webnovel

Chaos

Anna terpaksa pindah duduk ke tempat duduk Sela yang ada di sebrang kirinya. Sela pindah ke bangku Angga dan Angga pindah ke bangku yang kosong tempat Rilham. Karena lelaki itu sudah duduk di bangku Anna.

Pika baru saja masuk ke kelas dan langsung duduk di bangkunya. Kembali mengerjakan tugas IPA yang sempat tertunda.

Kelas sangat hening karna semua kembali mengerjakan tugas. Mungkin hanya Rilham yang tidak mengerjakan dan terlihat memantau Lira.

"Rilham," panggil Anna berbisik. Lelaki itu menoleh. "Tolong ambilin pulpen di tasku dong."

"Gak apa-apa kalo gue ambil langsung?"

Anna mengangguk.

"Kalo ada yang ilang, jangan salahin gue, ya. Gue gak mau deh berantem sama temen gue," ucap Rilham sambil merogoh tas Anna.

Setelah mendapatkan pulpennya, Rilham langsung memberikannya pada Anna.

"Semangat belajarnya!" Rilham menyemangati Anna sambil tersenyum.

Kelas kembali hening. Lira juga sama sekali tidak menoleh akibat ancaman Rilham sebelumnya.

Bel ganti pelajaran berbunyi. Beberapa murid menghela nafas lega dan sebagiannya diam. Habya Juno yang heboh sendiri.

"Heh, Rilham! Balik sini lo!" teriak Juno sambil tangannya mengkode Rilham agar mendekat.

"Di sini lebih nyaman," sahut Rilham tertawa.

"Pergi sana," ketus Anna yang sudah berdiri disamping Rilham.

"Yang punya ngamuk, kabur, ah." Rilham langsung kembali ke bangkunya. Anna tertawa.

"Selamat siang, anak-anak bodoh," ucap seseorang yang baru saja memasuki kelas 2-4 dengan nada mengejek.

"Wah, ngejek," sahut Yoga.

"Anna, doi lu gue gibeng boleh gak?" tanya Fabian melihat Anna.

"Boleh-boleh." Anna mengangguk.

Juno, Rilham, Fabian dan Yoga ke depan kelas menghampiri Altan. Tangan Juno sudah mulai pemanasan meninju-ninjukan kedua tangannya, sedangkan Fabian udah memeletekkan tangannya bak seorang profesional. Rilham dan Yoga memasang wajah bak psikopat.

"Jangan gila, ya, kalian, gue ke sini bawa tugas, nih," ucap Altan panik.

"Yaaaaah, panik," ejek Juno tertawa.

"Takut 'kan?"

"Enggak, sih, cuma mau ngalah aja ke kalian," ucap Altan songong.

"Yeeeeuuuuu, gue gibeng, lo," ucap Fabian.

"Pacar lo nyebelin juga, ya, An," teriak Juno yang diangguki Anna. "Tuh, pacar lo aja ngakuin."

"Sayang, kamu jangan gitu, deh," keluh Altan.

"Aku milih kelas, ya, Al," sahut Anna lalu sibuk mengobrol dengan Lira.

"Gak apa-apa, aku tetep sayang kamu," ucap Altan bucin yang disoraki beberapa murid kelas 2-4.

"Lo bawa tugas apaan?" tanya Rilham setelah suara sorakan surut. Tangan Juno sudah merangkul bahu Altan.

"Karna gue anak yang baik hati dan tidak sombong, nih, gue bawain kalian kisi-kisi buat ujian bahasa inggris," ucap Altan sambil menunjukan kertas ditangannya.

"Disuruh Miss Rena?" tanya Pika tiba-tiba bangkit dari duduknya. Altan menggeleng.

"Lah terus?" Fabian ngegas. Wajah Pika juga berubah bingung.

"Ini kisi-kisi yang gue bikin."

"Lah ngapain lo bawa kesini, coeg," kesal Yoga.

"Tapi ini udah di acc sama Miss Rena, dan katanya emang ini yang bakal keluar diujian," ungkap Altan.

"Ini mah sama aja lo yang bikin tugasnya," tuduh Rilham. "Coba sini liat."

Altan memberikan 7 lembar kertas HVS pada Rilham.

"Eh, enggak dong. Ini karna otak gue pinter aja," sanggah Altan. "Lagian bahasa inggris tuh soalnya itu-itu aja gak berubah, sama kaya bahasa indonesia."

"Iya sih, bener, cuma susah aja buat diartikan," timpal Pika sambil mengangguk.

"Seperti mengartikan betapa aku masih menyayangimu ... eeeaaaaaa," goda Juno membuat Rilham, Yoga dan Fabian tertawa renyah. Beda dengan Pika yang menjadi canggung dan Altan yang bersikap datar.

Anna menatap pada Altan. Dihatinya, gadis itu tertawa melihat kekikukkan Altan. Padahal, Anna tidak akan marah ataupun cemburu jika Altan ikut tertawa. Anna lihat, Pika juga sudah kembali ke bangkunya.

"Gak gitu, ya, An," teriak Altan membuat Anna merekahkan senyum dan mengangguk.

"Udah, ya, gue cabut, baik-baik, ya, sama calon istri gue," ucap Altan.

"Siap, komandan!" Juno hormat pada Altan. Yoga, Rilham dan Fabian mengangguk. Tapi tangan Fabian jail, ia menoyor Juni yang sedang hormat.

"Anjim emang, lo, ya," kesal Juno dengan nada menekan. Mereka berempat tertawa.

"An, aku balik ke kelas, ya," teriak Altan.

"Iya," sahut Anna.

Altan pergi dari kelas 2-4. Sekarang pelajaran IPS, tapi Bu Dian belum datang.

"Guys, dengering tetua kita mau ngomong dulu, ya," canda Fabian yang di balas gelak tawa para murid.

"Anjim emang, lo," protes Rilham. Fabian hanya menyengir kuda dan tanganya menunjukan 2 jari tanda untuk vis.

"Ayo kita goyang dua jari, dua jari." Juno joget ala-ala seleb tiktok. Beberapa murid tertawa dengan tingkah konyol Juno.

"Heh, diem dulu," tandas Yoga membuat Juno berhenti joget dan kelas juga hening.

"Oke, guys, gue mau mencalonkan diri untuk menjadi calo di kelas, untuk fotocopy kisi-kisi ini, kalian, yang mau fotocopy bisa kasih ke Yoga dan Babian--"

"Pake f anjir bukan b," potong Fabian.

"Gue bisanya Babian."

"Ef, Ril, Ef!" tekan Fabian.

"Eb."

"Fabian."

"Babian."

"Ffffffffffff." Fabian ngegas.

"Ebebebebebeb--"

"Bangke emang, lo," kesal Fabian. Yoga dan Juno tertawa renyah, diikuti anak lainnya. Padahal Juno sedang mendokumentasikan lewat jepretan foto dan video. Entah bagaimana hasilnya nanti.

"Bisa kasih Yoga dan Babian sepuluh ribu rupiah saja, nanti dapet gratis permen milkita." Rilham melanjutkan ucapannya yang tertunda tadi dengan sopan dan tersenyum, bak pejabat yang sedang kampanye.

"Anjir! Berasa kampanye gue," ungkap Yoga tertawa.

"Ayo, ajudan, silakan pintain duitnya," ucap Rilham lembut ala-ala pejabat.

"Kasian pacar gue jadi babi," keluh Yuni lebay.

Yoga dan Fabian mulai mengabsen satu persatu teman-temannya sambil menadahkan tangan.

"Yang sabar, ya, Bi," ucap Yuni dengan raut wajah kasihan pada Fabian ketika giliran meminta uang padanya.

"Neng Yun, mending kamu panggil aku sayang aja, deh," keluh Fabian.

"Oke, sayang." Yuni senyum sambil memberikan uang 10.000an pada Fabian.

Fabian dan Yoga kembali ke depan kelas.

"Gilaseh, banyak nih duit kita," ucap Yoga sambil memerkan beberapa lembar uang 10.000an.

"Heh, gak boleh ditilep, itu duit buat fotocopy," ucap Fabian.

"Ya ampun, khilap." Yoga nyengir kuda.

"Oke, guys--"

Bel tanda pulang sekolah berbunyi, memotong ucapan Rilham.

"Yeeeee pulang!" seru sebagian murid kelas 2-4 ricuh.

"Eh, gila! Cepet banget pulangnya," ujar Meta sambil melihat jam dinding di belakangnya menunjukkan pukul 13.00 WIB.

"Iya, cepet banget tumben."

"Pulang! Pulang! Pulang!" Juno heboh dan langsung memasukkan buku-bukunya ke tas. Yang lain juga heboh mengikuti Juno.

"Woy! Gue belom selesai ngomong! Juno, lo jangan malah ikut-ikutan!" kesal Rilham ketika melihat Juno sudah menggedong tas ranselnya bersiap untuk pulang.

"Tapi 'kan ini udah pulang, Ril," keukeuh Juno.

"Woy! Jangan pulang dulu, gue belom selesai ngomong!" teriak Rilham pada teman-temannya yang sudah meninggalkan kelas.

"Yuk, ah, balik," ajak Fabian senyum. Entah sejak kapan sudah menggendong tasnya.

Rilham menampilkan wajah kesal setengah matinya. Padahal ia sudah berteriak tapi teman-temannya mengacuhkannya.

"Gimana, Ril, cape 'kan jadi gue?" sindir Pika dengan gaya angkuhnya. Tangan yang terlipat didadanya dan senyum sinis.

Rilham diam. Dalam sekejap, ia paham apa yang selalu Pika alami ketika ia dan teman-temannya ribut pulang buru-buru.

"See you tomorrow." Pika senyum, lalu pergi meninggalkan Rilham, Fabian dan Yoga.

"Sabar, Ril." Yoga menepuk pelan bahu Rilham, lalu ke bangkunya hendak mengambil tas.

"Ayo, cabut." Yoga memberikan ransel hitam pada Rilham. Lelaki menerimanya walau masih diam.

"Makanya, besok-besok, nurut sama Pika," ucap Anna, semua menoleh padanya. Gadis itu masih sibuk membereskan barang-barangnya.

"Eh, belom balik, lo, An?" Yoga menatap Anna.

Anna mendelikkan bahunya tak acuh.

"Duluan, guys." Anna senyum lalu melewati 3 laki-laki menyebalkan dikelasnya.

Tbc ...