webnovel

Naura, Tawanan Sang Psychopath

21+ Naura, gadis berumur 21 tahun yang harus menjadi tawanan seorang pria bernama Delice. Delice adalah seorang psychopath gila, yang menggunakan segala macam cara untuk membuat Naura berada di sisinya. Rasa cinta Delice untuk Naura, sudah berubah menjadi obsesi yang membuat kehidupan Naura di penuhi duka. Delice selalu menemui Naura dan terus memaksa Naura untuk menuruti keinginannya. Delice akan menggunakan orang lain untuk mengancam Naura jika Naura menolaknya. Lambat laun, Naura yang sudah terbiasa dengan kehadiran Delice, merasa kehilangan saat Delice melepaskannya ke dunia bebas tanpa syarat. "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Aku tidak akan memiliki kebaikan lagi lain kali!"

Sabrina_Angelitta · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
430 Chs

21. Ada Apa Denganmu?

Waktu sudah berjalan terlalu lama, tapi Naura tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Setelah pelayan memberikan pakaian untuk Naura seperti yang Ken minta, Ken menyusul Naura untuk memberikan pakaian baru untuknya.

Tok... Tok... Tok...

"Naura, apa kau belum selesai?" tanya Ken tapi tidak ada jawaban apapun dari Naura. "Pakaian baru aku tinggalkan di sini. Aku tunggu kau di bawah, kita harus segera pergi. Naura, jangan memprovokasiku lagi, oke! Kau tahu bukan, apa akibatnya?" imbuhnya.

Setelah Ken keluar, Naura membuka pintu kamar mandi lalu memakai pakaian yang di siapkan oleh Ken.

"Pakaian? Apa bedanya dengan telanjang? Apa kali pertama melakukan, tidak merasakan apa-apa? Atau dia melakukannya dengan lembut? Apa benar aku dan Ken sudah... Ahhhhhhhh... Aku bisa gila!" gumam Naura, sembari menggigil ketakutan.

Naura tidak ingin Ken berbuat macam-macam lagi padanya. Setelah menenangkan diri, Naura turun. Sudah ada Ken yang menunggunya duduk di meja makan.

"Kemarilah!" ucap Ken.

Naura datang sesuai dengan undangannya. Ken menatap mata Naura yang sembab dan juga merah.

"Apa segitunya kau mencintai Delice, sampai-sampai kau sangat terluka setelah aku membuatmu tidur denganmu, walaupun semua itu hanya sandiwaraku?" batin Ken.

Makanan lezat yang ada di atas meja, tidak menggugah selera Naura untuk makan. Makanan yang ada di dalam piring Naura, hanya di aduk-aduk tanpa ada yang masuk ke dalam perut.

"Makan! Aku akan mengajakmu pergi," suara Ken terdengar seperti memerintah.

KLONTANG...

Naura membuang piring yang berisi makanan yang seharusnya di habiskannya. Ken terkejut dengan sikap Naura yang tidak seperti biasanya.

"Kau pergi saja sendiri! Aku muak melihatmu!" bentak Naura.

Naura hendak berjalan keluar, tapi Ken mencekal tangannya dengan kuat sehingga Naura harus berhenti melangkah.

"Lepas!" teriak Naura sembari mengibas-ngibaskan tangannya.

"Aku tidak akan pergi tanpamu!" jawab Ken.

Ken menarik tangan Naura supaya Naura mengikuti langkahnya dan mendorong Naura dengan paksa masuk ke dalam mobil yang sudah siap.

"Jadilah gadis baik," bisik Ken.

"Apalagi yang di rencakan oleh pria gila ini? Dia bisa menjadi gila melebihi Delice. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" batin Naura.

Ken sudah masuk ke dalam mobil yang sama dengan Naura tapi kali ini, Ken menggunakan supir untuk mengantar mereka.

"Naura..."

"Aku tidak ingin bicara denganmu!"

"Baiklah! Puaskan saja amarahmu."

Setelah menelusuri sebuah jalanan yang rumit, mobil yang membawa Naura berhenti di sebuah gedung dengan sebuah lapangan yang begitu luas.

"Keluar sendiri, atau aku yang memaksamu?" ucap Ken.

Naura merasakan tangannya terasa nyeri karena Ken selalu menariknya dengan kuat. Naura memilih keluar sendiri dari mobil, lalu berjalan mengikuti langkah Ken masuk ke dalam.

Naura tidak mendengarkan Ken berbicara dengan salah satu petugas gedung. Naura juga tidak memperhatikan gedung apa yang sudah dimasukinya.

"Ayo!" ajak Ken.

Ken masuk ke dalam satu ruangan yang sudah di lengkapi dengan berbagai peralatan untuk berlatih menembak.

Dorrrr... Dorrrr... Dorrrr...

"Ahhhhhh..." Naura menutup telinganya ketika Ken menembakkan peluru tepat sasaran beberapa kali.

"Kau harus terbiasa. Kau ingat status Delice bukan? Kau harus terbiasa dengan kekejaman kalau kau menjadi Istri Delice," seru Ken.

"Tutup mulutmu itu! Kau tidak pantas membicarakan soal pernikahan, karena kau yang paling tahu. Semuanya gara-gara kau!" ucap Naura dengan ekspresi wajah seperti memaki.

Ken mengambil sebuah pistol, lalu memberikannya pada Naura. Ken berdiri di belakang Naura, dan mengajari Naura memegang pistol dengan benar. Amarah Naura seperti angin lalu di telinga Ken.

"Bukankah hidupmu sudah pernuh dendam? Kau sudah di berikan satu pistol oleh Delice dan aku mengajarimu cara menggunakannya. Kau bisa membunuh siapapun seperti yang kau mau dan hidup bebaas," bisik Ken.

***

Ken dan Naura kembali ke mansion karena Delice sudah berada di sana dan menunggu kehadiran Naura untuk mnegobati rindu yang di tahannya.

Ken terus menatap Naura yang berjalan terlebih dahulu di depannya. Delice menyambut Naura dengan merentangkan kedua tangannya. Delice berharap, Naura akan membalas pelukannya.

"Delice, jangan lakukan hal ini lagi seperti anak-anak!" ujar Naura sembari menepis tangan Delice yang siap memeluknya.

"Naura, apa kau tidak merindukanku?" tanya Delice.

"Tidak!" jawab Naura dengan dingin.

Ada sebuah luka yang terdapat dari setiap ucapan yang keluar. Ada juga kecewa yang membuat wajah Naura menjadi sendu. Delice hanya bisa memandangkan langkah Naura yang semakin jauh darinya.

"Naura, kau dari mana?" tanya Delice.

"Berlatih membunuh orang!" jawab Naura tanpa menoleh dan tanpa menghentikan langkahnya.

Delice menatap Ken dengan tajam. Lalu kembali duduk dengan menyandarkan kepalanya di sofa.

"Ken, kau tidak akan berbohong padaku, bukan? Apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Delice penuh dengan curiga.

"Tidak ada yang terjadi. Naura hanya ingin bertemu dengan Hanin."

"Untuk beberapa hari ke depan, aku akan sibuk. Aku percayakan Naura pada Loid karena kau harus ikut denganku. Loid hanya perlu menjaganya dari jauh, tidak perlu dekat sepertimu."

"Dengan senang hati, Tuan!" jawab Loid.

***

Hiks... Hiks... Hiks...

"Delice, ini yang terbaik. Maaf, aku tidak berani menatap wajahmu yang bersinar lalu gelap kembali karenaku. Aku tidak pantas untukmu! Aku tidak pantas!" gumam Naura.

Tubuh Naura gemetaran di balik selimut yang menutupinya. Tangisnya menggelegar, airmatanya membasahi bantal yang di pakainya. Wajahnya bukan hanya tidak ada cahaya, tapi juga tidak ada keinginan untuk hidup.

"Nyonya! Ini makan malamnya!" seru Olin.

"Letakkan saja. Aku belum lapar. Aku akan memakannya nanti!" jawab Naura.

"Nyonya sedang menangis? Apa bertengkar lagi dengan Tuan? Tapi, Tuan baru saja kembali," batin Olin.

"Nyonya!"

"Jangan sentuh!" teriak Naura yang keluar dari selimut yang menutupi tubuhnya.

Olin terkejut karena Naura menepis tangannya. Olin menarik kembali tangan yang sudah terulur.

"Nyonya!" Olin kembali menyentuh pundak Naura.

"Jangan sentuh Olin! Apa kau tidak dengar?" ucap Naura dengan lirih sembari memeluk lututnya dan kembali menangis.

"Nyonya, ada apa?" tanya Olin.

***

Delice masuk ke dalam ruang kerjanya. Tinggallah Ken dan Loid di ruang tamu. Loid menatap Ken penuh curiga,

"Ken, ini memang bukan urusanku tapi aku hanya ingin tahu apa yang sudah kau lakukan pada Nyonya."

"Apa yang sudah aku lakukan, apa ada urusannya denganmu?"

"Apa kau siap memulai perang? Apa kau tidak ingat, bagaimana Delice memungut kita dari jalanan yang memberikan kita batu sebagai makanan?" seru Loid.

"Tidak ada yang terjadi!" jawab Ken.

"Delice bukan orang bodoh yang percaya begitu saja dengan sebuah ucapan, sedangkan mata melihatnya lain."

"Aku tahu!"

"Ken, kau meniduri Nyonya? Atau lebih jelasnya, kau memperkosanya?"

"Tidak!"

"Jangan bohong! AKu bisa melihat jelas reaksi Nyonya!"

"Aku tidak melakukannya!" bentak Ken.

"Nyonya, maaf! Membuatmu menghilang itu lebih baik dari pada harus melihat persaudaraan kami hancur," batin Loid.