Kocak. Randra benar-benar menjadi bahan ledekan Arif dan Faizal. Setelah puas dan merasa lelah pada perut akibat kebanyakan tertawa, kini mereka pun siap menyantap makanan yang baru dihidangkan oleh penjaga kantin.
"Suka banget sama bakso sih, Yang. Pantas saja pipi kamu sudah kaya pentol." Arif mencubit gemas pipi Khanza. Seperti tidak ada menu lain saja, kekasihnya itu setiap hari selalu memesan menu yang sama.
"Au! Sakit," rengek Khanza manja. Memanyunkan bibir, gadis cupu itu pun kembali menyendok menu di depannya dan meniup-niup sebelum menyantapnya.
"Oh iya, Bro. Gue hampir lupa," seru Faizal yang tentu saja untuk dua teman lelakinya. "Nanti malam ada drag, anak Macan nantangin geng motor kita buat balapan."
"Oh ya," tanggap Randra. "Boleh juga tuh, Rif." Pemuda yang masih mengaku gemetaran itu menatap pada sang sahabat di seberangnya.
Sontak Arif melirik Khanza yang di balas tatapan tajam dan gelengan kepala dari kekasihnya. "Gue kayaknya nggak bisa ikutan," jawab Arif.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com