webnovel

6

6√

Vian berdehem pelan untuk mengisi suasana yang sangat hening di apartement miliknya. Cewek yang baru beberapa jam lalu resmi menjadi istrinya sejak kemarin mendiamkannya.

Cewek itu berubah total, dari yang bawel menjadi pendiam. Dari yang memakai rok mini ke sekolah menjadi memakai rok yang lebih panjang dari gadis lainnya.

Bahkan bukan hanya Livi dan Rebecca yang terheran tapi satu sekolah Aruma heboh menggosipkan perubahan Elsa.

Vian menarik kursi cermin mendekat ke kursi dimana Elsa sedang fokus belajar. Dapat Vian lihat cewek itu sedang kesulitan mengerjakan satu soal matematika.

"Ini bisa pake tiga cara, yan..."

Vian menghela nafas kasar. Elsa langsung menutup bukunya ketika ia ingin membantu cewek itu. Cewek itu bahkan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Jangan kayak anak anak"

Elsa menatap Vian ketika pria itu mengucapkan kalimat yang menurut Elsa untuk menyindir dirinya.

"Gue minta maaf kalau gue terlalu kekanakan, gue ngga pernah diajarin seorang mama untuk jadi seorang istri yang baik"

Vian segera menaiki ranjang, saat menyadari ucapannya menyinggung perasaan Elsa hingga membuat cewek itu menangis.

"Sa, maksud gue tadi gue ngga suka lo yang ngediemin gue"

"Lo bilang, gue harus berubah buat jadi istri lo"

"Gue tarik kata kata gue itu. Gue jadi aneh kalau lo berubah gini"

"Jadi lo lebih suka gue yang kemarin?" tanya Elsa antusias sambil menghapus air matanya.

"Mungkin" jawab Vian ragu.

Elsa segera menghapus air matanya dan duduk di ranjang yang ia tiduri "gue juga aneh sama gue yang sekarang" komentarnya.

Elsa segera turun dari ranjang, ia membuka koper bajunya yang belum sempat ia kemasi isinya.

Vian hanya diam memandang pergerakan istrinya.

Elsa menggerakan tangannya mengangkat tanktop dan sebuah celana pendek "Gue dari tadi gerah banget, mau make ini" ujuknya pada Vian.

Vian menghela nafas "Gue pikir tobat beneran" ucapnya lebih kepada dirinya sendiri.

"Al jangan lihat kesini dulu ya, gue mau ganti baju"

"Ngga bisa di kamar mandi apa?" Vian memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Males, ribet"

"Terserah lo aja lah"

"Udah siap"

Vian menatap Elsa dari atas hingga ke bawah, cewek itu sedang berjalan ke arahnya, lebih tepatnya ke arah ranjang.

"Lo ngga salah pake beginian di depan gue?"

"Ngga, lo ngga nafsukan sama gue?"

"I..iya, lo bener, gue ngga nafsu sama lo" ujar Vian meskipun sedikit ragu.

Bayangkan saja pertanyaan seperti itu dilontarkan pada seorang cowok. Memangnya Elsa pikir Vian tidak normal hingga tidak nafsu pada cewek berpakaian seksi seranjang dengannya.

Diusapnya wajahnya kasar sambil menatap Elsa dengan pandangan yang tak dapat di mengerti.

Drrtt..

"Hp lo bunyi tuh" ucap Elsa tetap fokus pada novelnya.

"Hp gue dari tadi gue pegang nih" desis Vian.

"Berarti hp gue dong. Tolong ambilin dong Al, itu di nakas samping lo" Elsa memasang wajah imutnya.

Vian mengambilkan hp milik Elsa dan memberikannya pada cewek itu.

Cewek itu mendesah kesal ketika melihat video call dari dua sahabatnya, Livi dan Rebecca secara bergantian. Dia hapal betul tujuan dua cewek yang beberapa tahun ini menjadi teman dekatnya adalah menggodanya.

"Angkat dong Al, orang ngga penting"

Vian melihat nama Dalivya di hp cewek yang menyodorkan ponselnya itu padanya. Diraihnya hp Elsa kemudian mengangkat video call dari Livi.

"Wo... Eh Alvian, Elsa-nya mana?" Livi bertanya dengan suara lembut setelah melihat yang mengangkat panggilannya adalah Vian.

"Bilang aja udah tidur" bisik Elsa.

"Katanya bilang aja udah tidur" ujar Vian dengan tampang polosnya.

Elsa geram ingin mencekik Vian, ia dengan kesal meraih hpnya dari tangan cowok itu kemudian menatap ponselnya yang menunjukkan wajah Livi.

Dipasangnya headseat di telinganya.

"Hihihi..."

"Apaan lo cekikikan?" cibir Elsa dengan suara meninggi.

"Lo abis ena ena ya sama Vian?" tebak Livi membuat Elsa memutar bola matanya.

"Gue sama dia masih sama sama sekolah bego. Pikiran lo jorok banget"

"Ngga usah bohong, buktinya lo cuma make tanktop aja"

"Yaelah, gue kan udah sering bilang sama lo. Mana bisa gue tidur pake piyama"

"Terus Alvian ngga ada nafsu gitu ngajak lo ena ena"

Vian melirik Elsa sekilas ketika cewek itu cekikikan.

"Tanya aja sama orangnya" Elsa mengarahkan hpnya pada Vian dan memberikan sebelah headseatnya pada cowok itu. Vian hanya diam menatap ponsel Elsa.

"Al, lo ngga nafsu sama Elsa yang cuma make tanktop aja?"

Vian hanya mengangkat bahunya acuh. Ia tidak berniat sedikitpun menjawab pertanyaan dari sahabat istrinya.

"Dicuekinkan lo. Makanya jangan ribet." ejek Elsa.

Livi mendesah nafas kesal "Periksain tuh suami lo ke dokter, siapa tau ngga normal"

"Udah ah, banyak cakap lo. Bye"

Elsa mematikan sambungannya sepihak. Kemudian ia memainkan ponselnya sama seperti Vian.

"Oh iya Al, btw lo pernah pacaran ngga sih?"

"Pernah"

"Lo perlakuin cewek lo gimana?"

"Biasa aja"

"Lo pernah pegang tangan dia?" Vian mengangguk.

"Cium tangan dia?" Vian mengangguk.

"Cium pipi dia?" Vian menggeleng.

"Kalau bibir?" Vian lagi lagi menggeleng.

"Cewek lo dulu cantik?"

"Iya. Dia cantik"

"Gue cantik ngga?"

"Biasa aja"

"Kelebihan gue dari mantan pacar lo itu apa?"

"Agresif"

Elsa mendengus sebal, semua pertanyaannya di jawab singkat dan mengecewakan oleh cowok di sampingnya.

"Tipe cewek yang lo mau itu gimana?"

"Cantik"

"Jelas gue" aku Elsa kepedean.

"Baik"

"Gue juga baik"

"Pinter"

"Lumayanlah"

"Ngga sombong, pinter masak, sopan santun, ramah"

"Gue banget semuanya" antusias Elsa.

"Dan yang terakhir ngga percaya diri banget kayak lo" desis Vian menyadarkan Elsa dari khayalannya.

Elsa terkekeh "Gue sih nyaman aja sama semua yang ada di diri gue. Karena gimanapun gue, gue tetap istri lo" tegas Elsa mengingatkan Vian.

"Lo suka makanan apa?"

"Nasi goreng"

"Minuman?"

"Jus jeruk"

Setelah itu keadaan kamar itu hening. Vian maupun Elsa tak ada yang berusaha memecahkan kesunyian malam. Padahal Elsa sengaja diam supaya Vian berbalik menanyai tentang dirinya. Namun nyatanya cowok itu lebih memilih memainkan ponselnya.

Suara ketukan pintu membuat Vian dan Elsa saling tatap.

"Siapa?" tanya Elsa pada suaminya.

"Itu temen-temen gue, ganti baju lo sekarang" perintahnya.

"Kenapa?"

"Lo masih tanya kenapa disaat pakaian lo ngga layak di pake di depan anak cowok?"

"Oh, oke" desisnya pasrah mengganti bajunya di kamar mandi.

Vian membukakan pintu untuk tiga ceret, yaitu Rendy, Kevin dan Vino. Ketiganya langsung menerobos apartement Vian.

"Woii, apartemen gue ogeb" teriak Vian pada teman temannya yang membuat keributan.

"Ya Allah, punya kawan kok ngga ada yang waras ya" keluhnya karena teman temannya tak memerdulikan ucapannya.

Setelah beberapa lama mereka menjelajahi apartemen Vian, ketiganya kembali lagi kehadapan cowok itu.

"Istri lo mana?" tanya mereka kompak.

"Dikamar mandi"

"Pantesan aja di cariin ngga ada." ucap Vino kesal.

"Eh, btw Elsa ngapain di kamar mandi?" goda Rendy mencolek dagu sahabatnya itu.

Vian bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya yang begitu menjijikkan.

"Berakk, mau lo?" desis Vian tajam.

Kevin dan Vino terkekeh mendengar cibiran Vian pada Rendy yang membuat Rendy langsung terdiam.