Hauw Hauw dengan marah keluar dari rumah Jing Jing dan membanting pintu mobilnya. Pengawalnya tidak berani mengikuti melihat kemarahan terpancar dari wajah bosnya.
Hauw Hauw mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia merasa frustasi.
Sebuah rekaman bunyi tamparan terdengar dari dasboard mobil Hauw Hauw.
"Hey bocah gila! Lihatlah perbuatanmu!" Teriak seorang gadis marah
"Hey! Jing!" Kata seorang pria bahagia dan tak percaya
"Hey! Turunkan aku!!! Bayiku akan pusing bila kau putar putar begini" teriak
"Kau benar benar hamil Jing?" Tanya pria itu sangat bahagia hingga tak percaya
"Iya bodoh! Apakah ini balon menurutmu!" Jawab gadis itu cemberut
"Huuuyuuuuuuuu aku menjadi ayahhhhhh!"Teriak seorang pria itu bahagia sambil memutar kembali tubuh gadisnya itu.
"Kalau begitu menikahlah denganku Jing?"
"Tidak tau! Tidak tau! Tidak tau!" Jawab gadis itu cemberut
"Apa maksudmu Jing?" Tanya Hauw Hauw
"Aku tidak mau menikah bila perutku menggendut! Aku akan melahirkannya dulu kemudian menikah dengan gaun cantik!" Seru gadis itu
"Baiklah apa saja maumu Jing" seru Hauw Hauw sambil memeluk gadisnya
Mendengar rekaman itu Hauw Hauw merasa entah ingin tertawa atau menangis. Setiap merindukan Jing Jing dia akan selalu memasang rekaman kebersamaan mereka secara acak. Hauw Hauw selalu merekam setiap detik kehidupannya.
Dia sangat bersyukur akan hal itu. Karena itu dia masih bisa hidup dan membuka mata saat kerinduannya pada gadisnya menyerang hingga dia merasa akan mati. Hari itu mereka janjian untuk piknik. Itu benar benar hari yang indah.
Kemudia rekaman berikutnya kembali terdengar. Rekaman itu pada saat Jing Jing melahirkan.
"Oekkkkkk oekkkkkkk" suara bayi perempuan yang cantik telah lahir.
Hauw Hauw mendampingi Jing Jing yang di operasi caesar. Umur Jing Jing masih terlalu muda untuk melahirkan normal saat itu. Tidak ada keluarga dan teman. Hanya mereka berdua.
Mereka kabur begitu kedua orang tua mereka memaksa mereka segera menikah. Hauw Hauw hanya ingin menyenangkan hati gadisnya yang mengandung itu.
"Selamat Tuan Nyonya. Anak anda perempuan dan sempurna. Wajahnya benar benar cantik." Kata dokter yang menangani
Untuk pertama kalinya Hauw Hauw menangis sejak dia masih kecil. Dia benar benar bahagia. Tangannya di gengam erat oleh putrinya yang munyil.
Berulang kali ia mencium kening Jing Jing dan mengucapkan terima kasih. Hanya itu yang dapat Hauw Hauw ucapkan karena ia sangat bahagia. Bersama Jing Jing dia bisa bernafas dan bahagia.
"Jing, di hadapan Tuhan, Imam, para saksi, saya dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu menjadi istri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka secara Katolik. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan menolong saya." ucap Hauw Hauw hampir menangis
"Di hadapan Tuhan, Imam, para saksi, saya dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu menjadi suami saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan mendidik mereka secara Katolik. Demikian janji demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan menolong saya." Ucap Jing Jing
Terdengar tepuk tangan meriah ketika mereka bertukar cincin. Acara pernikahan mereka begitu hikmat. Walau tanpa orang tua mereka menikah di temani beberapa teman mereka sebagai saksi.
Hari hari mereka sangat bahagia bersama. Sampai pada saat Jing Jing kembali ke rumah keluarganya untuk memberitahukan semuanya. Inilah awal bencana di hidup mereka terjadi.
Hauw Hauw menangis tersedu sedu mendengar rekaman itu. Dia sudah tak tau harus bagaimana. Dia hanya bisa menangis mengeluarkan ap yang selama ini dia tahan. Harapannya pupus.
"Aku tidak bisa hidup tanpamu, Jing" batin Hauw Hauw ketika ada lampu menyorot matanya.
Terjadi sebuah tabrakan hebat yang di akibatkan Hauw hauw melawan arus.