webnovel

5

5√

Sesampainya di cafe tempat dimana Elsa bersama cowok itu, Kevin dan Vino turun dari mobil dan segera menghampiri mobil Vian yg baru saja berhenti di samping mobil mereka.

Vian menurunkan kaca mobilnya "Ngapain kita kesini?" tanya Vian heran. Kevin mengangkat sebelah alisnya dan Vino memandang Vian sama bingungnya dengan Kevin.

"Lo bilang di chat tadi lo mau nonjok cowok yg sama Elsa"

"Ngaco lo" desis Vian sedangkan disampingnya Rendy terlihat menahan tawa.

Vino yg menyadari hal itu hanya menggelengkan kepalanya "Kebenaran banget lo ya jadi setan. Lo kan yg balas chat dari gue"

"Apaan? Gue cuma ngetik yg sesuai Al bilang"

"Coba sini gue liat hp gue" Vian menarik hp miliknya dari tangan Rendy.

"Anjayy lo, pake acara pesan di tarik. Kebaca banget kalau lo yg ngelakuin itu" pekik Vian memukul kepala Rendy.

"Sakit boneng" ringis Rendy.

"Yaudahlah kita samperin aja, udah males juga gue nyetir kalau macet banget gini" usul Kevin.

"Ogah ah"

"Yaelah Al, wajar kali kita nyamperin. Lo kan calon suaminya"

"Apa hubungannya?"

"Bego banget sih punya temen kayak lo. Masak iya lo biarin calis lo di gebet orang"

"Apaan tuh calis?" tanya Vino memandang Kevin

"Calon istri njing.. Nggak loading-loading otak lo perasaan" ejek Kevin tepat di telinga Vino.

Rendy terbahak melihat wajah Vino yg langsung berubah menjadi masam.

"Ucapan lo tajam bener Kevin monyet" pekik Vian.

Keempatnya berjalan ke cafe terbuka itu. Elsa yg melihat Vian langsung memukul pundak cowok di depannya.

"Nah itu tuh cowok gue"

"Jadi bener gosip anak Aruma kalo lo pacaran sama yg namanya Alvian"

"Iya" Elsa mengangguk antusias.

"Kita ajak gabung ya kak?"

"Boleh"

Elsa segera berdiri dan melambaikan tangannya pada empat orang cowok yg berjalan bersamaan memasuki cafe.

"Al, sini" teriaknya tanpa malu.

Beberapa orang pria yg melihat Elsa ingin memprotes perbuatan cewek itu, namun mereka urungkan karena tak dapat berpaling saat menyadari betapa seksinya cewek berbaju putih abu itu.

"Gila tuh cewek lo, pake acara ngelambain tangan tinggi tinggi lagi. Nggak tau apa ya rok nya pasti naik itu di belakang, ck ck ck" tebak Rendy.

"Kepala lo isinya nggak bisa di ganti apa ya" cibir Vian.

"Tau.. Mesum banget" tambah Kevin.

"Kayak lo nggak aja" sinis Vino.

Sesampainya dimeja Elsa, ke empatnya mengambil tempat duduk masing masing memutari meja. Elsa tersenyum manis ke arah Vian. Sedangkan Vian hanya memasang wajah datarnya.

"Lo pada mau pesen apa?" tanya Elsa

"Gue sih jus jeruk aja" ucap Rendy antusias karena Elsa yg tadi menanyakan.

"Samain aja kita empat" jawab Kevin.

"Lo juga pesen jus jeruk Al?" tanya Elsa kembali, kali ini khusus untuk Vian.

Vian mengangguk "Terserah lo aja"

Elsa memesankan jus untuk ke empat cowok yg menambah orang-orang di mejanya.

"Lo Vian ya?" tanya cowok yang tadi berduaan dengan Elsa.

Vian mengangguk tanpa mengucap sepatah katapun.

"Ini dia minumnya" Elsa datang dengan antusiasnya bersama seorang pegawai laki laki di cafe itu yg membawa pesanan Elsa diatas nampan.

"Makasih mas" ujar cewek mungil nan manja itu.

"Thanks Elsa sayang" Rendy langsung mendapat jitakkan dari Kevin dan Vino setelah mengucapkan kata sayang pada calon istri teman mereka sendiri.

"Al, abis ini lo mau kemana?" Elsa mencoba mencari topik untuk sekedar bicara pada calon suaminya yang acuh tak acuh itu.

"Ngga tau! Tanya aja sama nih 3 curut"

"Emang lo mau kemana Sa?" tanya Kevin

"Mau ke kantor papa."

"Yaudah. Nanti Alvian yang anterin, gue sama yang lain mau pulang aja"

Vian hanya diam. Tidak memberikan komentarnya sedikitpun.

"Kalau gitu gue balik dulu ya" pamit cowok yang tadi bersama Elsa.

"Oke deh, hati-hati ya kak" ujar Elsa. Cowok itu tersenyum gemas dan mengacak-acak rambut Elsa.

Vino, Rendy dan Kevin melihat ke arah Vian saat kejadian itu berlangsung. Namun yang mereka dapati, Vian memainkan hp-nya dengan santai.

"Punya temen, begonya kok banyak ya" bisik Rendy pada Kevin sedangkan Vino berusaha mencuri dengar yg di ucapkan kedua temannya.

"Tau ah, cape gue bilangin yg begonohan" balas Kevin pelan.

***

Vian benar benar mengantar Elsa sampai di kantor papanya, bahkan sampai masuk atas paksaan cewek itu.

Dan saat ini Elsa benar benar gerah dengan pandangan para karyawan kantor ini yang seperti ingin menelannya. Ia yakin dirinya saat ini menjadi sorot perhatian karena cewek yang begitu seksi ini berada di sampingnya.

Elsa semakin mengeratkan tangannya yang memang mengapit lengan Vian.

"Nunduk bentar deh" ujar Elsa

"Apaan lagi sih?" Vian menggerutu namun tetap melakukan apa yang diinginkan Elsa.

Elsa mengecup pipinya "Lo ngga usah takut gue tergoda sama mereka" bisiknya membuat Vian merinding.

Pria itu mengusap wajahnya kasar, tidak ada lagikah gadis yang lebih agresif dari gadis di sampingnya ini? Ia benar benar tak habis pikir dengan pemikiran cewek itu.

"Papaaa" lagi lagi Vian heran, Elsa berteriak tanpa malu menyerukan papa dengan keras. Bahkan gadis itu berlari tanpa memperdulikan rok SMA-nya melambai-lambai pada setiap orang yang melihatnya.

"Alvian? Kamu nganterin Elsa"

"Iya Om" Vian menyalam ayah Elsa dan menempelkan tangan pria yang seumuran dengan ayahnya itu ke dahinya.

"Ayah, Elsa mau minta uang. Nanti malam Elsa ada pesta sama temen-temennya bang Geo"

"Iya, nanti papa transfer."

"Nanti kamu temenin Elsa ya Al"

"Em.. I..iya Om" jawab Vian ragu

"Yaudah ayo" ajak Elsa menarik Vian keluar dari kantor ayahnya.

Sesampainya di mobil, Vian memandang Elsa dengan malas "Lo mau kemana sekarang?"

"Ke mal"

"Ngapain?"

"Belanjalah, emang di mal bisa sekolah"

"Terus lo pikir pakaian lo itu ngga seragam ke sekolah"

"Iya, emang kenapa kalo pake ini?"

"Lo ngga tau kalo rok lo itu udah ngga pantes di pake. Kependekan tau ngga"

"Iya tau kok, udah banyak yang bilang. Guru BK aja udah 1001 kali bilang gitu"

"Lo ngga ada niat memperbaiki diri sebelum lo jadi istri gue?"

"Ntar aja"

"Terserah lo" desis Vian pasrah.

07.30 (malam)

Vian begitu jengah melihat betapa seksinya Elsa malam ini. Dengan dress sepaha-nya cewek itu semakin memberi kesan seksi karena dipadu high heelsnya.

"Lo ngga punya baju yang lebih seksi lagi dari ini?" tanya Vian memandang lekat Elsa dari bagian rambut hingga jari kaki.

"Lah, padahal gue udah sengaja pake yang paling panjang ini"

"Ini dress lo yang paling panjang?" Vian menggeleng tak percaya, dress yang hanya satu jengkal tangan adalah dress paling panjang milik Elsa?

"Papa lo ngga pernah komentar sama pakaian lo?"

"Engga"

Oke, lupakan ucapan Elsa yang mengatakan bahwa ayahnya tak pernah berkomentar karena nyatanya ayahnya sudah tak sanggup berkomentar. Ruel selalu yakin bahwa jika ia berdebat dengan putrinya, ia tak akan pernah menang. Maka karena itu, ia memilih diam dengan segala pakaian putrinya.

"Gue ngga habis pikir kenapa bisa orang jual baju yang bahannya kurang begini?" tunjuk cowok tampan dengan kemeja hitam itu ke arah dress cewek yang akan menjadi istrinya itu.

"Ini tuh model Alvian Guivanno"

"Lo ganti baju gih"

"Lo kenapa sih? Lo ngga suka gue pake dress seksi gini?"

"Gue ngga suka kalau calon istri gue tebar pesona sama cowok lain pake tubuh dia"

Elsa membeku mendengar kata kata Vian "Kita ngga usah jadi pergi" ujarnya.

Elsa memasuki apartemennya dan menutup pintu kasar, membiarkan Vian berdiri sendiri di depan pintu apartementnya yang baru saja tertutup.

Ini pertama kalinya ia marah dan menangis karena seseorang mengatakan sesuatu yang buruk tentang penampilannya yang kelewat seksi.

"Cuma dia! Cuma dia yang selalu ngga suka sama penampilan gue"

"Cuma dia cowok yang ngabaikan gue"

"Cuma dia! Cowok yang berhasil buat gue nangis karena mulut pedasnya"

"Kenapa malah gue yang jatuh sama pesonanya?"

"Gue tau gue cuma cewek nakal, gue ngga pinter tapi gue mulai sayang sama dia"

Elsa merutuki segala hal yang membuat Vian selalu berkomentar atas sikap dan penampilannya.