webnovel

Dean's Yard

Celine menghela nafasnya, berkali-kali ia mencoba tak terlalu memikirkan apapun. Tangannya bergerak menyentuh ujung kamera yang dibawanya, menyeka beberapa tetes air hujan yang tanpa permisi membasahi benda kesayangannya. Dipersimpangan jalan ia terpikir untuk menaiki bus, namun jika ia benar-benar menaiki bus entah pukul berapa ia sampai nantinya.

Celine membuka aplikasi di telepon selulernya. Saat sedang men-scroll kumpulan berbagai video yang dibuat dengan penuh effort tersebut ia terdiam pada sebuah video dan mendecih tak lama setelahnya.

"I'm going to make, a beautiful life for myself. I deserve it." Tutur audio dari video yang ia dengar.

Beautiful apanya gumam Celine.

Sebuah taxi melintas dihadapannya dan Celine segera melambaikan tangan untuk memberhentikan laju mobil tersebut.

"Westminster nona?" Ulang supir taxi memastikan tujuan calon penumpangnya. Celine mengangguk mengiyakan.

Karena perjalanan menuju Westminster hanya memakan waktu sekitar 15 - 20 menit, Celine memilih mengistirahatkan tubuhnya sebentar. Sebenarnya ia terlelap dan terbangun ketika mobil yang ia naiki berhenti di tengah jalan tertahan oleh segerombolan orang yang memblokir jalanan.

Tepatnya di jalan Victoria st dekat Mc donald's seberang lampu merah sebelum Cathedral Piazza.

"Maaf nona sepertinya saya tak bisa  mengantar anda sampai tujuan, saya tak ingin mobil yang menjadi satu - satunya mata pencaharian saya hancur tak berbentuk."

Asal kalian tahu saja saat malam natal tiba lautan manusia akan berkumpul di satu titik dan membuat kendaraan tak bisa melintas. Bukan hanya saat natal, hampir setiap perayaan tempat bersejarah akan menjadi tempat perkumpulan manusia.

Biasanya saat kumpulan tersebut terganggu akan ada seseorang yang menjadi provokatif dan menyebakan keributan terjadi. Bukan hanya disini sepertinya orang-orang diseluruh belahan dunia menjadi sedikit sensitif akhir-akhir ini. Entah karena pandemi yang tak kunjung usai ataukah luapan emosi yang tak dapat terbendung lagi.

"Ah, tidak apa-apa saya bisa melanjutkannya dengan berjalan kaki" Celine mengeluarkan beberapa poundsterling dan bergegas keluar.

"Sekali lagi saya meminta maaf dan terimakasih atas kemurahan hati anda nona"

Celine tersenyum, ketika mobil taxi tersebut mundur dan berbalik arah, wajahnya berubah masam. "Orang-orang sialan ini, tidak bisakah mereka duduk dan diam saja" geram Celine.

Sebenarnya jalanan yang dilewati Celine sangatlah cantik, apalagi hari ini merupakan salju pertama yang sedang turun. Sepanjang jalan dihiasi dengan lampu tumblr yang di lingkarkan pada   pohon cemara. Pukul 4 sore terasa seperti sudah malam dikarenakan salju turun dan jalanan menjadi gelap. Tak terlalu gelap karena banyak lampu penerang di sepanjang jalan. Mood Celine sedang berada di titik tak ingin diganggu, rasanya Celine ingin melemparkan kepalan salju pada wajah orang-orang. Menyebalkan.

Entah berapa kali ia menghela nafasnya hari ini. Melewati jalan 20 Dean's yard Celine melihat 2 orang laki-laki seumurannya tengah berfoto di depan Westminster Abbey. Keduanya tampak tak asing, apalagi seorang pria jangkung yang tengah tersenyum lebar menampakkan lesung pipi dengan mengenakan mantel hitam berbulu yang sama dengan miliknya.

"Jeffry?" Ucap Celine yang tak sadar mengatakannya dengan lantang membuat sang pemilik nama mencari asal suara ke kanan dan kiri hingga akhirnya mata mereka bertemu. Sesaat Jeffry mematung, ia langsung tersadar saat Mark menepuk pundaknya untuk menghampiri Celine.

Dikarenakan hari ini merupakan malam natal, Westminster Abbey cukup ramai dikunjungi jemaat yang hendak pergi berdoa. Belum malam hari saja dekorasi dan pemandangan ditempat tersebut sudah sangat sempurna.

Tempat klasik memang memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat orang-orang. "Yo, Celine the number one whassup!" Sapa Mark.

"Sedang apa kau berkeliaran disini sore hari, dan sendirian?" Mark menyernyit heran.

"Tak boleh?" Sambar Jeffry.

"Mate aku tidak bertanya padamu" Mark menepuk dada Jeffry dengan lengannya agar Jeffry diam.

"Kalian sendiri sedang apa disini?" Celine balik bertanya.

"Kami? Tentu saja berdoa di gereja untuk menyambut hari raya, malam nanti kami akan merayakannya dengan pergi ke pub kau mau ikut?" Jeffry yang mendengar celotehan mark menarik topi mantel yang dikenakan mark hingga tercekik.

Setelah terlepas dari serangan Jeffry, Mark meneruskan perkataannya "The Red Lion kau tahu kan, para gadis sangat menawan disana. Ah aku tak sabar menari dan menjadi laki-laki terkeren yang pernah ada. Kau juga bisa membawa pulang seseorang kalau kau mau" Mark menaik turunkan alis menggoda Celine.

"Jangan dengarkan dia, kau tahu kan otaknya sedikit tidak beres. Sehari bertaubat setiap hari melakukan maksiat." Jeffry ingin sekali menjahit mulut sahabatnya yang satu ini, bagaimana jika Celine menganggapnya seorang laki-laki murahan.

Celine tertawa menanggapi dua orang tersebut. "Yasudah aku harus pulang, kalian lanjutkan saja"

"Pulang? Apa kau pulang pergi ke sekolah setiap hari seperti ini?" Tanya Jeffry, ia shock karena jarak sekolah dan Westminster yang cukup jauh.

"Tidak, aku menumpang"

"Menumpang? Ditempat siapa?" Tanya Jeffry.

Untuk beberapa saat Celine bergeming tak menjawab.

"Di Flat ku" ujar Mark.

"Hah?" Jeffry membuka mulutnya lebih lebar. Sepertinya otaknya berhenti bekerja.

"Kau pikir sendiri saja bodoh, untuk apa dia menumpang dirumahku. Lagian kenapa kau menanyakan hal seperti itu, itu adalah hak dan privacy nya kau tak berhak menanyakan hal semacam itu pada seseorang yang tidak kau kenal." Jelas Mark. Ia merapatkan bibir Jeffry dengan tangannya hingga terlihat seperti bebek.

"Bagus Celine kau tak boleh menjawab hal seperti itu, kita kan tidak tahu jika dia memiliki niat jahat atau tidak"

Jeffry menepis tangan Mark dengan kasar,"Aku bukan orang asing"

"Memangnya kau itu siapanya? Kekasih?" Celetuk Mark.

Tak menghiraukan pertanyaan tersebut Jeffry melanjutkan pertanyaannya.

"Berapa lama kau akan berada disini? Aku akan tinggal untuk beberapa hari disini, kalau kau ingin berkeliling aku bisa menemanimu"

"Sekitar 3 - 4 hari mungkin?" Jawab Celine tak yakin.

Mark melotot mendengar sohibnya yang kelewat berani. Apa kupingnya tak salah dengar? Jeffry seperti mengajak seorang gadis berkencan. Dunia jelas sedang tidak baik-baik saja.

"Aku akan berada di depan Westminster Abbey pukul 10 pagi jika kau membutuhkan bantuan"

"Um, baiklah sampai jumpa." Celine tersenyum, ia kemudian menepuk pipinya agar berhenti tersenyum.

Sepeninggal Celine Mark berteriak "What on earth Jeffry, sekarang aku mengerti mengapa orang bisa mati karena terkejut."

"Jeff kau tak gila kan? Otakmu masih berfungsi dan aman ditempatnya kan?"

"Atau jangan - jangan kau bukan Jeffry yang aku kenal. Tunggu, sejak kapan kau dekat dengan si nomor satu?" Tanya Mark mengguncang pundak Jeffry.

"Diamlah" Jeffry segera meninggalkan Mark, sejujurnya ia sendiri pun tak percaya dengan apa yang dikatakannya pada Celine tadi. Oh Tuhan lutunya lemas.

"Kau tak mau menjawab sahabat kesayanganmu ini Jeff?" Teriak Mark dengan nada yang sumbang.