webnovel

Oh hantu ku

Na Bong-sun memiliki kepribadian yang sangat pemalu dan rendah diri, tidak punya teman dekat, dan terus-menerus ditegur di pekerjaannya sebagai asisten koki di Sun Restaurant. Dia juga sesekali melihat hantu, terima kasih kepada nenek dukun . Suatu hari, Bong-sun dikuasai oleh hantu perawan penuh nafsu bernama Shin Soon-ae. Untuk mengimbangi kurangnya romansa dalam kehidupannya yang pendek dan percaya bahwa hanya dengan kehilangan keperawanannya dia akan dapat "menyelesaikan dendamnya" dan beralih ke kehidupan setelah mati, Soon-ae bertekad untuk merayu sebanyak pria yang dia bisa dengan memiliki berbagai wanita, dan dia menemukan Vessel yang sempurna di Bong-sun. Bos Bong-sun adalah bintang koki arogan Kang Sun-woo, yang diam-diam dia naksir. Sun-woo belum berkencan dengan siapa pun sejak hatinya hancur oleh teman kuliahnya Lee So-hyung, yang merupakan produser TV. Tapi ketika Bong-sun tampaknya menyingkirkan rasa malunya dan tiba-tiba berubah menjadi wanita yang percaya diri dan dinamis, dia akhirnya menangkap matanya. Sementara itu, misteri seputar kematian Soon-ae melibatkan saudara ipar Sun-woo, seorang perwira polisi yang baik hati, Choi Sung-jae, yang mungkin tidak seperti kelihatannya.

Shinta123 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
16 Chs

Chapter 9

Begitu Soon Ae keluar dari tubuhnya dan Bong Sun mendapati dirinya sendiri sedang dicium Sun Woo, sontak Bong Sun langsung panik dan cepat-cepat minta maaf lalu kabur.

Mengira kalau Bong Sun berpikir ciumannya tadi adalah ciuman salah orang seperti itu waktu itu, Sun Woo langsung mengejarnya dan meyakinkannya kalau ciuman kali ini bukan sebuah kesalahan seperti dulu.

"Aku tahu aku bersikap aneh dan aku sendiri merasa kalau aku mau gila rasanya. Tapi aku benar-benar tulus"

"Hah?"

"Kau masih belum mengerti juga? Aku, Kang Sun Woo... menyukaimu"

Bong Sun langsung shock berat sampai cengukan tapi cegukannya langsung berhenti seketika saat Sun Woo tiba-tiba menariknya kedalam pelukannya.

Sun Woo mengaku dia tidak tahu sejak kapan dia mulai jatuh cinta pada Bong Sun, entah apakah sejak awal atau apakah sejak Bong Sun mulai berubah dan sering menempel padanya atau sejak kemarin, dia benar-benar tidak tahu.

"Tapi, satu hal yang pasti. Aku selalu ingin melihatmu dan aku merasa gugup jika kau tidak berada di sisiku"

Sun Woo benar-benar mau gila dengan perasaannya ini, mencintai seseorang yang sudah seperti keluarganya sendiri. Tapi bagaimanapun juga, dia tetap ingin mereka mencobanya. Lagipula, ini kan perasaannya sendiri, siapa yang akan berani berkomentar. Bong Sun sangat bingung sampai tidak tahu harus menjawab apa.

 

Tentu saja Sun Woo jadi frustasi dan gugup dengan sikap Bong Sun ini "Katakan sesuatu. Jangan cuma diam saja disitu. Jika seseorang sepertiku menyatakan perasaannya padamu, bukankah seharusnya kau bereaksi?"

Bong Sun sangat bingung bagaimana harus menjawabnya dan akhirnya hanya menyemburkan kata terima kasih sambil membungkuk dalam-dalam dan membuat Sun Woo jadi tambah bingung.

"Ma-maksudku... maksudku adalah..."

"Kau bilang oke kan? Maksudmu, kau juga menyukaiku kan?"

Bong Sun langsung membenarkannya dengan mengangguk kuat-kuat "Iya, chef"

Sontak saja senyum Sun Woo langsung mengembang lebar memeluk Bong Sun yang membalas pelukannya dengan kaku. Sementara Soon Ae hanya bisa melihat kebahagiaan mereka dengan sedih.

Soon Ae termenung di taman bermain terdekat, teringat betapa bahagianya Sun Woo saat ia memeluk Bong Sun tadi dan hal itu membuatnya merasa sangat resah.

Menyadari perasaannya pada Sun Woo, Soon Ae langsung mengomeli dirinya sendiri untuk sadar "Kau itu hantu, bukan Na Bong Sun"

Soon Ae berputar-putar dengan ayunannya sambil mengomeli dirinya sendiri untuk sadar. Seorang gadis lewat didepannya dan melihat ayunannya berputar-putar sendiri, sontak saja gadis itu langsung lari ketakutan.

Sun Woo dan Bong Sun bekerja sama membersihkan dapur. Tapi sejak mereka resmi pacaran, Sun Woo mulai bersikap lebih manis.

Mendudukkan Bong Sun di meja dapur, menyuruh Bong Sun untuk duduk diam saja, mengambil alih tongkat pel yang sedang dipegang Bong Sun lalu membersihkan semuanya sendiri.

Setelah selesai, dia melihat rambutnya Bong Sun masih basah lalu cepat-cepat menyalakan kipas angin untuk mengeringkan rambut Bong Sun.

Bong Sun menutup matanya menikmati hembusan kipas angin, rambutnya melayang-layang terkena angin bagai model iklan shampo dan pemandangan itu begitu mempesona Sun Woo "Sepertinya aku benar-benar tersihir olehmu. Kau seperti kacang chestnut kecil. Seperti seekor puppy"

Saat Bong Sun tersenyum lebar mendengar semua pujiannya, Sun Woo langsung mencubit pipinya dengan gemas "Lihatlah betapa bahagianya kau"

Hae Young, Eun Hee dan Sung Jae tengah berkumpul bersama saat Sung Jae ditelepon rekannya yang mengabarkan tentang opsir Han yang mengalami kecelakaan dan sekarang masuk rumah sakit.

Sung Jae terkejut (atau pura-pura terkejut) mendengar kabar itu lalu cepat-cepat pergi ke rumah sakit.

Mendengar opsir Han yang seharusnya menangani kasus tabrak larinya, mengalami kecelakaan. Eun Hee tiba-tiba merasa dadanya sesak.

Hae Young langsung cemas dan menduga pasti itu karena kejadian ini mengingatkan Eun Hee pada kenangan buruknya.

"Aku tidak apa-apa. Hanya saja kemarin aku sempat bertemu dengan opsir Han sesaat setelah pulang kerja. Kuharap dia akan baik-baik saja"

Sesampainya di rumah sakit, Sung Jae diberitahu rekannya yang lain bahwa opsir Han baru saja selesai dioperasi dan sekarang sedang di ruang perawatan intensif dan sampai saat ini opsir Han masih belum sadar.

Sung Jae bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Pak polisi itu berkata bahwa ada seseorang yang menemukan opsir Han pingsan di parkiran lalu memanggil ambulance.

Pak polisi itu menduga sepertinya opsir Han dirampok karena ponsel dan dompetnya hilang. Si penjahat itu sepertinya sudah menyiapkan tindak kejahatannya dengan sangat teliti bahkan tidak ada rekaman CCTV sama sekali.

Pak polisi itu sama sekali tidak menyadari perubahan ekspresi wajah Sung Jae yang tampak sangat kesal. Perubahan ekspresi itu memang hanya terjadi sekilas sebelum ia mengubah ekspresinya kembali dan pura-pura cemas.

Bong Sun kembali ke kamar gudangnya dalam keadaan linglung atas apa yang barusan terjadi. Dia mencubit pipinya untuk membuktikan semua ini bukan mimpi dan langsung sadar bahwa semuanya nyata setelah dia merasakan sakitnya.

Tiba-tiba dia mendengar suara ketukan dari balik tembok dan suara Sun Woo yang menanyakan apakah dia sudah tidur?

"T-tidak, belum"

"Tidurlah yang nyenyak"

"Baik, chef juga. Tidurlah yang nyenyak"

"Sejujurnya, aku tidak tahu apakah aku akan bisa tidur nyenyak. Kau harus tidur dengan baik agar besok kau tidak letih"

"Baik"

"Pastikan kau menyelimuti dirimu dengan benar. Kalau kau tidak menyelimuti perutmu, bisa-bisa kau akan sakit perut"

"Baik"

"Mimpikan aku dalam tidurmu. Bukan perintah sih, cuma saran"

"Aku akan memimpikanmu, chef"

Tapi tiba-tiba saja Bong Sun tidak mendengar suara apapun lagi dari kamar sebelah. Bong Sun menempelkan telinganya ke tembok tapi tetap saja dia tidak mendengar apapun. Apa yang terjadi dengan Sun Woo?... hihi, ternyata dia sedang meluk bantal saking bahagianya.

Soon Ae tiba-tiba muncul mengejutkannya dan langsung menggoda Bong Sun, apa Bong Sun sedang penasaran apa yang Sun Woo lakukan setelah Sun Woo menyatakan perasaannya tadi?

Bong Sun kaget menyadari Soon Ae melihat semuanya tadi. Soon Ae langsung mengingatkan Bong Sun bahwa semua yang terjadi tadi, terjadi berkat jasanya. Soon Ae beralasan bahwa dia tiba-tiba keluar dari tubuh Bong Sun karena dia merasa sangat sebal saja pada Sun Woo yang tiba-tiba mendekatinya.

"Bagaimana rasanya? Ditembak pria yang selama ini kau sukai seorang diri? Menyenangkan yah?"

Bong Sun dengan malu-malu mengiyakannya. Hanya saja dia masih belum bisa percaya apakah semua ini nyata ataukah cuma mimpi.

Bong Sun mengaku sebenarnya dia cukup cemas juga jika semua ini bukan mimpi. Karena jika semua ini hanya mimpi, maka dia bisa terbangun dan tidak merasa terluka.

"Hah, kenapa kau terlalu memikirkannya? Rintangan itu berada tepat dihadapanmu, Na Bong Sun. Dan sekarang adalah saatnya untuk mengatasi rintangan itu. Aku akan menuntaskan dendamku dan kau menjadikan chef Kang kekasihnya. Jadi kita win-win. Kita berdua harus melangkah maju mencapai tujuan kita, oke?"

"Oke"

"Percaya saja padaku dan ikuti aku. Kita pasti bisa" ujar Soon Ae sambil mengajak Bong Sun tos.

Keesokan harinya, Soon Ae sudah masuk lagi ke tubuh Bong Sun. Karena sekarang Sun Woo sudah jadi miliknya maka sekarang saatnya mulai merencanakan event besar (yah, ngerti kan maksudnya apa?) 

Saat Sun Woo bangun, dia yang kemarin begitu berbunga-bunga seperti remaja baru pacaran, hari ini bersikap sok cool dan berkata bahwa kemarin dia tidur sangat nyenyak.

"Kau pikir aku akan jadi sangat antusias sampai tidak bisa tidur begitu? Kau pikir aku hanya pernah pacaran satu atau dua hari saja?"

Tapi Soon Ae sama sekali tidak mempercayainya karena dia bisa melihat mata Sun Woo sembab, pasti Sun Woo tidak bisa tidur kemarin.

Sun Woo langsung mengedip-ngedipkan matanya sambil berusaha keras menyangkal tuduhan Bong Sun itu sampai membuat Soon Ae tertawa geli melihat tingkahnya.

"Kenapa kau ketawa? Apa aku lucu?"

"Tidak, aku hanya sangat bahagia"

Senyum Sun Woo langsung mengembang lebar mendengarnya walaupun dia memperingatkan Bong Sun untuk tidak sebahagia itu karena dia bisa saja terluka nantinya. Sun Woo juga memperingatkan Bong Sun untuk merahasiakan hubungan mereka dari orang lain.

"Oh, tentu saja. Aku punya kontrol. Sampai jumpa" ujar Soon Ae yang kemudian kembali ke kamarnya sambil melompat-lompat dengan gaya imutnya. Lucunya, Sun Woo malah ikut-ikutan menirunya.

Apakah Soon Ae benar-benar bisa mengontrol dirinya?

Hmm... sepertinya tidak karena pada kenyataannya saat mereka mulai bekerja, Soon Ae malah terus menerus memandangi Sun Woo dan membuntutinya kemana-mana sampai membuat Sun Woo jadi tidak nyaman.

Para asisten memperhatikan Bong Sun bertingkah aneh lagi, membuntuti Sun Woo kesana kemari seperti anjing peliharaan.

Apa mungkin karena Bong Sun sedang membutuhkan sesuatu lagi dari chef? Apa Bong Sun lagi minta tambah gaji? Hanya Seo Joon yang tersenyum geli mendengar semua dugaan ngawur mereka.

Saat mereka di dapur berduaan, Sun Woo langsung berbisik kesal mengingatkan Bong Sun untuk tidak bersikap sejelas itu dihadapan orang lain.

Saat Soon Ae menyangkalnya, Sun Woo langsung memberitahunya kalau asisten yang lain memperhatikan mereka sejak pagi tadi.

"Benarkah? Padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak bersikap terlalu kentara. Orang-orang saja yang terlalu sensitif"

Sun Woo tidak bisa melanjutkan omelannya karena saat itu juga para asisten mulai masuk dapur dan menanyakan menu hari ini.

Sun Woo hendak memulai rapat membahas menu hari ini saat tiba-tiba saja dia mendapat pesan cinta dari Soon Ae yang menanyakan apa rencana Sun Woo hari ini? Sun Woo langsung mempelototi Soon Ae yang langsung menggodanya dengan sexy wink.

Gara-gara itu, Sun Woo sampai tidak bisa konsen dengan rapatnya dan hampir saja lupa mau ngomong apa. Sun Woo berusaha menyelesaikan rapatnya dengan baik walaupun sepanjang rapat berlangsung, Soon Ae terus menerus mengiriminya pesan cinta.

Setelah rapat selesai, Sun Woo langsung memanggil Soon Ae ke atap. Soon Ae dengan sangat antusias, bertanya ada apa? apakah mereka mau membicarakan sesuatu yang rahasia?

"Dasar, apa sengaja yah? untuk melihatku menderita?" tuduh Sun Woo

"Bukan begitu, hanya saja ini kan hari pertama kita bersama makanya aku penasaran apa rencana kita malam ini?"

Sun Woo menyarankan sebaiknya makan malam bersama... untuk pelatihan. Soon Ae langsung kecewa mendengarnya, ternyata cuma itu saja. Sun Woo langsung protes, apa maksudnya 'cuma itu saja'? Apa Bong Sun tidak tahu berapa banyak orang di Itaewon yang ingin belajar masak darinya?

Tetap saja makan malam biasa itu tidak benar, ini kan hari pertama mereka bersama jadi seharusnya mereka melakukan sesuatu yang spesial, protes Soon Ae. Misalnya... liburan 2 hari 1 malam bersama. Liburan romantis seperti naik kereta api, melihat pantai, makan makanan yang lezat, lalu...

"Lalu setelah melakukan ini dan itu, jika tidak ada lagi yang bisa dilakukan... kita bisa pergi tidur sebentar di motel"

Sun Woo tentu saja tidak percaya kalau mereka bakalan cuma tidur sebentar kalau mereka pergi ke motel, soalnya dia tahu betul pikiran gelap Bong Sun.

Yang pasti Sun Woo tidak setuju dengan liburan 2 hari 1 malam itu, dia tidak bisa bersikap seterbuka itu jika menyangkut hubungan pria dan wanita.

"Aku sangat, bagaimana harus mengatakannya... berhati-hati dan peka terhadap masalah ini"

Soon Ae tidak mengerti memangnya apa gunanya hal-hal yang Sun Woo percayai itu jika  menyangkut hubungan antara pria dan wanita?

Sun Woo tidak mempedulikan protesnya dan menegaskan jika Bong Sun pingin acaran dengannya maka Bong Sun harus bisa mengikuti temponya.

Sun Woo lalu memberikan remote controlnya, menyuruh Bong Sun menunggu di situ minimal 5 menit baru turun lagi dan sekali lagi memperingatkan Bong Sun untuk tidak bersikap terlalu kentara apalagi sampai membuntutinya kemana-mana. Soon Ae langsung menggerutu kesal karena dia benar-benar sudah tidak punya banyak waktu.

Saat Soon Ae turun, dia kaget melihat ahjumma dukun didepan restoran. Dia berusaha menyembunyikan dirinya agar bisa melarikan diri diam-diam.

Saat ahjumma dukun melihatnya, dia langsung meyakinkan Soon Ae untuk tidak kabur karena dia datang bukan untuk menangkap Soon Ae. Dia datang hanya untuk menanyakan bagaimana perkembangan usahanya.

Mereka lalu pergi ke toko terdekat dimana ahjumma dukun langsung melahap makanannya dengan sangat rakus karena dia memang sedang kelaparan dan semua ini terjadi gara-gara Soon Ae. Ahjumma dukun lalu menanyakan perkembangan hubungannya dengan Sun Woo.

Soon Ae pun memberitahu ahjumma dukun bahwa dia dan Sun Woo sekarang pacaran bahkan kemarin mereka berciuman. Soon Ae yakin sebentar lagi dendamnya pasti akan segera tuntas.

Ahjumma dukun senang mendengarnya lalu mengaku kalau dia memang sengaja membiarkan Soon Ae kabur, karena itulah dia meminta Soon Ae untuk segera menuntaskan dendamnya dan pergi ke surga secepat mungkin karena ahjumma dukun takut kalau dewa mengetahui perbuatannya, jika itu terjadi maka dia akan kehilangan kekuatannya.

Soon Ae meyakinkannya untuk tidak mencemaskan masalah itu dan berjanji akan menggunakan kesempatan ini untuk segera naik ke surga.

Pertemuan mereka berakhir dengan cepat saat Hae Young meneleponnya dan mengajaknya bertemu. Mereka makan siang bersama dimana Hae Young menceritakan mimpinya.

Dia memimpikan Sun Woo tengah berada di ladang bunga yang sudah mati. Dalam mimpinya dia melihat Sun Woo berjalan di ladang bunga mati itu, dia memanggil Sun Woo tapi Sun Woo sama sekali tidak menjawabnya.

Hae Young resah dengan mimpi itu, makanya dia mengajak ahjumma dukun bertemu untuk memintanya mengartikan mimpinya itu.

Dari wajah ahjumma, sepertinya mimpi itu bukan mimpi yang baik tapi dia tidak malah mengatakan sebaliknya.

Ahjumma dukun berkata bahwa mimpi itu mimpi baik, justru kalau mimpi ladang bunga hidup itu artinya mimpi buruk misalnya Sun Woo akan ditipu seorang wanita sementara mimpi ladang bunga mati menandakan Sun Woo akan terhindar dari hal buruk itu. Hae Young percaya-percaya saja dan langsung mendesah lega.

Sung Jae mendatangi kamar rawat opsir Han secara diam-diam. Dia hendak mencopot oksigennya opsir Han saat tiba-tiba saja noona-nya opsir Han datang.

Sung Jae langsung pasang senyum manisnya dan menyapa noona-nya opsir Han dengan ramah. Tepat saat itu juga, opsir Han akhirnya sadar.

Noona cepat-cepat pergi untuk memanggil dokter sementara Sung Jae pura-pura mencemaskannya lalu bertanya apakah opsir Han ingat dengan kejadian penyerangannya itu?

Opsir Han dengan suara lemahnya memberitahu Sung Jae kalau dia sama sekali tidak ingat apapun. Sung Jae tampak lega dan sekali lagi pura-pura bersyukur opsir Han baik-baik saja lalu membantu opsir Han mengelap keringat dinginnya.

Akan tetapi, saat opsir Han melihat tangan Sung Jae yang memakai jam tangan, dia langsung ingat kalau penyerangnya waktu itu memiliki jam tangan yang sama persis dengan jam tangannya Sung Jae.

Opsir Han tidak mengatakan apapun tapi dia terus memperhatikan jam tangannya Sung Jae.

Saat para asisten pulang, Min Soo hendak mengatakan sesuatu tapi para asisten yang lain menduga pasti Min Soo mau mengajak mereka minum-minum lagi maka mereka langsung mencari-cari alasan apa saja agar mereka tidak perlu minum-minum bersama Min Soo lagi.

Tapi anehnya, Min Soo hari ini sama sekali tidak memaksa mereka malah menyuruh mereka pulang saja tapi sebelum pergi dia menyuruh semua orang untuk memakai pakaian yang bagus besok, Min Soo tidak menjelaskan apa alasannya dan pergi begitu saja.

Para asisten yang lain bingung sendiri, memangnya besok ada acara apa sampai harus memakai pakaian yang bagus? Apapun itu, yang pasti mereka punya perasaan buruk sampai-sampai Ji Woong ingin sekali tidak masuk kerja besok.

Soon Ae juga pura-pura pulang padahal dia hanya menunggu didepan. Tak lama kemudian, Sun Woo mengiriminya pesan dan menyuruhnya bersiap-siap. Soon Ae langsung membalas pesannya dengan mengiriminya simbol hati.

Sun Woo mengkomplain simbol hatinya Bong Sun padahal dia senyum lebar banget lalu mulai berdandan untuk acara kencan mereka.

Soon Ae pun demikian, karena tidak bisa melakukan itu dengan liburan 2 hari 2 malam maka Soon Ae memutuskan untuk mencari kesempatan dan menyerang duluan malam ini.

Soon Ae pun mulai berdandan secantik mungkin dan lagi-lagi melengkapinya dengan pengharum ruangan yang dia jadikan parfum.

Sun Woo sudah siap dan menunggu Bong Sun dengan gelisah karena Bong Sun masih saja belum keluar dari kamarnya. Saat Bong Sun akhirnya keluar, Sun Woo langsung terpesona dan menatapnya lamaaaaa sekali. Tapi ujung-ujungnya, dia malah mengolok penampilan Bong Sun dan memprotes roknya kependekan.

Sun Woo membawa Soon Ae ke restoran mewah. Soon Ae sangat kagum melihat tempat itu apalagi mengingat selama ini Sun Woo tidak pernah membawanya ke tempat semewah ini. Jangan-jangan Sun Woo mengajaknya makan di restoran ini untuk menyelidiki lawan bisnisnya Sun Woo.

"Bisa tidak kau turunkan suaramu? Tidak perlu mengumumkan kalau kita sedang memata-matai" protes Sun Woo

Saat makanan pesanan mereka datang, Sun Woo langsung menyuruh Soon Ae mencicipinya sambil menceramahinya bahwa makanan itu sama seperti fashion, sama-sama ada trend-nya. Jika seorang chef yang bisa mengikuti trend itu, berarti dia chef yang berbakat.

Sun Woo lalu bertanya bagaimana rasanya. Soon Ae dengan antusias menjawab kalau rasanya sangat enak.

Tapi jawaban itu malah membuat Sun Woo cemberut, apa masakan ini jauh lebih enak daripada masakannya? Soon Ae tentu saja langsung menyangkalnya... sambil mengelus kaki Sun Woo dengan kaki nakalnya.

"Apa-apaan kakimu itu?"

"Pasti karena kakiku sangat panjang makanya kakiku menyentuhmu terus, chef"

Soon Ae melihat sepasang kekasih duduk berdampingan sambil berciuman mesra. Dia langsung bangkit untuk meniru mereka dan duduk di sisi Sun Woo tapi Sun Woo dengan dinginnya malah menyuruhnya untuk duduk lagi di tempatnya semula.

Saat mereka hendak pulang, Soon Ae langsung beraksi mendekati Sun Woo tapi saat Sun Woo mundur dengan panik, Soon Ae dengan senyum geli berkata kalau dia cuma mau memakaikan seatbelt-nya Sun Woo.

Sun Woo benar-benar tidak bisa konsen menyetir karena Soon Ae terus menerus mencari-cari berbagai alasan untuk menyentuhnya di tempat-tempat yang terlarang.

Sun Woo langsung menghentikan mobilny dan langsung keluar sambil menggerutu kesal karena tangan nakal Soon Ae mengganggu konsentrasinya dalam menyetir.

"Kalau kau terus seperti ini maka..."

"Maka aku akan dapat masalah? Aku ingin sekali mengalami masalah itu"

"Kau tahu, kalau aku sudah ingin melakukannya, kau pasti akan sangat terkejut"

"Karena itulah, kenapa kau tidak kau biarkan aku mendapat kejutan itu?"

Sun Woo mau langsung pulang tapi Soon Ae melarangnya dan berusaha membujuknya untuk makan patbingsu (es serut kacang merah). Sun Woo langsung terbujuk dan Soon Ae pun langsung mengajaknya ke kedai es kacang merah yang katanya enak itu.

Mereka berjalan dan terus berjalan tapi lama-lama Sun Woo merasa aneh karena bahkan setelah mereka tiba di tempat yang cukup terpencil, tetap saja mereka belum sampai-sampai juga.

Dan ternyata perasaan buruknya Sun Woo benar, Soon Ae tidak membawanya ke kedai patbingsu tapi ke area motel. Sun Woo benar-benar kesal dan Soon Ae pura-pura kaget mereka tiba di area motel.

Dia berusaha membujuk Sun Woo untuk masuk ke salah satu motel sebentaaaar saja... dengan alasan kakinya sakit.

Soon Ae bahkan berjanji hanya akan berbaring dan memegang tangan Sun Woo saja, tidak yang lain-lain.

Tapi pastinya Sun Woo sama sekali tidak mempercayainya dan langsung menyeret Soon Ae keluar dari area itu.

Sun Woo membawa Soon Ae ke taman dan bertanya kenapa Bong Sun menyukainya? Apa yang sebenarnya Bong Sun sukai darinya? Dia atau cuma tubuhnya saja yang Bong Sun suka? Hahaha... kata-kata yang seharusnya diucapkan wanita pada pria tapi kenapa sekarang malah kebalikannya.

"Biasanya wanita memang mengatakan hal-hal semacam itu tapi aku bukan wanita biasa. Kenapa kau terlalu memikirkannya, aku menyukaimu dan tubuhmu. Dan karena aku menyukaimu makanya aku ingin melakukannya denganmu. Memangnya hal itu aneh yah bagi pria dan wanita yang sama-sama sehat.

Sun Woo menjelaskan kalau dia orang yang konservatif dalam hal hubungan pria dan wanita. Sun Woo berprinsip sebuah hubungan akan berkembang jika pria dan wanita saling berbagi perasaan sebelum masuk ke tahap itu.

Tiba-tiba bertemu dengan seseorang lalu langsung melakukan itu, sama sekali tidak masuk akal bagi Sun Woo. Dia sama sekali tidak bisa se-liberal Bong Sun.

"Bukan karena aku liberal. Tapi karena aku menyukaimu, chef"

"Jika kau memang menyukaiku, bukankah seharusnya kau bersikap lebih bijak? Memangnya aku ini apa? makanan instan? Kau harus lebih bisa mengontrol perasaanmu"

Soon Ae benar-benar frustasi dengan kekeraskepalaan Sun Woo. Saat Sun Woo memprotes kebiasaan buruknya padahal dia wanita, Soon Ae langsung protes memangnya kenapa kalau dia wanita? Apa tidak boleh kalau wanita bersikap seperti ini?

Soon Ae mengatai Sun Woo kolot dan kuno, lagipula jika wanita berusaha sampai sejauh ini maka seharusnya Sun Woo memberinya sedikit kesempatan.

Perdebatan mereka lama kelamaan jadi semakin sengit, Soon Ae menyindir Sun Woo dengan pedas karena Sun Woo lah yang tiba-tiba menciumnya dan sebagainya tapi sekarang dia malah ingin menjalani hubungan mereka secara bertahap.

Soon Ae tiba-tiba beranjak bangkit dan menjauh dari Sun Woo dan bertanya seperti inikah tahap-tahap yang Sun Woo maksud?

Jelas bukan itu maksudnya Sun Woo. Tapi karena Sun Woo juga tidak menjelaskan apa-apa, Soon Ae jadi semakin salah paham dan terus mengomel panjang lebar sampai Sun Woo capek mendengar omelannya dan langsung menutupi kedua telinganya untuk meredam suara kicauan Soon Ae.

Eun Hee dan Sung Jae berduaan di rumah. Sung Jae mengabarkan keadaan opsir Han yang sekarang sudah mulai membaik dan akan segera keluar dari rumah sakit. Eun Hee lega mendengarnya.

Saat Sung Jae memberitahunya kalau penjahatnya tidak diketahui, Eun Hee langsung mengutuki si penjahat itu, dia yakin langit pasti akan menghukum para pejahat itu suatu saat nanti.

Sung Jae menyetujui kutukan Eun Hee tapi saat tangannya tak sengaja tertusuk pembuka botol wine dan Eun Hee ingin melihat lukanya, sontak Sung Jae langsung menampik tangan Eun Hee dengan marah.

Eun Hee shock dengan kekasaran Sung Jae itu. Tapi Sung Jae dengan cepat mengubah sikapnya lagi dan meminta maaf.

Setelah minum wine, Sung Jae mengajak Eun Hee jalan-jalan. Eun Hee memberitahu Sung Jae betapa bahagianya dia bertemu dengan teman-teman lamanya yang membuatnya terkenang masa-masa indahnya dulu. 

Tapi Eun Hee menyadari Sung Jae jarang menceritakan tentang dirinya sendiri dan masa lalunya di panti asuhan.

Flashback,

Sung Jae remaja pulang ke rumah dimana kedua orang tuanya sama sekali tidak menyambut kedatangannya karena mereka terlalu asyik menimang bayi mereka yang baru lahir.

Saat dia masuk ke kamar orang tuanya untuk menyetempel buku rapornya, Sung Jae melihat adik bayinya dengan kesal. Ia hendak membunuh adiknya itu tapi ayahnya masuk tepat saat itu juga dan menangkap basah perbuatannya. Jelas saja ayahnya marah besar dan langsung memukulinya dan menendangnya keluar.

Suatu hari, Sung Jae berkelahi dengan seorang remaja lain yang lebih kuat darinya dan tentu saja Sung Jae kalah telak. 

Saat dia dikurung di gudang dalam keadaan lebam dan berdarah, sesosok roh/hantu/bayangan hitam tiba-tiba mendekatinya. (Err... jadi dia dirasuki roh jahat sejak remaja yah? Tapi sebelum dirasuki, dia bukan orang baik juga sih

Kembali ke masa kini,

Eun Hee mengenang pertemuannya dengan Sung Jae 3 tahun yang lalu. Waktu itu, Eun Hee ingin bunuh diri tapi Sung Jae tiba-tiba muncul mencegahnya.

"3 tahun yang lalu, jika aku tidak bertemu denganmu dan kehilangan hasrat hidup mungkin aku tidak aka berada disini sekarang, iya kan?"

"Mungkin" sahut Sung Jae dengan senyum liciknya

Tapi Eun Hee tidak begitu mengerti dengan apa yang pernah Sung Jae katakan dulu bahwa kita hidup atau mati bukan kita yang menentukannya, apa maksud Sung Jae itu? Apa Sung Jae mengatakan itu hanya untuk memprovokasinya saja? Tapi bagaimanapun juga, Eun Hee sangat menyukainya dan sejak saat itu, dia mulai sering memikirkan Sung Jae.

"Begitu yah"

Sun Woo dan Soon Ae pulang bersama tapi Soon Ae yang masil kesal, menjaga jarak dari Sun Woo. Bahkan saat Sun Woo menoleh padanya, Soon Ae langsung mundur menjauh sambil bertanya ketus apakah jarak sejauh ini sudah sesuai dengan keinginan Sun Woo.

Dia sama sekali tidak mau mendengarkan apapun yang ingin Sun Woo katakan dan terus menyindir dan menyuruh Sun Woo untuk melindungi tubuhnya lalu mengucapkan selamat malam sambil membungkuk dalam-dalam seperti seorang pelayan.

"Kenapa dia bersikap berlebihan seperti itu? Apa kau tahu perasaanku yang sebenarnya?" gerutu Sun Woo

Sesampainya di kamarnya, Sun Woo meminum banyak air putih untuk menenangkan emosinya dan menyemangati dirinya sendiri untuk tetap bertahan.

Soon Ae keluar dari tubuhnya Bong Sun dan langsung mondar-mandir sambil mengeluarkan semua unek-uneknya pada Bong Sun. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk menunggu tapi Sun Woo malah membuatnya sangat frustasi. 

Soon Ae heran apa masalahnya, Sun Woo sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang kolot dan kuno, sekarang juga bukan jaman Joseon, jadi kenapa mereka tidak langsung melakukannya saja?

Berbeda dengan Soon Ae, Bong Sun malah lebih menyetujui prinsipnya Sun Woo. Baginya, sikap Sun Woo itu adalah salah satu sifat Sun Woo yang sangat menarik, walaupun Sun Woo tampak seperi orang yang gampangan tapi nyatanya tidak sama sekali, justru Sun Woo adalah orang yang sangat serius dan bertanggung jawab

"Kau pikir itu daya tarik? Apa kau memakai kacamata warna bunga-bunga?" protes Soon Ae

Bong Sun heran mendengar keluhannya Soon Ae, apa Soon Ae tidak merasa kalau Sun Woo itu sangat menarik. Soon Ae langsung menyangkalnya dengan canggung, dia beralasan bahwa dia bukannya berpikir kalau Sun Woo tidak menarik hanya saja dia merasa jual mahal itu tidak sopan.

Tiba-tiba mereka mendengar suara Sun Woo yang sepertinya keluar dari kamrnya dan bicara pada err... anjingnya namanya stalker? 

Bong Sun ingin keluar menemuinya tapi Soon Ae yang masih kesal, langsung melarangnya dan meyakinkannya untuk bersikap lebih tegas. 

Bahkan sekalipun Bong Sun sangat ingin menemuinya, Bong Sun harus bisa menahannya. Kalau Bong Sun menyerah maka usaha mereka akan jadi semakin lama.

Bong Sun jadi bingung karena dia ingin sekali melihat Sun Woo, tapi karena Soon Ae terus menerus melarangnya, akhirnya ia hanya bisa mengintip Sun Woo sebentar dari celah pintu kamarnya.

Keesokan harinya. Semua asisten kecuali Min Soo yang belum datang, sedang heboh setelah mendapat pemberitahuan dari medsos, hari ini hari ultahnya Min Soo. Pantas saja kemarin Min Soo mengoceh terus tentang hari ini. 

Mereka semua langsung panik karena Min Soo pasti akan menggila dan mengharapkan hadiah mahal dari mereka. Soon Ae menyarankan sebaiknya mereka mengadakan pesta ultah kecil-kecilan saja tapi yang lain sangat yakin kalau hal itu tidak akan cukup bagi Min Soo.

Dong Chul menyarankan sebaiknya mereka pura-pura tidak tahu saja dan semuanya langsung menyetujui usul itu. 

Min Soo datang tak lama kemudian, ia tampak sangat bahagia dan berusaha memberi berbagai macam petunjuk pada semua orang tentang hari lahirnya bahkan mengajak semua orang untuk makan sup rumput laut nanti siang. 

Min Soo yakin dengan petunjuknya itu, mereka semua pasti akan menyadari hari ini hari ultahnya, dia bahkan menduga kalau semua orang pasti sudah menyiapkan kejutan untuknya. Saat lampu tiba-tiba mati, Min Soo langsung menduga pasti semua orang mau memberinya pesta ultah kejutan.

Betapa kecewanya dia saat dia menyadari tidak ada pesta ultah untuknya bahkan semua orang sepertinya tidak ada yang tahu kalau hari ini hari ultahnya karena mereka malah sibuk membicarakan tentang pemadaman listrik.

Lama kelamaan kekecewaannya berubah jadi kemarahan, mengomeli semua orang karena mereka semua telat kerja lalu menyuruh mereka berbaris di luar untuk menginpeksi penampilan semua orang mulai dari kuku, rambut dan sebagainya. 

Bahkan wajah tampan Seo Joon pun membuat Min Soo makin emosi sampai-sampai dia menyuruh Seo Joon operasi plastik biar jadi jelek.

Setelah Min Soo pergi, semua orang akhirnya menyadari kalau mereka tidak akan bisa melewati hari ini dengan selamat kalau mereka tidak melakukan sesuatu ultahnya Min Soo. 

Seo Joon menyarankan sebaiknya mereka memberikan sabuk kulit yang dia dapatkan secara gratis berkat membeli celana jeans untuk mereka hadiahkan pada Min Soo, sabuk kulitnya itu palsu tapi kelihatan asli.

Min Soo sedang menggerutu kesal seorang diri saat semua orang tiba-tiba muncul mengejutkannya dengan lagu ultah dan kue ultah. Seketika itu pula, Min Soo jadi merasa tidak enak dengan semua kemarahannya tadi. 

Setelah dia meniup lilin ultahnya, sepertinya semua orang langsung menggebukinya dengan sayuran dan buah-buahan, euhm... mereka mengklaim kalau itu hanya gebukan ultah tapi kayaknya mereka memang sengaja balas dendam deh soalnya ngebukinnya keras banget hehe.

Mereka semakin membuat Min Soo tersentuh saat mereka memberinya kado. Walaupun dia pura-pura tidak mengharapkan hadiah, tapi saat dia membuka kadonya, dia langsung bertanya apakah itu hadiah mahal? 

Semua orang langsung terdiam canggung... tapi untunglah Min Soo percaya saja kalau itu barang kulit asli lalu meminta maaf pada semua orang atas semua kemarahannya tadi dan mentraktir semua orang minum-minum nanti malam.

Sun Woo datang belakangan dan karena dia tidak punya hadiah apapun, dia langsung memberikan kartu kreditnya pada Min Soo dan menyuruh Min Soo mentraktir semua orang dengan kartu kreditnya itu. (Wah, bos yang baik). Min Soo pura-pura merasa tidak enak tapi ujung-ujungnya dia terima juga.

Ahjussi Shin dan Kyung Mo baru saja berbelanja bersama. Dalam perjalanan pulang, mereka melewati jembatan sungai tempat Soon Ae tenggelam. 

Ahjussi Shin memberikan sebutir apel di pagar jembatan sebagai sesajen untuk Soon Ae. Ahjussi menatap sungai itu dengan sedih dan mengutuki si pejahat yang membunuh Soon Ae.

Sung Jae kebetulan lewat dan melihat mereka. Seperti biasanya, Sung Jae pura-pura bersikap ramah bahkan menawarkan tumpangan pulang untuk mereka. 

Tapi saat hendak membantu ahjussi Shin membawakan belanjaannya, Sung Jae memperhatikan simpul tali sepatunya ahjussi Shin yang sama persis seperti simpul tali Soon Ae.

Ternyata dulu Soon Ae pernah membantu Sung Jae menyimpulkan tali sepatunya dengan menggunakan metode khusus yang tidak akan membuat tali sepatu mudah terlepas.

Sung Jae langsung mengorek informasi tentang simpul tali sepatunya dan ahjussi pun dengan polosnya memberitahu Sung Jae kalau Bong Sun lah yang menyimpulkan tali sepatunya. Tentu saja semua itu membuat Sung Jae jadi makin mencurigai Bong Sun.

Malam harinya, semua asisten hendak keluar untuk makan malam bersama merayakan ultahnya Min Soo. Mereka hendak mengajak Sun Woo untuk ikut tapi belum sempat Sun Woo menjawab, Soon Ae langsung menyela dan menyemburkan sindirannya lagi.

"Aku sangat yakin dia tidak akan mau ikut. Chef kita ini orang yang sangat konservatif. Sebaiknya kita pergi dan bersenang-senang sendiri"

Saat mereka keluar, Min Soo langsung memuji kehebatan Bong Sun dalam menyindir Sun Woo tadi. 

Dia sangat lega karena Sun Woo tidak ikut karena suasana pesta mereka pasti tidak akan nyaman dengan kehadiran Sun Woo.

"Tidak seharusnya kau mengatakan hal seperti itu saat kau menggunakan kartu kreditnya" sindir Seo Joon

Mereka keluar dari restoran tanpa menyadari kehadiran Sung Jae yang diam-diam memperhatikan Bong Sun dari kejauhan.

Semua asisten berpesta dengan meriah bahkan memesan semua makanan dalam porsi besar karena... kapan lagi mereka akan bisa memakai kartu kreditnya Sun Woo?

Saat semua orang sudah mulai mabuk, mereka baru menyadari Bong Sun menghilang. Seo Joon keluar dan menemukan Bong Sun/Soon Ae sedang mabuk berat didekat sepeda motornya.

Seo Joon tersenyum geli melihat Bong Sun lalu dengan manisnya membantu Bong Sun duduk di kursi. Soon Ae lalu curhat padanya, tentang 'temannya' yang punya pacar. 

Temannya itu sangat liberal sampai menyerang pacarnya duluan sementara pacarnya temannya itu malah sebaliknya dan menolak melakukan itu dengan temannya. Soon Ae tidak mengerti apakah pria tidak suka dengan wanita yang sifatnya terlalu kuat seperti itu?

Seo Joon langsung tersenyum geli karena dia yakin betul kalau kisah itu bukan kisah temannya tapi kisah Bong Sun sendiri "Ada dua kemungkinan. Yang pertama, pria itu tidak ingin melakukannya karena wanita itu kurang cantik. 

Yang kedua, pria itu sangat mencintainya sampai dia memutuskan untuk menunggu tumbuhnya kepercayaan dalam hubungan mereka. Jika yang pertama maka dia cuma pria biasa. Tapi jika yang kedua, berarti dia pria yang cukup baik"

Tapi Soon Ae malah jadi semakin bingung, jadi alasannya yang pertama apa yang kedua? Seo Joon juga tidak tahu, tapi dia yakin pasti alasannya yang kedua "Karena kau lumayan cantik"

"Ah, bukan aku tapi temanku. Teman dekatku"

"Kalau begitu, bilang pada temanmu itu untuk memperbaiki dirinya karena dia akan menyesal kalau sampai kehilangan pria itu"

Seo Joon pura-pura kecewa karena sepertinya belakangan ini Bong Sun sudah tidak pernah lagi memegang tangannya, apa mungkin penyakit jablay yang Bong Sun derita itu sudah sembuh? 

Soon Ae langsung memegang tangan Seo Joon dan menyangkalnya, penyakitnya itu sama sekali belum sembuh.

Setelah puas makan dan minum-minum, mereka melanjutkan pesta mereka ke karaokean dan menggila disana. Paling suka waktu Bong Sun dan Seo Joon duet sambil senderan nyanyi lagu romantis dan Min Soo pura-pura nangis geje heee.

Sun Woo menghabiskan waktunya dengan mengecek blog 'You're My Sunshine' dan heran kenapa sampai sekarang masih belum ada update, apa karena 'Sunshine' sedang sibuk?

Tapi lama kelamaan, dia jadi gelisah karena malam sudah semakin larut tapi Bong Sun masih belum pulang juga. Beberapa kali dia dapat sms pemberitahuan tentang penggunaan kartu kreditnya dan hal itu malah membuatnya makin gelisah karena sepertinya Bong Sun suka sekali menghabiskan waktu bersama sekumpulan pria lain.

Sun Woo menunggu dan terus menunggu... bergulingan di kasur, main bola, main gitar, mondar mandir ga jelas tapi tetap saja Bong Sun tidak pulang-pulang juga.

"Ah, dia benar-benar sudah gila. Sekarang sudah jam 2 pagi, apa saja yang mereka lakukan? Dia melakukan semua ini bukan sengaja untuk balas dendam padaku kan? Kalau iya, kekanak-kanakan sekali dia"

Tiba-tiba dia dapat sms pemberitahuan kartu kreditnya lagi, tapi kali ini sms itu langsung membuatnya panik luar biasa karena kartu kreditnya digunakan di sebuah motel. OMO!.

"Sebentar, Na Bong Sun. Wah, dia sudah gila beneran. Dia pasti sudah tidak waras!"

Dia berusaha menelepon ponselnya Bong Sun tapi tidak diangkat... panik, Sun Woo langsung menelepon Min Soo untuk menanyakan apakah Bong Sun bersama mereka di motel. Sun Woo makin panik saat Min Soo mengiyakannya malah memberitahunya kalau Bong Sun sedang mandi.

Seketika itu pula, Sun Woo lari secepat mungkin ke motel yang dimaksud dan langsung masuk dengan mudah karena pintunya tidak dikunci. Dia melihat semua orang tidur berhamburan dalam satu kamar. Min Soo di lantai dengan celana setengah terbuka, asisten yang lain bergelung bersama di kasur sementara Bong Sun tidur di lantai sendirian.

Sun Woo berusaha membangunkan Soon Ae secara diam-diam tapi Soon Ae malah bersuara keras saking bahagianya melihat Sun Woo. 

Sun Woo langsung menutup mulutnya dengan panik lalu menggendong Bong Sun keluar dari sana dengan hati-hati agar tidak membangunkan semua orang.

Sesampainya di luar hotel, Soon Ae yang masih mabuk berat, terus menerus berteriak-teriak mengajak Sun Woo minum-minum lagi. 

Sun Woo benar-benar frustasi dibuatnya dan akhirnya dia langsung menghentikan aksi Bong Sun dengan menggendongnya sampai ke sebuah toko dimana Sun Woo memaksa Bong Sun untuk minum sebotol air putih sampai dia kekenyangan dan sadar dari mabuknya.

"Apa yang sebenarnya kau pikirkan? Wanita macam apa yang masuk motel dengan sekumpulan pria?"

"Ah, iya iya. Aku tidak seperti chef yang sangat konservatif. Bagi wanita liar sepertiku, motel sudah seperti rumahku sendiri"

"Berhentilah memutar balikkan segalanya!"

Mereka terus memperdebatkan masalah motel yang menurut Soon Ae cuma tempat istirahat lagipula kenapa juga Sun Woo tidak mau ikut kalau dia memang secemas ini. 

Bahkan sekalipun dia menyindir Sun Woo konservatif, bukan berarti dia tidak ingin Sun Woo untuk tidak ikut. Sun Woo saja yang tidak mengerti maksudnya. Lagipula kenapa juga Sun Woo bereaksi berlebihan seperti ini, para pria itu tidak ada yang menganggapnya sebagai wanita.

"Kenapa kau bukan wanita? Kau benar-benar wanita sampai membuatku cemas setengah mati"

Sun Woo yakin Bong Sun pasti tidak tahu apa yang pria pikirkan, pria bisa berubah seketika. Dan jika Bong Sun tidak hati-hati maka dia pasti akan mendapat masalah. 

Karena itulah... "Mulai sekarang kau harus selalu berada disisiku. Jangan pernah meninggalkanku walaupun cuma sesaat. Aku sangat cemas jadi aku akan menempelkanmu padaku seperti permen karet"

"Bukankah kau yang memberitahuku untuk menjauh darimu?" sindir Soon Ae

"Aku tarik kembali kata-kata waktu itu. Mulai sekarang, kau harus menempel padaku apapun yang terjadi"

Soon Ae tentu saja bersedia melakukannya dengan senang hati dan langsung menempel ke Sun Woo seperti permen karet.

Mereka lalu berjalan pulang dengan Soon Ae/Bong Sun melingkarkan tangannya ke tangan Sun Woo sambil bertanya apakah Sun Woo benar-benar tidak ingin melakukannya ataukah cuma menahan diri? Tapi Sun Woo tidak mau menjawabnya.

Tiba-tiba Sun Woo berhenti di tengah jalan lalu menggandeng tangan Bong Sun.

"Ayo kita memulainya (hubungan kita) seperti ini, perlahan-lahan, untuk waktu yang sangat-sangat lama, Na Bong Sun"