webnovel

Obsession Or Love

Kisah cinta Azumi dan Jacobs..

silvaaresta · Urbain
Pas assez d’évaluations
165 Chs

Azumi yang berani

"ayo kita pulang." Jacobs sudah menghampiri wanita yang tadi dia tinggal, Azumi hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Kau sangat baik sekali pada mereka." Ujar sang wanita ketika Mereka sudah mau membuka pintu ruangan tadi.

"Aku baik pada orang-orang yang baik." Ucapan yang terdengar biasa saja, tapi cukup membuat hati sang wanita kembali berdesir aneh.

"Ya..."

Mereka berdua sudah berjalan ke luar ruangan, baru saja Azumi ingin kembali melangkah. dia melihat orang-orang yang sedang meributkan sesuatu.

"Dasar bodoh! apakah matamu Benar-benar tidak melihat!? pakaianku terlalu mahal! bahkan gajimu tidak mampu membayarnya!." Ujar suara yang berteriak kencang itu.

Semua orang sudah berkumpul dan berbisik-bisik sinis, Azumi awalnya tidak mau ikut campur karena Jacobs juga sepertinya tidak tertarik dengan keributan yang ada.

Namun, Langkahnya kembali terhenti Ketika suara itu...?

"Maafkan aku Nona, Tadi jantungku kambuh. aku merasa bersalah, maafkan aku.."

"Bodoh! jika kau sakit, jangan bekerja! menyusahkan sekali!."

"Ayah?." Ujar Azumi dengan suara yang sangat pelan, buru-buru dia melepaskan tangan dari Jacobs dan berlari ke arah kerumunan itu.

"Azumi!." Panggil Jacobs dengan nada malas, lelaki itu tidak tau kenapa sang wanita malah tertarik untuk berlari ke arah kerumunan orang.

Namun Azumi tidak peduli dengan panggilan Jacobs, dia sudah mendorong beberapa orang dengan resah. Lalu saat ini matanya telah melihat sang ayah yang basah kuyup karena tertimpa banyak gelas minuman. Bahkan tubuhnya terluka di beberapa sisi.

Azumi tanpa berkata apa-apa lagi langsung menghampiri sang ayah, dia memegang dengan erat tangan seseorang yang sudah mau menampar pipi ayahnya. "Apakah pantas seorang yang berpendidikan memperlakukan orang rendahan Sepertinya dengan sangat buruk!?." Tanya Azumi dengan wajah yang dingin dan tatapan mata sangat marah.

"Siapa kau!!? wanita sialan! apakah kau tidak tau siapa aku! berani-beraninya kau berkata seperti itu!?."

"AKU MEMANG TIDAK TAU SIAPA KAU! APAKAH AKU HARUS TAU SETIAP ORANG KAYA DI DUNIA INI! APA UNTUNGNYA!? tidak ada untungnya bukan? jadi jangan bertindak seenaknya! yang bodoh itu kau! berpenampilan layaknya orang kaya dan mengangkat wajah sangat tinggi, tapi tidak bisa menghormati orang yang lebih tua!."

"Azumi.." Bisik Zein pada Anaknya, saat dia lelaki tua itu tidak bisa berkata apa-apa, dia merasa bersalah pada banyak orang.

"Ya!!! Kau kurangajar! apakah kau mampu mengganti pakaian yang tertumpah minuman ini? dasar orang tidak berguna! sudah miskin banyak omong! jangan bertindak seolah-olah kau bisa membayar pakaian ini!."

"Dan apakah kau mampu membelinya lagi? Jika kau memang merasa dirimu sempurna, dirimu lebih berguna, Setidaknya jangan berteriak minta ganti rugi! aku yakin Harga pakaian itu hanya uang recehan untukmu bukan? jadi kenapa kau harus repot-repot membuat masalah dan berteriak seperti orang susah? jika kau benar-benar kaya dan uangmu banyak, setidaknya kau bisa bermurah hati untuk melepaskan laki-laki ini. Apalagi ini acara amal, aku yakin kau butuh wajah baik untuk masa depan!."

Mendengar ucapan dari Azumi, wanita yang berbicara itu hanya bisa menahan amarahnya saja. Beberapa wartawan mendadak masuk Karena mendengar keributan, membuat beberapa orang berpura-pura memasang wajah sedih.

Tidak ada yang bisa di lakukan orang-orang disana, mereka memang sedang dalam acara donasi yang mendatangkan banyak orang. Bahkan wartawan di setiap stasiun televisi hadir untuk meliput. karena tidak mau ikut campur dengan urusan yang ada, beberapa dari mereka memilih menyingkir dan berpura-pura tidak melihat.

Azumi hanya tersenyum kecil saat semua wartawan itu seperti penolong yang luar biasa. "Ayo ayah, saatnya pergi." Azumi mengangkat tubuh Ayahnya dengan perlahan, dia hanya sendirian saja tanpa di bantu orang lain. setidaknya saat ini orang-orang tidak ada yang berani mengatakan apa lagi.

dua orang itu berjalan dengan tertatih-tatih, Zein Benar-benar merasa malu Karena anaknya bisa ada di acara ini dengan pakaian yang sangat indah. Namun bibirnya terkunci rapat, dia tidak berani mengatakan apa-apa, karena takut membuat anaknya semakin terpojok.

Azumi memang wanita kuat, sudah sejak dulu dia mampu menjaga dirinya sendiri. Dia mampu berbicara beberapa hal yang membuat musuhnya mundur dengan rasa malu, dia selalu berada paling depan saat orang-orang yang dia sayang berada dalam masalah. kepintaran yang di milik Azumi memang sudah terlihat sejak dia kecil, wanita itu sangat mirip dengan ibunya yang telah lama meninggal dunia.

"Ayah baik-baik saja? kita akan obati lukanya saat di rumah saja oke? aku kesini bersama Seorang teman, aku hanya tidak mau membuatnya malu jika bertindak berlebihan lagi. Aku takut dia malah menganggap aku tidak tau diri." Azumi berbisik pelan ke samping telinga ayahnya, ketika Mereka melewati pintu ruangan tadi dan sekarang sudah berada di loby gedung yang lebih sepi. namun masih ada beberapa pengawal dan pelayan yang melirik dengan rasa ingin tau.

"Ayah paham, Ayo kita keluar lebih dulu." Kata Zein, yang telah menundukkan kepalanya.

Mereka sudah sampai di depan pintu depan dan saat ini berada di jalanan. Azumi bingung ingin meminta bantuan Jacobs yang Entah dimana, atau menaiki taksi saja?

Tapi Azumi bukan wanita yang akan meminta bantuan dan merasa tidak berguna, dengan berat hati dia harus merelakan sedikit tabungannya untuk memesan taksi. Untungnya itu adalah tempat yang strategis untuk menaiki kendaraan. salah satu taksi sudah di berhentikan dan mereka berdua masuk ke dalam.

Helaan nafas terdengar di bibir Zein, dia memegang tangan anaknya yang juga sepertinya sudah merasa lega.

"Maafkan ayah, aku membuat masalah lagi."

"Tidak masalah ayah, mungkin ini sudah menjadi tugasku menjaga dirimu. Jangan pernah sungkan pada anak sendiri, tapi mulai saat ini jangan pernah bekerja lagi. aku hanya tidak mau hal-hal seperti tadi terulang kembali, kau tau kenapa? karena aku tau orang seperti kita hanya akan di anggap rendah saja. Untungnya aku ada disana dan melihatmu langsung, bagaimana jika aku tidak ada? apa yang akan terjadi? aku hanya tidak mau kau kenapa-napa. aku menyayangimu sangat banyak, kau hidupku dan kau satu-satunya yang akan selalu aku utamakan." Azumi memeluk ayahnya dengan erat, dia memang merasa takut jika ayahnya di perlakukan buruk oleh orang lain.

Itu kenapa saat ini dia hanya bisa menatap sang ayah dan membicarakan Beberapa nasehat yang masuk akal.

"Aku tau, aku janji tidak akan bekerja lagi. aku tidak akan membuatmu susah dan malu. aku tidak akan pernah melakukan hal-hal seperti tadi, terimakasih ya Nak.. Kau selalu ada saat aku membutuhkan dirimu." Zein mengelus lembut Kepala anaknya, Azumi hanya bisa tersenyum dan mengangguk kepalanya dengan pelan. Mereka berdua terdiam selama perjalanan berakhir, lebih tepatnya mereka sama-sama lelah.