webnovel

Ocean Earth

Ketika daratan perlahan digantikan dengan lautan, dua pilihan dihadapkan kepada manusia, pasrah menunggu nasib atau berusaha untuk hidup...

Amethyst1984 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
21 Chs

Chapter XVII: Back

Ayodya kembali ke permukaan dan dua orang terlihat sudah menunggunya. Hawkins dan Orizon. "Aku bersumpah akan membunuhnya jika dia tidak kembali,"kata Hawkins dalam amarah. Orizon terlihat menenangkannya. Mereka berdua masih belum tahu bahwa Ayodya sudah berada di atas permukaan air, 100 m dari mereka.

Ayodya mendekati mereka. Orizon menoleh kebelakang dan menyadari keberadaan Ayodya. "Lihat! Dia sudah kembali!"katanya kepada Hawkins. Hawkins menoleh. Matanya terlihat merah karena menangis. "Syukurlah," gumamnya pelan. "Syukurlah," Ia menyeka air matanya dan pergi mengejar Skliros. "Hei, kau tak mau menjelaskan apapun padanya?"teriak Orizon pada Hawkins yang semakin menjauh.

"Apa yang terjadi?"tanya Ayodya. "Bukan apa-apa. Senang melihatmu kembali,"kata Orizon tanpa menjawab pertanyaan Ayodya. "Tentu saja, urusanku belum selesai bukan?"kata Ayodya sambil mengepalkan tangannya. "Sekarang adikku sudah dalam tahap ketiganya, kita harus memfokuskan diri untuk melindungi manusia."kata Orizon lagi. "Bagaimana dengan Skliros?"tanya Ayodya. "Hawkins yang akan mengurusnya,"

Ayodya dan Orizon berhasil melindungi para manusia dengan baik. Sekarang, giliran mereka untuk melawan balik. "LLAB ELOH CKALB!"teriak Ayodya sambil mengarahkan telapak tangannya ke Okeanos. Tampak sebuah lubang hitam muncul di belakang Okeanos dan siap menghisapnya kapan saja. Okeanos menghindar dengan mudah. "KAU MEREMEHKANKU, ANAK OURANOS,"teriaknya.

Tetapi, ia tak menyadari bahwa lubang hitam yang dibuat oleh Ayodya ada di ujung kedua kakinya, ujung kedua tangannya, dan ujung kepalanya. Lubang hitam itu melebar, menggabungkan diri menjadi sebuah bola yang menutupi Okeanos. Tarikan yang membesar, membuat Okeanos sadar bahwa ia tidak akan bertahan lama jika ia tetap berada di sana.

Ia memindahkan dirinya keluar dari bola lubang hitam tersebut. Ha, kau pikir itu cukup untuk melenyapkanku?gumamnya dalam hati. Ia melihat Ayodya dengan pandangan meremehkan. "Kau tak tahu apa yang terjadi jika lubang hitam bertabrakan?"tanya Ayodya sambil tersenyum. Oh, tidak, kata Okeanos dalam hati.

Ledakan yang dahsyat terjadi. Okeanos terhempas hingga keluar bumi. Ia mengumpulkan tenaga pada kakinya dan melesat kembali ke bumi. Kurang ajar, katanya dalam hati. Ini pasti karena dia mendapatkan kekuatan ayah! Ia menggenggam erat trisulanya,bersiap untuk mengarahkannya pada Ayodya. Aku akan mendapatkan kekuatan ayah! Apapun yang terjadi!

BUK! "PERHATIKAN ORANG-ORANG YANG HARUS KITA LINDUNGI!"teriak Hawkins sambil menjitak kepala Ayodya. "Aw, aku tak tahu kalau kekuatannya akan menjadi sebesar itu."kata Ayodya membela diri. "Untung saja, ada dewa langit di sini yang bisa menahan kekuatanmu kapan saja! Dua lubang hitam bertabrakan saja sudah sangat berbahaya! Bisa kau bayangkan apa yang terjadi jika lima lubang hitammu bertabrakan dan tak ditahan oleh Orizon?" Ayodya hanya menunduk sambil tertawa-tawa.

"AWAS!"teriak Hawkins sambil mendorong Ayodya. Byur! Ayodya kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke air. "Apa yang kau lakukan, orang tu…" Terlihat sebuah trisula merah menancap di punggung Hawkins. "Oh tidak, Hawkins,"kata Ayodya. Ayodya melepas trisula merah tersebut dari tubuh Hawkins dan melemparnya ke laut. Orizon diam-diam mengambil trisula itu.

"Oh tidak, aku tak tahu apa yang akan terjadi jika manusia tertusuk trisula itu. Apa dia mati?"tanya Ayodya sambil memeluk tubuh Hawkins. "Bangun, Hawkins! Bangun, pak tua!"teriaknya sambil mengguncang-guncangkan tubuh Hawkins yang terkulai. "Apa yang harus ku lakukan?" Ia teringat dengan Orizon. Ia melihat ke kanan dan ke kiri. Orizon terlihat menghampirinya.

"Orizon, apa yang harus ku lakukan?"tanya Ayodya sambil menangis. "Aku membiarkan temanku mati,"katanya lagi sambil menunduk. Sayangnya, Ayodya tidak melihat wajah Orizon yang berusaha untuk menahan tawanya. "Pfft!" Ayodya menoleh dan mendapati Orizon bergetar hebat sambil membelakanginya. Ia mengira Orizon menangis.

"Pak tua, berapa lama lagi waktu yang kau perlukan supaya kau puas dipeluk anakmu sendiri?"kata suara Galaxias dari langit. Ayodya memandang Hawkins yang tiba-tiba saja bangun dan berteriak, "Diam kau, Galaxias! Kau tidak bisa melihatku senang untuk sebentar saja?" Ayodya kebingungan dengan apa yang terjadi, begitu pula dengan Okeanos. Ia menganga dari kejauhan.

"Hahahahaha!" Tawa Orizon tak bisa dibendung lagi. Ayodya kebingungan dan tak mengerti apa yang terjadi. Ia butuh penjelasan. "Hahaha! Kurasa kau berhutang penjelasan pada anakmu, Ouranos,"kata Galaxias. "Adakah seseorang yang bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi sekarang? Siapapun? Aku butuh penjelasan sekarang!"kata Ayodya.

"Begini,"kata Hawkins sambil duduk di depan Ayodya. "Aku adalah Ouranos, dewa dunia ke delapan, sekaligus ayahmu," Ayodya tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "APA?"teriaknya. Sekarang jelas sudah arti kedekatannya dengan ibunya. Jelas, orang ini , maksudnya, dewa ini adalah ayahnya.

"Kenapa kau bersikap seolah-olah tak mengenalku ketika kita bertemu pertama kali?"tanya Ayodya. Ouranos tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia merubah dirinya menjadi sosoknya yang sesungguhnya. "Jangan lupa, kita masih dalam pertempuran,"katanya sambil melepaskan kekuatannya. Ia bahkan bisa melepas kekuatan yang telah dikunci Okeanos. Jadi ini kekuatannya yang sesungguhnya?

Sebuah pusaran air menarik kaki Ayodya dan menghempaskannya ke laut dengan keras. "Jangan abaikan aku!"teriak Okeanos dari jauh. "Tentu saja aku tak akan melupakanmu, makhluk tamak!"teriak Ayodya sambil melancarkan serangan balik. "Orizon, aku menyerahkan manusia kepadamu, biar aku yang menghadapi Skliros,"kata Ouranos. "Tapi, kau tak mungkin menghadapinya sendirian! Ia sudah meminum…"

"Percayakan dia padaku, ini masalah luka lama,"kata Ouranos. "Baiklah,"kata Orizon dengan sedikit khawatir.

"NIAR DIOROETEM!"teriak Ayodya sambil menunjuk Okeanos. Beratus-ratus meteoroid jatuh dari angkasa dan menghunjam Okeanos. "DRAUG ETULOSBA!"teriak Okeanos sambil menyilangkan tangan di depannya. Gelombang air naik dan mengelilinginya, membentuk bola yang melindunginya dan membeku. "DIOROETEM CITNAGIG YREIF!"sambung Ayodya. Okeanos tidak menduga adanya serangan terakhir. Meteorit raksasa berapi itu menghantamnya dengan keras.

Okeanos terhempas dan jatuh ke lautan. Ia berenang kembali menuju ke permukaan dan melihat Ayodya dengan tatapan benci. Ia kembali melesat ke angkasa dan mengarahkan tangannya ke Ayodya. "SELDEEN DNASUOHT A!" Ribuan jarum dari es mengelilingi Ayodya dari atas, tengah dan bawah. "Kena kau,"kata Okeanos sambil tersenyum.

"LLAB ELOH CKALB!"teriak Ayodya. Lubang hitam muncul dari ujung tangan, kaki dan kepalanya, menyatu dan menyelimutinya dengan membentuk bola. Ayodya menjentikkan tangannya dan lubang-hitam itu menarik semua jarum es Okeanos dan melenyapkannya. "Coba kita lihat apakah kau mampu menahan yang ini!"teriak Okeanos.

"IMANUST HSILLEH!"teriaknya. Tsunami merah menerjang Ayodya dari atas. Ayodya melesat ke tempat yang lebih tinggi. Ia tahu berada beberapa meter dari permukaan air laut tidak menguntungkannya. "Kau tak akan bisa kabur,"kata Okeanos sambil mengarahkan telunjuknya ke bawah. Tsunami merah itu makin lama makin besar dan sebelum Ayodya bisa pergi ke tempat yang lebih tinggi, tsunami itu menerjangnya.

Aku harus memindahkan diriku keluar. Ayodya meninggalkan lubang hitamnya di permukaan laut. Ia berniat memperkecil gelombang dengan menyerap airnya menggunakan lubang hitam itu. Tapi, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Lubang hitamnya tidak menyerap apapun dan makin lama, lubang hitam itu makin mengecil.

"Kupikir kau akan menyadarinya, sejak kau anak dari Ouranos, dewa kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan. Tapi, kurasa aku menilaimu terlalu tinggi," Ayodya menoleh dan menyadari apa yang dimaksud oleh Okeanos. Trisula merah itu! Dia pasti menggunakan kekuatan trisula merah itu! Itu sebabnya lubang hitamku hilang! Trisula itu menyerapnya!

Ayodya membuat lubang hitamnya menjadi lebih kecil dan pipih, kemudian melemparkannya ke arah Okeanos. Ia mengincar trisula itu. Trisula itu harus dimusnahkan. TRANG! Okeanos memutar bola matanya, "Hmpf,"katanya meremehkan. Ia menggerakan trisulanya dan lubang hitam yang dilempar Ayodya terpantul begitu saja.

"Kau meremehkan kekuatan barang suci,"katanya lagi. "Tadinya aku tak ingin menggunakan ini dan berniat untuk melawanmu dengan jujur dan adil. Tapi, melihatmu begitu serius, aku tak punya cara lain,"lanjutnya. "Hahahahaha!" Ayodya tertawa dari kejauhan. "Ternyata kau tidak yakin bisa mengalahkanku dengan kekuatanmu sendiri, hahahahaha!"

"Tutup mulutmu, rendahan! Makhluk sepertimu tak pantas mendapat kekuatan ayah!"katanya sambil melesat menuju Ayodya. Trisula merah teracung di tangannya, siap menikam Ayodya kapan saja. "ESNEFED DNOMAID!"teriak Ayodya. Tameng intan menyelimutinya dan mengelilinginya. "LLAB ELOH CKALB!" Lubang hitam melindunginya sebagai lapisan kedua. Ia mengambil nafas dalam-dalam.

"Aku tahu anakku tak akan bertarung dengan adil, jadi kau harus mempelajari ini, ini adalah pertahan absolut milik suamiku, pelajari ini dan latihanmu selesai jika kau bisa melakukannya," Suara Dewi Gi terngiang-ngiang dalam kepalanya. "Yang terpenting di sini adalah keyakinan, jika keyakinanmu lemah, pertahanan ini tidak akan berhasil,"

Aku yakin bisa menang. Aku pasti bisa. Aku bisa, ucapnya dalam hati. "ITKASAMIB NANAHATREP!"teriaknya. Sebuah tameng besar terbentuk di depan Ayodya. Tameng tersebut bersinar, menyilaukan Okeanos sementara. Ia tak bisa melihat, namun ia pantang menyerah. Ia harus menyelesaikan semuanya saat ini juga.

Dengan kekuatannya, ia melempar trisula di tangannya. Trisula tersebut melesat dan menembus semua pertahanan Ayodya. Kini, Okeanos bisa melihat dan betapa terkejutnya ia saat pertahanan kedua Ayodya belum juga runtuh. Ia melempar lagi trisula kedua dan trisula itu menancap tepat di depan mata Ayodya. Pertahanan ketiga Ayodya runtuh.

Okeanos tersenyum, perkiraannya benar. "Ucapkan selamat tinggal dengan benar, manusia,"katanya sambil tersenyum jahat. Ayodya membelalak. Bukan mantranya yang melindunginya dari dua serangan terakhir Okeanos, tapi ayahnya. Ouranos muncul di depan matanya dengan dua trisula yang menancap di tubuhnya. Darah mengalir dari mulutnya dan perlahan tubuhnya membusuk dan hancur menjadi serpihan debu.

Galaxias gemetar. Ia tidak menduga hal ini akan terjadi. "Kukira kau mengetahuinya ayah, bahwa Osa Pairnei o Anemos merupakan SEPASANG SENJATA PEMUSNAH DEWA,"