Bola mata Delice berubah menjadi merah. Itu adalah sebuah pertanda, emosi tak lagi bisa di cegah.
Tidak ada yang bisa menghindari amukan dari kekejam Delice. Ditambah lagi dengan segala masalah yang bertubi-tubi datang mengancam.
"Arrrrhhhhhhh...," teriak Tuan Haris.
Delice mamasukan sebatang bunga ke dalam telinga Tuan Haris. Darah mengucur, tangan dan juga seluruh tubuh Tuan Haris gemetaran menahan rasa Sakit.
"Aaarrrrhhhhh," runtuhnya lagi.
Tuan Haris merasakan telinganya berdengung seperti tidak berfungsi. Telinga kirinya di tutupi dengan telapak tangan supaya Delice tidak merusaknya.
Plakkkk...
Beberapa kali Delice menampar pipi Tuan Haris hingga di pipinya berbekas telapak tangan Delice.
"Tuan, cukup! Kita tidak boleh mengotori rumah ini," Loid mencegah tangan Delice yang hendak melayangkan sebuah tinju mematikan di hidung Tuan Haris.
"Seret tubuhnya!" suara Delice terdengar begitu geram.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com