Darah menggenang banyak di lantai. Tidak ada satupun orang yang mengetahui bahwa seorang penulis novel terkenal, Laura Deana. Tewas mengenaskan di apartemen miliknya. Saat pagi hari ada temannya yang ingin mengajak Laura pergi, datang ke apartemen.
Sudah diketuk beberapa kali. Namun, si pemilik apartemen tidak kunjung muncul dari balik pintu. Menghubungi si penulis pun, sama sekali tidak diangkat sejak kemarin malam. Temannya itu melihat ada seorang pria yang melintas di lorong meminta tolong buat mendobrak pintu apartemen Laura. Di sisi lain, ia sangat khawatir banget dengan Laura.
Jarang sekali, Laura tidak mengangkat dan menjawab chat miliknya. Pria itu mendobrak pintu apartemen sekuat tenaga dan pada akhirnya pintu pun ambruk. Mereka berdua terkejut melihat tubuh dingin penuh darah menggenang di ruangan tengah. Teriakan teman Laura, menjerit histeris.
Suara sirene polisi terdengar sepanjang jalan dan berita news memberitahu bahwa penulis novel terkenal bernama Laura Deana, tewas menggenaskan di dalam apartemennya. Barang-barang di lokasi kejadian segera di amankan salah satunya buku yang di genggam oleh Laura. Buku berjudul "Hujan Darah", buku ciptaannya sendiri.
Pemuda yang tengah duduk menikmati segelas kopi hanya melirik sedikit ke arah televisi kecil itu. Semua orang tercengang mendengar kematian novelis cantik yang masih berusia 30 tahun tersebut. Mengecek ponselnya begitu banyak artikel muncul "kematian misterius seorang novelis". Segera ia matikan ponselnya dan keluar mencari angin sejuk.
Polisi masih menyelidiki kasus kematian seorang novelis yang misterius. Saat melewati toko roti, ada seorang gadis memanggilnya.
"Irul!" panggil Riska membuat si empu menoleh.
"Kau tahu, kabar terkini. Kematian novelis. Sungguh di sayangkan sekali. Dia mati mengenaskan di apartemennya." kata Riska membahas Laura, si novelis terkenal.
Laura adalah novelis yang baik banget, murah senyum, muka polos nan lucu serta karya-karya yang di ciptakan-nya pun sangat keren. Dan tidak pernah gagal membuat pembaca ketagihan. Karya yang baru liris kemarin, buku berjudul Hujan Darah. Buku yang semalam ia baca dan tewas.
Buku berjudul Hujan Darah tersebut menceritakan orang yang terus gagal dalam hidupnya. Seolah takdir menolak mentah-mentah orang itu untuk sukses. Orang itu sangat menderita sekali meski menderita ia tetap senyum ke orang-orang dan tetap berbagi. Walau dirinya sendiri, susah untuk makan.
Membaca buku tersebut tidak bakal kuat untuk di baca dan pertama kalinya Laura menciptakan genre buku yang dark story banget. Padahal Laura selalu menulis genre Romantis dan Thriller Detektif. Irul sendiri sangat menyukai genre Thriller Detektif yang ditulis oleh Laura Deana yang berpecah menjadi 3 series. Menceritakan seorang detektif yang memecahkan kasus kematian seorang anak kecil yang tewas di bangunan kosong.
Irul tidak percaya kalau anak kecil itu tewas karena ulah temannya sendiri yang penasaran "mencekik leher" akan membuat orang mati atau tidak. Dan deteketif itu sama sekali tidak percaya bahwa anak yang selama ini menemaninya adalah pelaku pembunuhan anak yang terbunuh. Sebelum deteketif itu menyadari, anak yang menemaninya dan pelaku sebenarnya, menghilang dan tidak ditemukan keberadaannya.
Sedangkan kalau series kedua sama series ketiga detektif yang di tulis oleh Laura, ada sangkut pautnya dengan kisah cinta terhadap balerina misterius. Alurnya yang acak-acakan dan banyak teka-teki membuat rasa pembaca penasaran. Bukan malah bosan.
Irul sendiri tidak tahu, mengapa? Laura bisa menulis cerita serumit itu. Sedangkan Irul yang ingin menjadi penulis pun enggan menulis alur rumit.
"Kira-kira siapa yang membunuh novelis itu?" kata Riska menopang dagu melihat wajah Irul, seksama.
Pemuda itu terlihat jauh lebih diam dari biasanya. Riska menghela nafas kasar, berkata,"kau ini! Membosankan sekali!"
Irul melihat Riska bangkit berdiri lalu mengambil puncake di etalase dan memberikannya ke Irul.
"Kau tidak seperti biasanya. Jauh lebih diam daripada dulu. Sebenarnya, kau ada masalah apa sih?" kata Riska dibalas gelengan Irul.
"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin diam saja." katanya memakan puncake itu lalu pergi. Riska hanya menggeleng saja melihat perubahan sikap Irul yang tidak asik hari ini.
***
Menjalani hidup yang biasa-biasa saja membuat Irul merasa bosan. Mungkin, rasa semangat menulisnya sedang runtuh serta mendapatkan kabar buruk atas kematian, Laura Deana. Ia sama sekali tidak penasaran, mengapa wanita itu tewas cara seperti itu dan buku berjudul "Hujan Darah" menjadi saksi bisu kematian Laura.
Irul melihat buku Hujan Darah di dalam kaca toko buku. Sampul buku yang dominan berwarna merah darah terpajang di sana. Mengamati begitu seksama dan memilih untuk membeli buku tersebut.
Cuaca yang cerah di gantikan oleh awan mendung, sebentar lagi hujan akan tiba. Suasana hati Irul kini tidak menentu. Mengapa suasana hatinya sering gelisah dan juga penasaran dengan kematian Laura.
"Aku penasaran, apa yang ia tulis di dalam sini." katanya membuka satu persatu halaman.
Irul membaca buku dark story. Kalimat yang tersusun di buku itu begitu banyak peristiwa kecelakaan yang beruntun dan menyebabkan nyawa orang-orang melayang. Tidak sedikit juga kejadian perampokan secara brutal dalam satu rumah dan apartemen.
Salah satunya seorang wanita yang tergelatak penuh darah dengan genggaman bukunya. Sontak saja, Irul melemparkan buku Hujan Darah keluar dari jendela masuk ke dalam tong sampah yang ada di bawah. Terbelalak lebar melihat apa yang ditulis oleh Laura Deana.
Tidak mungkin, ia menulis tentang kematiannya sendiri di dalam bukunya. Irul menggelengkan kepala dan segera mengecek ponsel melihat kabar terkini mengenai kematian Laura Deana.
Dan dugaannya benar. Orang-orang tengah membicarakan mengenai buku Hujan Darah, dimana mereka mengklaim kalau Laura menulis kematiannya sendiri di dalam buku tersebut. Mereka juga mencari siapa pelaku pembunuhan novelis terkenal, Laura Deana.
Irul memilih pergi dari apartemen kecilnya menuju ke toko roti, Riska. Ia harus memberitahu temannya tersebut. Akibat Irul terlalu buru-buru dan tidak melihat kiri kanan saat menyebrang. Ia tidak tahu, kalau ada truk melaju kencang dan kecelakaan pun tak dapat dihindarkan begitu saja.
Darah langsung keluar di trotoar. Irul tewas dalam kecelakaan tersebut. Namun, sebuah keajaiban terjadi. Ia hidup kembali dengan nama yang sama, Irul. Ia mengalami transmigrasi itu hal yang mustahil di dunia nyata.
Ia duduk di perpustakaan dalam keadaan bengong. Melihat di depannya ada laptop penuh tulisan. Di dunia ini, Irul menjadi seroang novelis yang memiliki dua karya terbit.
"Dimana aku? Kenapa aku ada di sini? Bukannya aku udah mati?" gumamnya bertanya-tanya sambil mencoba membaca satu word bertuliskan kisah romantis.
"Irul!" panggil seorang wanita yang suaranya cukup di kenal.
Menoleh kebelakang. Terkejut, tidak percaya melihat novelis terkenal yang mati menggenaskan di dalam apartemen.
Laura Deana.
"Bagaimana naskah mu hari ini?" tanyanya tersenyum sumringah.