webnovel

Nikah kontrak

“Jangan pernah kamu lupa. Ini hanya akan menjadi pernikahan kontrak. Kau dan aku tidak pernah benar-benar menikah. Jadi, jangan pernah kau berpikir bahwa ini adalah pernikahanmu yang sesungguhnya.” Siapa yang tidak akan terluka mendengar kalimat menyakitkan ini keluar dari mulut calon suaminya? Baru saja melangsungkan pernikahan yang megah. Bayangan sakral dan indah tentang sebuah pernikahan berkelas, hancur berkeping-keping bagaikan pecahan kaca yang tak mungkin bisa disatukan kembali. Harry Miles Theodore. Pria tampan dengan jutaan hawa dingin, menegaskan sekali lagi istri kontraknya betapa dia menginginkan pernikahan mereka demi Sofia. Nenek tercintanya yang bertekad kuat akan memusuhinya jika dia tak segera membawa cucu menantunya masuk ke keluarga besar Theodore. Pengumunan tak diberikan. Tapi niat sudah siap dijalankan. Harry yang putus asa mengadukan masalahnya pada Reihan, teman karib sekaligus bos tempat Cleo bekerja. Menjadikan wanita miskin dan penuh hutang itu mencuri kesempatan ini demi kepentingan pribadinya. Cleo Alayster. Gadis baik dan pekerja keras. Mencintai kedamaian. Namun benci jika terus diremehkan atau diinjak-injak. Pertemuan pertamanya dengan Harry tidak berkesan. Dia tak peduli seberapa tampan, kaya dan hebat kemampuannya menjalankan sebuah bisnis. Yang Cleo butuhkan saat ini hanyalah melunasi hutangnya. Segera. Tanpa menunggu lama. Dan meningkatkan suku bunganya demi perut besar Billo-Billo, sang lintah darat. Pernikahan ini pun terjadi. Tanpa dasar cinta atau saling mengenal. Bahkan persiapan pernikahan diatur oleh orang kepercayaan saja. Lalu, sejak hari pertama Cleo bertemu dengan calon nenek mertuanya... Sandiwara dimulai! Dia akan menjadi menantu yang baik selama masa kontrak itu berlaku!

lenzluph · Général
Pas assez d’évaluations
522 Chs

Bab 34 ( Kejutan Tambahan )

Tapi karena tidak sabaran, Sofia jadi terpaksa menghubungi Harry dengan berpura-pura ingin mengajak cucu dan cucu menantunya bertandang ke rumah. Sambil memberi sedikit selingan di obrolan mereka, Sofia sengaja msnyinggung soal waktu belanjaanya waktu itu.

Dan siapa sangka, Harry justru terdengar sedikit kebingungan dengan informasi yang baru disebutkannya tanpa Sofia bisa menebak lebih jauh apa isi pikirannya.

Mungkinkah mereka tidak saling memberitahukan atau menanyakan hal ini sebelumnya? Atau apakah Harry memang tidak peduli dengan uang yang diberikannya pada Cleo?

"Kau tidak marah pada istrimu karena dia menggunakan uangmu tanpa sepengetahuanmu bukan?" tanya Sofia mengorek informasi.

"Nenek yang sudah memaksanya waktu itu. Jika bukan karena Nenek lupa membawa uang, Nenek tidak akan mungkin menyuruhnya untuk membayar. Nenek harap kau tidak menyalahkannya," lanjut Sofia dengan nada bersalah.

Harry memijat pelan keningnya.

"Ya, Nek. Aku tahu. Aku jelas tidak mungkin melakukan itu," balas Harry tanpa mengatakan apapun yang sebenarnya terjadi

Sofia tersenyum puas.

"Bagus jika begitu. Jadi nanti malam kau akan datang ke rumah Nenek untuk makan malam?" tanya Sofia lagi. Menanyakan hal yang memang menjadi tujuan keduannya menelepon.

"Kalau nanti malam aku tidak bisa, Nek. Saat ini aku masih ada di Semarang. Dan karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus aku urus, mungkin aku akan pulang sedikit larut hari ini. Mungkin besok malam aku baru akan ke tempat Nenek," jawab Harry sekedarnya.

Sofia tidak mengambil pusing.

"Ooo.. oke. Kalau begitu Nenek akan memberitahukan pengurus rumah untuk mempersiapkan semuanya besok malam. Nenek akan menyuruh mereka membuat beberapa makanan kesukaanmu," sahut Sofia, "Ohya, apa makanan kesukaan cucu menantuku?" tanya Sofia.

Alis Harry langsung berkerut. Makanan kesukaannya? Mana dia tahu.

"Dia... suka makan apapun. Dia tidak pilih-pilih makanan. Jadi Nenek bisa membuat apapun yang menurut Nenek enak dan bagus untuknya," balas Harry dengan cepat sebelum ia dicurigai.

"Baiklah. Kalau begitu, ingat untuk mencatat ini di jadwalmu. Nenek akan menunggumu di rumah besok malam pukul tujuh. Oke?" lanjut Sofia.

Harry langsung menyanggupinya, "Baik, Nek."

Keduanya kemudian mengakhiri panggilan telepon mereka. Dan Harry kembali memikirkan ulang segala kronologi yang kiranya mungkin terjadi jika neneknya terlibat.

Nenek pasti sengaja tidak membawa uang dan berpura-pura meminjam uang Cleo untuk membayar setumpuk barang yang ia beli. Lalu karena tidak mungkin menolak dan terpaksa mengiyakan, muncullah banyak transaksi yang diinfokan Dirga sesuai dengan keinginan nenek.

Kemudian, entah karena sugestinya yang buruk dan adanya barang bukti belanjaan Cleo yang cukup banyak di rumahnya, Harry akhirnya jadi berasumsi bahwa wanita itu menggunakan uangnya secara sembarangan.

Padahal mungkin saja kenyataannya tidak seperti itu.

Lalu, walaupun ini tidak bisa membuktikan bahwa wanita itu tidak seratus persen menggunakan uangnya. Tapi tetap saja, setelah melihat keterlibatan nenek dalam masalah ini, Harry sudah bisa memprediksi bahwa ini pasti adalah akal-akalannya nenek.

Nenek suka melakukan hal-hal yang tidak terduga dan tidak masuk akal.

Karena itu sambil memeriksa beberapa dokumen yang akan ia gunakan untuk melakukan diskusi dengan koleganya, Harry mengesampingkan dulu masalah istri kontraknya, gugatannya, dan juga neneknya.

Ia lebih baik memikirkan ini nanti setelah ia kembali ke kotanya.

Hingga sampai waktunya ia selesai dengan segala urusannya di kota Semarang dan kembali ke Jakarta, Harry masih belum memikirkan lagi soal masalahnya itu karena ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga ia akhirnya benar-benar melupakannya.

Sampai beberapa kejutan tambahan ditemukannya kembali.

"Aku pikir karena kau baru saja menikah, kau jadi melupakan tempat ini dan sibuk dengan urusan rumah tanggamu yang baru. Siapa sangka baru genap seminggu dari acara pernikahan, kau sudah melalangbuana kemana-mana dan akhirnya mendarat di sini. Bagaimana? Apa pernikahanmu menyenangkan?" Reihan langsung melempari Harry beberapa sindiran, ketika ia melihat Harry berjalan masuk ke kafenya di tengah malam tepat setelah ia baru saja turun dari pesawat.

Karena tidak ingin cepat pulang dan mau merilekskan diri, Harry memutuskan untuk bermain sebentar di tempat Reihan.

Tapi siapa sangka bukannya mendapat sejumlah kata motivasi atau penghiburan yang diinginkannya, Harry justru mendapatkan sindiran yang membidiknya.

Sambil menatap Reihan malas, Harry menjawab Reihan dengan acuh.

"Bukankah kau tahu sendiri bagaimana pernikahaan itu bisa terjadi?! Jangan membuat lelucon di depanku. Aku sedang tidak ada mood untuk bercanda denganmu tentang wanita itu," balas Harry dingin sambil meneguk minumannya yang selalu cepat tersaji setiap kali ia datang berkunjung.

Reihan menatap Harry bingung.

"Ada apa denganmu? Apa ada masalah?" tanya Reihan menangkap adanya sesuatu yang berbeda.

Baru beberapa menit yang lalu Harry mengiriminya pesan kalau ia akan mampir ke tempatnya, setelah ia turun dari pesawat. Lantas suasana kedatangan macam apa ini?

Apa Harry baru saja mengalami jetlag?

Tapi, bukankah penerbangan dari Semarang ke Jakarta hanya memakan waktu satu jam? Daripada disebut sedang jetlag,temannya ini lebih seperti sedang sangat bete karena sesuatu.

Sambil menatap Harry dengan penuh rasa ingin tahu, Reihan bertanya kembali.

"Apa istrimu membuat masalah? Atau malam pertamamu tidak berjalan dengan mulus, sesuai yang kau bayangkan?" tanya Reihan dengan ekspresi yang cukup serius. Tapi perkataannya itu sangat konyol menurut Harry.

Sehingga Harry langsung menatapnya tajam. Dan membuat Reihan terkekeh.

"Aku hanya bercanda! Jujur, aku hanya bingung melihatmu tidak bersemangat seperti ini. Padahal tadi istrimu datang dalam keadaan yang sangat baik-baik saja. Jika ternyata kau juga datang kemari, kenapa tidak sekalian saja kalian datang bersama ke sini. Atau paling tidak minta dia menunggumu di sini," ungkap Reihan santai.

***