webnovel

9

9√

Elsa menaiki mobil Vian yang berada di depan gerbang SMA Aruma. Vian sempat melirik dua teman Elsa yang masih berdiri di depan gerbang.

Diturunkannya kaca mobil pintu kemudinya, kemudian menatap dua orang cewek yang sedang menatapnya balik itu.

"Masuk" ujarnya. Yang tanpa pikir panjang dituruti oleh dua cewek cantik dengan rok mini itu.

Elsa melirik Vian sekilas "Kita mau kemana?" tanyanya.

"Pulanglah"

"Kok mereka ikut?"

"Di apartemen ada tiga ceret."

Livi mendengus sebal mendengar ucapan Vian, ia yakin suami sahabatnya itu sengaja mengajaknya dan Rebecca supaya teman teman cowok itu bisa dekat dengan mereka.

"Kalo gue tau bakal ketemu Vino, ogahhh gue" sungut cewek yang selalu menjadi pujaan hati Vino itu.

Tanpa mereka sadari Rebecca tersenyum kecil, mengingat sebentar lagi ia akan bertemu Rendy.

Lama dengan keheningan masing masing, ke empat remaja akhirnya sampai di parkiran depan apartemen.

Saat memasuki lobby apartemen, beberapa mata dari orang yang berada disana menatap penuh keinginan pada tiga cewek yang selalu menjadi pusat perhatian itu dimana pun.

Didalam lift juga begitu, beberapa gadis merasa minder dengan kecantikan dan aura memikat dari Elsa, Livi dan Rebecca.

Vian hanya menggelengkan kepalanya saja, tak tau harus berkomentar apa lagi tentang penampilan tiga idola Aruma itu yang salah satunya adalah istrinya.

"Astaga, Tuhan"

Vian menghela nafas kasar melihat apartemennya yang tanpa hitungan jam sudah berubah menjadi kapal pecah.

Tanpa menghiraukan Vian, Vino malah menghampiri Livi dengan senyum terbaiknya.

"Hai Vi, lo tau ngga hari ini hari apa?" Vino menaik turunkan alisnya berusaha menggoda Livi. Tapi tanggapan Livi malah membuat sahabat-sahabat Vino tertawa meledek.

"Basi anjing gombalan lo" cibir Kevin.

"Biarin, namanya usaha buat dapetin yayang Ivi."

Livi seolah-olah mau muntah ketika mendengar ucapan Vino yang sangat receh.

"Jawab dong Vi" tuntut Vino karena Livi belum menjawab pertanyaannya tadi.

"Hari selasa bukan?" basa-basi Livi menanggapi Vino.

"Bukan, ini adalah hari paling membahagiakan yang masuk dalam daftar hidup gue"

"O aja"

Lagi lagi Livi membuat Vino malu di depan para sahabatnya. Rendy yang paling terbahak atas penderitaan sahabatnya. Dan hal itu malah membuat Rebecca tersenyum sendiri.

Elsa yang sudah berganti pakaian, muncul dari dapur dengan nampan yang berisi jus jeruk.

Semua yang berada di dalam apartemen Vian itu segera mengambil gelas mereka masing masing dan langsung meneguknya karena sedari tadi memang mereka sangat haus.

"Cuihh.." Elsa sontak terkejut melihat teman-temannya yang memuncratkan jus buatannya.

"Kenapa?"

"Asem Sa" ucap Becca tanpa ragu diangguki semuanya.

Elsa menggigit bibirnya, ini pertama kalinya ia merasa tak enak pada orang lain yang telah mencobai minuman buatannya.

"Gu..gue ngga tau buatnya. Sorry" ucapnya pelan.

Vian terkekeh geli melihat ekspresi yang pertama kali Vian lihat dari istrinya itu.

"Beli aja gih Ren" ujar Vian pada Rendy sambil memberi kunci motornya.

"Ayo Re, temenin gue. Kalau gue ngajak Livi nanti si monyet marah lagi" Rebecca mengangguk saja mengikuti langkah Rendy di depannya.

"Tunggu disini ya Vi, anggap aja rumah sendiri kayak dua ceret itu" ujar Vian sebagai tuan rumah lantas menyusul istrinya ke dalam kamar.

Dilihatnya Elsa baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah basah, sepertinya cewek itu baru saja mencuci muka.

Vian bersandar di dekat cermin tempat biasanya Elsa merias diri "Abis nangis?" godanya.

Elsa menggelengkan kepalanya "Ngapain gue harus nangis" Elsa duduk di bangku yg ada di depan cermin.

Tanpa di duga, Vian mencium kening Elsa. Ini kali pertama cowok itu mencium kening Elsa, selain hari pernikahan mereka.

"Lo ngga bisa bohongin gue."

***

Disisi lain, Rendy dan Rebecca berada disebuah pizza hut. Mereka membeli lima kotak pizza hut untuk persediaan sekaligus makan siang di apartemen Vian.

Rebecca terenyuh saat Rendy membantunya menaiki moge Vian karena kesulitan dengan rok ketatnya.

"Makanya, besok pake yang longgaran dikit" saran Rendy lantas melajukan motornya.

Matanya melirik Rebecca sesekali dari spion "Kok lo beda banget disekolah sama yang sekarang?"

"Emangnya gue disekolah gimana?"

Rendy terkekeh "Pokoknya ngga pendiem kayak sekarang"

"Gue lagi berusaha dapetin hati seseorang, ya dengan cara gini"

"Kalau seseorang itu memang suka sama lo, dia pasti suka lo gimanapun"

"Dia ngga suka sama gue, dia bahkan ngga pernah mandang gue kayaknya"

"Anak mana?"

"Aruma"

"Wah, mungkin gue kenal tuh" antusias Rendy.

"Lo kenal banget malahan" jawab Rebecca.

"Kevin?" Rebecca menggeleng.

"Vino?"

"Ya kali, dia aja ngejar sahabat gue masak gue ngejar dia"

"Jangan bilang Alvian?" duga Rendy lagi.

"Proses Vino ngedeketin Livi aja ngga gue ganggu masak iya mau ganggu yang berumah tangga" kekehnya sendiri.

"Terus siapa dong?"

"Udah ah, gausah ditebak-tebak. Ngga bakalan tau lo"

Cewek itu turun dari moge lantas berjalan lebih dulu dari Rendy yang masih memarkirkan motornya. Tak dapat lagi ia menahan diri untuk berdekatan dengan Rendy karena hal itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

***

Livi bergerak risih ketika Vino berusaha melihat hp yang sedang ia mainkan. Menurutnya Vino terlalu agresif dan menyebalkan yang berlebihan.

"Ngga usah dekat-dekat napa?" decak Livi menggeser duduknya menjauh dari Vino.

Vino tak berusaha lagi mendekati Livi, ia benar benar melakukan apa yang dimaui cewek itu. Namun matanya tak berpaling sedikitpun dari wajah Livi.

"Vi, lo belum punya pacar kan?" Livi melirik sinis atas pertanyaan Vino.

"Udah. Makanya ngga usah deketin gue lagi"

Vino terkekeh "Gue takut lo kangen" akunya sangat percaya diri.

"Ogahh"

"Hehehe"

Kevin merasa ngenes banget karena dirinya yang tinggal sendiri tanpa ada yang menemani. Tiga sahabatnya sudah anteng dengan tiga cewek idola Aruma, hingga tak memedulikannya.

"He-eh" Kevin terkejut saat sebuah pukulan mendarat di bahunya agak kuat.

"Ngelamun aja lo" decak Vian, duduk di samping Kevin.

"Ngelamunin apa gue goblokk? Orang lagi merenungi nasib juga"

"Makanya jangan LDR-an"

"Mingkem lo. Keadaan tau yg buat begini"

Vian terkekeh. Kevin memang sudah hampir satu tahun menjalani hubungan jarak jauh dengan Emy, cewek yg dulunya bersekolah di Aruma namun harus pindah karena orang tuanya di pindah tugaskan.

Elsa muncul dengan rambut basahnya yang masih ia elap dengan handuk putih. Kemudian duduk di samping Vian.

"Eby, katanya mau kesini" ujar Elsa lebih kepada Vian.

"Kapan?"

"Ntar lagi nyampe"

"Astajong, pasti tuh anak mau ngerusuhin" decak Kevin.

"Mau menggantikan rasa kesepian lo kali" cibir Vian membuat Elsa terkekeh, sedangkan Kevin hanya memutar bola matanya malas.