kamar?
Tapi Noona sepertinya masih ingin tidur lebih lama. Aku mencium Noona. Noona pasti bangun karena kumis dan janggutku sedikit tumbuh. Ia paling tidak suka dicium saat ada rambut kecil di sekitar bibirku.
"Kookie ... Gatal ..." Noona menggaruk dagu dan pipinya.
"Noona ... Kalau nggak bangun, aku cium lagi" ancamku walau aku ingin memberikan morning kiss lagi buat Noona.
Aku berhasil membangunkan Noona.
Apa aku harus pakai cara seperti Noona membangunkanku? Dengan menaruh Kiki di ranjang untuk membangunkan Noona. Tapi kalau Kiki memukul perut Noona bisa bahaya kalau ada adik Kiki.
Aku berjalan menuju ke meja makan.
Ki ... Kenapa ada jenggot di pipi gembul Kiki. Belum lagi baju dan tangan Kiki, belepotan. Aku melihat botol selai coklat. Hanya sisa separo padahal tadi masih sisa banyak.
Aku menggendong Kiki diam-diam. Menutup botol selai coklat dan menaruhnya di kulkas.
Noona masih mengantuk jadi ia tidak begitu memperhatikan wajah Kiki.
"Eomma ..." Kiki memanggil Noona.
Ki ... Jangan panggil eomma. Appa harus basuh muka Kiki dan ganti baju Kiki dulu.
"Eomma ..." Kiki memanggil Noona lagi.
Ki!
Noona menghampiriku hendak mengambil Kiki dari gendonganku.
Noona menggendong Kiki. Noona mencium Kiki.
Oh ... Tidak ...
Kenapa bibir Kiki terasa manis seperti coklat?
Mungkin karena Kiki memang manis?
Kiki balas mencium Noona.
Tapi ini benar-benar rasa coklat.
Noona membuka matanya lebar-lebar.
"Jeon Jung Kook ..."
Aku segera mengambil Kiki dari gendongan Noona. Aku membasuh wajah dan tangan Kiki. Mengenakannya baju baru.
Di meja makan ...
"Jeon Jung Kook, kamu tahu, kan kalau Kiki tidak boleh terlalu banyak mengkonsumsi gula" Noona marah.
"Aku tahu, Noona. Maaf" sebenarnya Kiki yang salah, tapi tetap aja aku yang disalahin oleh Noona.
Noona hanya takut kalau Kiki jadi hiperaktif karena mengkonsumsi banyak gula. Belum lagi resiko diabetes.