webnovel

Naruto Story : Love, Decision, And Hatred

Dua tahun telah berlalu sejak perang dunia shinobi ke-4. Semua kembali normal Sasuke telah kembali dan menjalani petualangan bersama tim taka. Naruto mulai belajar untuk mengejar mimpinya sebagai Hokage dan Sakura mulai menyadari perasaannya terhadap Naruto telah berubah. Sementara itu sosok misterius muncul mengancam kedamaian dunia shinobi apa yang akan terjadi? Naruto masih milik paman Masashi Kishimoto

VaughnLeMonde · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
40 Chs

Chapter 34 : Last Mission

Pagi yang sangat cerah hari ini, beberapa suara kicauan burung terdengar, menemani keberadaan sang mentari yang terus bergelantungan di atas awan.

Semua orang fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing, menyambut pagi hari yang indah dengan semangat baru.

Di ruang kantornya, Kakashi seperti biasa menyendiri, memfokuskan diri membaca beberapa dokumen yang ada di tangannya.

Namun kali ini terlihat berbeda, Kakashi lebih lesu dari biasanya, matanya bergerak malas membaca setiap kata yang terukir di atas secarik dokumen.

"Hmm, ini tidak boleh." gumam Kakashi, mengambil sebuah pena bertinta merah, menggaris bawahi kata yang dimaksud perkataanya tadi.

Kakashi menghela nafas, fokus membaca dokumen semakin memudar, memilih meletakkan dokumen itu di atas meja, mulai menyenderkan tubuhnya di atas sandaran kursi.

"Hmm, apa yang harus aku lakukan ya?" Kakashi bergumam lagi, memutar kursi ke arah belakang, mulai menikmati pemandangan desa dari balik jendela.

Mata-nya mulai memutar lagi, kali ini tertuju ke arah laci kanan meja-nya, mulai memikirkan sesuatu.

"Ya, istirahat sambil membaca buku tidak buruk juga." Kakashi menggerakan kursinya, lebih mendekat ke arah laci kanan mejanya, bersiap mengeluarkan sebuah buku dari balik laci itu.

Tok. Tok.

Tangan kakashi berhenti di udara, mulai menghela nafas panjang, keinginannya membaca buku favoritnya mungkin akan tertunda sementara.

"Masuk." Sahut Kakashi.

Cklek.

"Permisi Tuan Hokage." Sapa sopan Shizune, keluar dari pintu yabg terbuka.

"Hei-hei, berhentilah memanggilku seperti itu." Seru Kakashi lesu, mengibaskan tangan di udara.

"Maaf-maaf." Shizune terkekeh pelan, mulai menghampiri Kakashi yang terduduk di belakang mejanya.

"Ada apa?" Tanya Kakashi.

"Ini, ada dokumen baru untukmu, dan juga beberapa proposal tentang kedatangan para delegasi dari ke empat desa besok." Shizune menjawab, mendekap beberapa dokumen di depan dada.

"Kau bisa meletakkannya disana." Seru Kakashi, menunjuk malas ke arah lemari di sudut ruangan.

"Hai!"

"Kau terlihat lesu, ada apa?" Tanya Shizune sambil fokus menaruh dokumen di dalam lemari.

"Tidak ada, aku hanya lelah, kemarin adalah hari yang cukup melelahkan bagiku." Terang Kakashi, mulai menjadikan tangan sebagai sandaran pelipisnya.

"Oh, lalu bagaimana hasilnya?" Shizune bertanya lagi, masih tetap merapihkan beberapa dokumen di adalam lemari yang terlihat acak-acakkan.

"Ya Hinata lah yang akan menjadi ketua klan Hyuuga selanjutnya." Jelas Kakashi santai, nampak masih terlihat lesu.

"Wah, bagaimana bisa? Bukankah para tetua meragukan Hinata?" Tanya Shizune semakin penasaran.

"Bisa dibilang rapat berjalan diluar dugaan, terjadi banyak perdebatan, tapi seperti yang kau tahu, Hiashi akhirnya memilih Hinata sebagai penerusnya." Jawab Kakashi.

"Wah aku turut senang." Shizune mulai tersenyum lembut.

"Baiklah, aku permisi dulu Kakashi-San." Tambah Shizune setelah selesai merapihkan dokumen di dalam lemari, membungkuk hormat, lalu mulai berjalan pergi dari ruangan.

Kakashi terdiam sebentar, menoleh ke arah jam di atas dinding, mulai menghela nafas lagi.

"Ya, waktunya istirahat." Kakashi beranjak dari kursinya, mulai berjalan menghampiri pintu keluar.

---------------

"Psst Shikamaru!" Bisik Naruto, dengan sesekali memperhatikan sekelilingnya.

"Ada apa?" Shikamaru menoleh malas, terus berjalan di depan Naruto.

"Kenapa mereka semua menatapku seperti itu sih?" Tanya Naruto berbisik, mulai gusar dengan beberapa tatapan tidak mengenakkan yang diberikan kepadanya, terutama para lelaki.

"Hmm?" Shikamaru mulai memperhatikan sekitar, mendapati beberapa sosok pria yang terus menatap Naruto dengan tatapan tajam.

"Entahlah." Jawab Shikamaru singkat, mengangkat kedua bahunya, kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Kenapa para gadis itu menangis sih?" Naruto berbisik lagi, mendapati beberapa gadis yang menatap sendu ke arahnya.

"Dan lagi ada apa dengan senyum aneh itu?!" Tambah Naruto berbisik, mendapati beberapa sosok pria dan wanita yang terus tersenyum manis ke arahnya, mulai merinding mleihat hal itu.

"Merepotkan!" Dengus Shikamaru, masih melanjutkan langkahnya.

Tap.

Sosok Kakashi berjalan melewati mereka berdua, tanpa menyapa maupun sekedar melepas senyum, hanya melenggang pergi kearah berlawanan dari pergerakan Shikamaru dan Naruto.

Membuat Naruto dan Shikamaru seketika itu menghentikan langkahnya, mulai mengarahkan pandangaan ke arah Kakashi yabg terus berjalan menjauhi mereka berdua.

"Ada apa dengannya?" Tanya Shikamaru, menoleh ke arah Naruto yang masih terus memandangi Kakashi dari belakang.

Naruto mengangkat kedua bahunya, menggeleng singkat.

"Entahlah, Kakashi-Sensei tidak seperti biasanya."

"Apa kau lupa mengerjakan dokumenmu Naruto?" Tanya Shikamaru, hanya itu yang terlintas di pikirannya sekarang.

"Hei, aku memang agak bodoh tapi bukan berarti aku tidak bertanggung jawab, dan lagipula aku bisa menanyakan hal yang sama denganmu, Shikamaru." Naruto mendelik tajam.

"Lalu, kenapa dia bersikap seperti itu ya?" Shikamaru bertanya lagi, otak cerdasnya kali ini tidak bisa menemukan satupun penyebab dari sikap aneh Kakashi.

"Apa ini ada hubungannya dengan sikap orang-orang yang aneh hari ini?" Naruto berbalik bertanya, setengah berbisik ke arah Shikamaru.

Shikamaru hanya bisa terkekeh, sepertinya Naruto belum menyadari sesuatu.

"Sekarang kau yang bertingkah aneh!" Sahut Naruto, mulai kesal melihat Shikamaru yang malah tertawa.

"Bodoh." Shikamaru melanjutkan langkahnya, kembali terkekeh.

"Kenapa semua orang bersikap aneh sih?!" Gerutu Naruto, mulai mengikuti jejak langkah kaki Shikamaru dari belakang.

---------------

"Mooi, Iruka-Sensei!" Gerutu Konohamaru kepada senseinya itu.

"Tidak Konohamaru, kenapa kau begitu penasaran sih?" Iruka berdecak kesal, mencoba mengabaikan Konohamaru yang terus menerus melempari pertanyaan, kembali fokus ke arah semangkuk ramen yang diletakkan di atas meja.

"Ini karena Ebisu-Sensei, dia tidak mau memberitahuku!" Gerutu Konohamaru, mendelik tajam ke arah Ebisu yang duduk di samping kanan-nya.

"Kau masih kecil, Konohamaru." Sahut Ebisu santai.

"Apa ada yang terjadi?" Sahut seseorang, membuat ketiga sosok yang sejak tadi berdebat terkejut, mulai menoleh ke arah samping kanan mereka masing-masing.

"Tuan Hokage!" Pekik Iruka, terkejut mendapati Kakashi yang secara tiba-tiba sudah berada di Ichiraku.

"Hei-hei, jangan panggil aku seperti itu." Gerutu Kakashi.

"Wah, sejak kapan anda ada di sini, aku tidak menyadarinya." Pekik Konohamaru, sama terkejutnya dengan Iruka.

"Yah, semenjak kalian membicarakan majalah itu, jadi aku tidak ingin ikut campur." Jawab Kakashi sambil mengukir senyum.

"Tuan Hokage.. tidak maksudku Kakashi-San, apa ada yang mengganggumu?" Tanya Iruka, berusaha mengalihkan topik pembicaraan,  sudah muak dengan masalah majalah yang dibahas Konohamaru tadi.

"Tidak-tidak, aku hanya penasaran dengan majalah yang kalian bicarakan." Sanggah Kakashi cepat, mengibaskan tangan di udara.

"Hora, sensei, ini majalah yang kami bicarakan." Konohamaru mengangkat sebuah majalah, membuat Ebisu yang melihatnya dengan cepat merampas majalah itu dari tangan Konohamaru.

"Konohamaru, sudah kubilang berhenti penasaran!" Tegas Ebisu, dengan segera menyembunyikan majalah itu di belakang punggungnya, tersenyum canggung ke arah Kakashi.

Kakashi yang melihatnya hanya bisa tertawa canggung, kembali fokus ke arah ramen yang sudah diletakkan di atas meja, mencoba mengabaikan sosok murid dan senseinya yang sedang berdebat di sampingnya.

----------------

"Hah... Bagaimana ya?" Kakashi bertanya-tanya, kembali menatap ke arah pemandangan desa dari balik jendela kantornya.

Tok. Tok.

Sebuah ketukan kembali menginterupsi, kali ini Kakashi lebih memilih diam setelah melihat pintu yang baru saja terbuka.

"Kakashi-San, saya membawakan anda teh." Ucap Shizune, melangkah ke arah meja Kakashi sambil membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat sebuah gelas berisi teh hangat.

"Jangan bicara terlalu formal seperti itu." Kakashi berucap, menyenderkan pelipis di atas telapak tangan.

"Anda masih nampak lesu, apa ada sesuatu yang masih mengganggu?" Tanya Shizune sembari meletakkan segelas teh hangat di atas meja Kakashi, mulai terkekeh pelan melihat Kakashi yang masih memandang dengan malas.

"Oh ya, tanggal pernikahan Naruto dan Sakura sudah dipastikan, ya?" Tanya Kakashi, membuat Shizune menghentikan acara terkekehnya.

"Aku sedang memikirkan sebuah cara supaya semua orang dapat menghadirinya." Tambah Kakashi, masih menyenderkan pelipis di telapak tangannya.

"Jadi itu..." Sahut Shizune, mulai memikirkan sesuatu.

"Kalau semua orang ikut, kita tidak mungkin melaksanakan misi di hari itu, atau bahkan mengurusi hal darurat yang terjadi pada hari itu." Tambah Shizune, menjelaskan.

"Saat ini, teman-teman mereka adalah jounin penting di Konoha, akan jadi masalah kalau mereka tidak melaksanakan tugasnya." Ujar Kakashi lesu.

"Oh iya! Kalau diingat-ingat Nyonya Tsunade punya aturan dalam kondisi darurat seperti ini." Shizune menyahut, kembali memikirkan sesuatu, mulai bergerak ke arah lemari di sudut ruangan.

"Huh?"

---------------

"Eh? Jadi undangannya belum dibuat?" Sakura bertanya, terkejut mendengar penjelasan Naruto.

Naruto mengangguk lesu sebagai jawaban, mulai menghela nafas.

"Ya, mereka bilang bahwa mereka tidak akan melayani pernikahan antar shinobi, katanya itu aturan langsung dari Baa-Chan." Jelas Naruto.

"Shisou? Aku tidak pernah mendengar aturan yang seperti itu, apa kau tidak salah dengar?" Tanya Sakura lagi, mencoba memastikan Naruto tidak salah dengar.

"Hei, jika aku salah dengar aku tidak akan datang ke rumah sakit di waktu istirahatku." Gerutu Naruto, mulai malas merasa diragukan oleh Sakura.

"Oh begitu." Jawab Sakura dingin, wajahnya berubah datar.

"Hmm, apa-apaan ekspresimu itu?" Tanya Naruto, mulai menyipitkan mata-nya, melihat Sakura yang tiba-tiba berekspresi aneh.

"Betsu ni!" Sakura memalingkan muka, menggembungkan kedua pipinya.

"Eh?" Naruto berdecak bingung, sekarang giliran Sakura yang bersikap aneh.

'Hari ini semua orang bertingkah aneh!'

'Kau masih saja tidak mengerti wanita.'

Kurama tertawa keras, membuat Naruto sedikit kesal mendengarnya.

'Hei, jangan menyindirku dong, kau akhir-akhir ini menyebalkan Kurama!'

'Menyebalkan? Aku ini hanya ingin menyadarkanmu saja!'

'Kalau begitu berhentilah menyindir, bisakah jelaskan secara jelas, kau semakin membuatku pusing saja!'

'Lihat siapa yang bicara sekarang, baru saja menyebutku menyebalkan, sekarang malah meminta tolong, urus saja sendiri, aku ingin tidur lagi!'

'Ck, menyebalkan!'

'Kau bodoh!'

Naruto semakin geram, Kurama tidak memberinya solusi, malah semakin membuat dirinya kesal, ayolah orang-orang yang bersikap aneh sudah cukup baginya, jangan harus ditambah dengan perdebatan yang tidak jelas ini!

Naruto menghela nafas, berusaha mengeluarkan semua emosi yang terpendam, dirinya harus lebih tenang, tidak boleh sampai membuat Sakura marah.

"Sakura-Chan, kamu ga apa-apa?" Tanya Naruto lembut, mengukir senyum lembut, berusaha membujuk Sakura untuk mengatakan apa yang sedang terjadi.

"Pikir saja sendiri!" Sakura mendengus kesal, menyilangkan kedua tangan di depan dada, masih memalingkan muka.

Naruto mulai menautkan kedua alsinya, semakin bingung dengan sikap Sakura, mulai kesal lagi.

Srek.

Naruto beranjak dari kursinya, membuat Sakura terkesiap, menoleh ke arah Naruto yang sudah berdiri di hadapannya.

"Mau kemana?" Tanya Sakura dingin, melihat Naruto yang masih belum mengerti maksudnya.

"Ke toilet bentar!" Jawab Naruto dingin, dengan segera bergerak menjauhi meja dokter Sakura, meninggalkan Sakura sendirian di ruangannya.

Sakura menggembungkan pipinya lagi, semakin dibuat kesal dengan sikap Naruto.

"Ihh, kapan dia sadarnya sih!"

---------------

"Pertama : jika terjadi pernikahan antar shinobi, tamu undangan akan dinilai berdasarkan hadiah yang akan mereka bawa....." Ujar Shizune, membuka sebuah gulungan lebar di depan Kakashi, tampak meragu di kalimat akhir.

"Apa-apaan itu? Apa itu lelucon." Ujar Kakashi lesu, aturan dari Tsunade semakin membuat pikirannya kacau.

"Memang terlihat seperti lelucon, tapi itu tertulis di sini." Jelas Shizune, menujukkan gulungan itu di depan mata Kakashi.

Kakashi mendekat ke arah gulungan, mulai membaca bagian yang ditunjukkan Shizune.

"Kau benar!"

"Tapi ini seperti memilih orang berdasarakan kualitas hadiah yang mereka bawa." Tambah Kakashi, kembali menyenderkan tubuhnya di atas sandaran kursi.

"Begitulah, mau bagaimana pun itu aturannya." Tegas Shizune, masih agak meragu.

"Tak akan ada yang setuju dengan hal itu, kalau pertemanan mereka hanya diukur berdasarkan hadiah." Ujar Kakashi lesu, mulai menghela nafas.

"Aku akan disebut Hokage terburuk sepanjang sejarah." Tambah Kakashi, mulai memejamkan mata-nya, semakin terlihat lesu.

"Aku mengerti apa yang anda rasakan, tapi akan lebih penting jika anda memenuhi tanggung jawab anda, sebagai Hokage." Tegas Shizune, mulai menatap khawatir kepada Kakashi.

"Tanggung jawab ya?" Gumam Kakashi, mulai terbayang sesuatu di benaknya.

-------------

Srek.

Suara pintu bergerser, membuat Sakura menoleh, mendapati Naruto yang kembali ke ruangannya sambil membawa dua buah gelas plastik berisi minuman dengan warna yang mencolok.

Mata mereka saling bertemu, membuat Sakura seketika itu sadar, kembali memalingkan muka, masih kesal dengan Naruto.

"Katanya ke toilet!" Sakura mendengus kesal.

Naruto kembali menghela nafas, sudah lelah dengan Sakura yang masih bersikap aneh itu, kembali melanjutkan langkahnya menghampiri meja Sakura.

"Ini" Naruto menyodorkan salah satu gelas plastik kepada Sakura, membuat Sakura terkejut melihatnya.

"Ini kan?" Sakura memperhatikan gelas yang berada di tangan Naruto, merasa familiar.

"Iya, ini minuman kesukaanmu kan? Cepat ambil tanganku sudah pegal!" Sahut Naruto, membuat Sakura dengan cepat mengambil gelas itu dari tangan Naruto.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Sakura malu-malu, masih memegang gelas berisi minuman kesukaannya dengan kedua tangan.

"Aku hanya menebaknya, penjualnya bilang, katanya ada seorang wanita cantik bersurai merah muda yang sering berkunjung ke kedainya, tidak salah lagi, itu pasti kamu." Jelas Naruto santai, mulai menyeruput minuman yang baru saja dia beli tadi.

"T-terima kasih." Ujar Sakura malu-malu, semburat merah kecil mulai menghiasi kedua pipinya.

Naruto terkesiap, hampir saja tersedak oleh cairan minuman yang ada di mulutnya.

'Dia Sangat imut!'

Naruto memalingkan muka sebentar, wajahnya ikut memerah.

'Saranku bagus bukan?'

'Ya, kali ini aku berterima kasih padamu Kurama.'

' Cobalah untuk lebih peka, wanita memang seperti itu.'

'Ya-ya aku tahu'

Naruto berdehem singkat, kembali menatap Sakura yang sekarang terlihat bingung.

"Ya sepertinya tebakkanku tidak salah, minuman ini benar-benar enak, tidak salah penjual tadi bilang minuman ini akan membuat siapapun yang meminumnya senang." Jelas Naruto, kembali menyeruput minuman itu dari gelasnya.

"Ini sangat manis, pantas saja kau juga terlihat manis, Sakura-Chan!" Tambah Naruto, mulai tersenyum manis ke arah Sakura.

Wajah Sakura kembali memerah, semakin tersipu malu, berusaha menyembunyikan wajahnya di balik gelas plastik yang di pegangnya, walaupun tetap saja Naruto melihat ekspresi Sakura yang seperti itu, membuat si pemuda berambut pirang kembali terkesiap.

'Tidak salah lagi, aku akan menikahi gadis paling imut di dunia ini!'

--------------

"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Shikamaru malas, menguap lebar, akibat tidur siangnya yang kembali terganggu.

"Apa kau sudah memberitahu Naruto untuk pulang lebih awal?"Tanya Kakashi.

"Ya, aku sudah memberitahunya lewat telepon tadi, dia sedang mengunjungi Sakura di rumah Sakit." Jawab Shikamaru, menggaruk belakang kepalanya yang terasa gatal, masih menguap lebar.

"Baguslah, sekarang aku bisa lebih tenang." Ujar Kakashi, menghela nafas, kembali menyenderkan tubuhnya di atas sandaran kursi.

"Hmm? Ada apa? Hari ini kau terlihat aneh." Shikamaru menggerlingkan mata, menuju ke arah Kakashi yang sedang memejamkan mata.

"Tidak ada, lalu bagaimana dengan pekerjaan Naruto, apa dokumennya beres semua?" Tanya Kakashi, mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh, ya, pekerjaannnya cukup bagus, dia selalu menyelesaikan dokumen tepat waktu, bahkan kemampuan analisisnya aku akui cukup hebat, aku tidak perlu merevisinya lagi."Shikamaru nampak bersemangat, mulai mengukir sebuah senyum kecil.

"Aku bahkan tidak percaya Naruto bisa seperti ini, walaupun sering mengeluh, dia selalu menunaikan tanggung jawabnya sebagai asisten Hokage." Tambah Shikamaru.

Kakashi terkesiap, menngerjapkan mata sesekali, nampak tidak oeecaya dengan yang Shikamaru katakan tadi.

"Tanggung jawab ya?" Gumam Kakshi, mulai terkekeh pelan.

"Ah, itu mengingatkanku, dia bilang bahwa walaupun dia agak bodoh tapi dia adalah seorang yang bertanggung jawab, dia akan selalu mengutamakan hal yang oenting terlebih dahulu." Jelas Shikamaru, mulai terkekeh.

Kedua mata Kakashi seketika itu membulat, segera beranjak dari atas kurisnya, menepuk kedua pundak Shikamaru.

"Tapi akan lebih penting jika anda memenuhi tanggung jawab anda, sebagai Hokage."

"Terima kasih Shikamaru, sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan!" Tegas Kakashi dengan mata yang berbinar-binar.

"Eh?! Apa maksudmu?" Shikamaru terkesiap, mecondongkan tubuhnya ke arah belakang, merinding melihat Kakashi yang mulai tersenyum aneh.

"Kau akan segera tahu!"

---------------

"Hari ini aku mengumpulkan kalian semua untuk menyampaikan sesuatu sebagai Rokudaime." Ujar Kakashi dari atas balkon, memperhatikan sekumpulan shinobi yang berdiri di lantai bawah, fokus mendengarkan apa yang dikatakan Kakashi.

"Dengar, aku akan memberikan kalian misi rahasia, di mana kalian semua harus menyiapkan hadiah untuk pernikahan Naruto dan Sakura." Kakashi berbicara lagi, suasana masih tetap tenang, para shinobi masih setia mendengarkan penjelasan dari Kakashi.

"Segera siapkan semua itu dan melaporlah kembali besok, dua hari sebelum resepsi pernikahan diadakan." Tambah Kakashi.

"Ehh, sesingkat itukah?" Salah seorang shinobi berujar, mulai mengajak bicara salah satu teman yang berdiri di sampingnya.

"Hadiah pernikahan?" Tanya Ino, terkejut mendengar hal yang baru saja Kakashi sampaikan.

"Yosh, ini boleh juga!" Pekik Kiba bersemangat, nampak tertantang untuk memberikan hadiah yang paling berkesan.

"Dia sudah merencanakannya ya." Ujar Chouji, menoleh ke arah Ino yang nampak masih terkejut.

"Tuan Hokage memang hebat!" Teriak Lee bersemangat, mengacungkan jempol di udara, dengan mata yang berbinar-binar.

Guy yang mendengarnya hanya bisa mengagguk setuju, nampak berkesan dengan pemikiran Kakashi.

"Nee Iruka-Sensei, hadiah apa yang akan kau berikan?" Tanya Konohamaru bersemangat, menatap Sosok Iruka yang berdiri di sampingnya dengan mata yang berbinar-binar.

"Hadiah pernikahan ya? Apa yang harus aku berikan ya?" Gumam Iruka, nampak memikirkan sesuatu di benaknya.

"Pengumuman selesai." Sela Kakashi, melihat suasana yang semakin riuh, mulai berjalan pergi dari sana, melewati lorong yang ada di belakangnya.

"Rokudaime, apa maksud anda?" Shikamaru bertanya formal, nampak sudah menunggu Kakashi di sisi Lorong, tidak mengerti dengan misi rahasia yang dimaksud Kakashi tadi.

"Kita akan menilai setiap hadiah dan memberikan peringkat untuk menentukan siapa yang akan hadir dalam resepsi pernikahan dan juga siapa yang harus bertugas menjalankan misi pada hari itu." Jelas Kakashi santai.

"Dengan kata lain, kita akan memilahnya lewat hadiah pernikahan." Tambah Kakashi, mulai tersenyum canggung.

"Bukankah itu hal yang buruk, maksudku menilai pertemanan kami seperti itu bukanlah hal yang tepat." Tegas Shikamaru, nampak masih santai menanggapi hal yang dibicarakan Kakashi.

"Ya.. tapi yang paling penting adalah menunaikan tanggung jawab, bukan?" Tanya Kakashi, mencoba menjelaskan apa maksud dari tujuannya.

"Aku sudah siap dijuluki sebagai Hokage terburuk sepanjang sejarah." Tambah Kakashi, mulai menatap langit-langit lorong.

"Hokage terburuk sepanjang sejarah?" Tanya Shikamaru, terlihat sedikit terkejut.

"Ini semua berkat dirimu, Shikamaru!" Kakashi mengedipkan mata, tersenyum ke arah Shikamaru.

"Ck, merepotkan." Shikamaru terkekeh melihat sikap Kakashi.

"Ini akan jauh lebih merepotkan, kau harus segera menyiapkan hadiahnya!" Ujar Kakashi, dengan segera merangkul Shikamaru.

Shikamaru menghela nafas, sedikit terkejut dengan Kakashi yang tiba-tiba saja merangkul pundaknya, mulai tersenyum kecil.

"Ya, besok akan menjadi hari yang paling merepotkan." Ujar Shikamaru, setuju dengan pernyataan Kakashi.

"Bagaimana kalau kita makan bersama sehabis ini, kita harus bersantai sebelum hari esok datang!" Ajak Kakashi, masih merangkul Shikamaru.

"Ya, kenapa tidak?" Shikamaru tersenyum kecil.

'Hadiah pernikahan ya, apa yang harus aku berikan?'

------------------

"Hei Naruto, bisa bantu aku sebentar." Sahut Sakura, melambaikan tangan ke arah Naruto yang sedang berdiri di ujung ruangan, menatap langit malam dari balik jendela.

"Ada apa?" Tanya Naruto, menghampiri Sakura yang sedang duduk di belakang meja.

"Menurutmu dekorasi mana yang bagus?" Tanya Sakura, membuka sebuah laman website di layar laptopnya.

"Hmm" Naruto mulai fokus mengikuti arahan cursor di dalam Layar laptop, terus menerus menampilkan gambar yang silih berganti.

"Yang ini?"

"Terlalu mewah."

"Bagaimana dengan yang ini?"

"Menarik, tapi terlalu feminim."

"Kalau yang ini?"

"Tidak."

"Yang ini?"

"Menyeramkan."

"Ini sepertinya bagus."

"Tidak, itu seperti dekorasi acara ulang tahun anak kecil."

"Lalu bagaimana dengan yang ini?"

"Hmm, kurang bagus."

Sakura mulai berdecak kesal, tak menyangka Naruto adalah seorang yang pilih-pilih dalam hal dekorasi,. mulai menghela nafas, mencoba berpikir positif.

'Mungkin Naruto ingin dekorasinya lebih spesial.'

Sakura seketika menangkap sebuah gambar dekorasi yang mampu menyihir kedua mata-nya, terkesima dengan keindahan dekorasi itu.

"Bagaimana kalau Ini?" Tanya Sakura bersemangat, tersenyum manis.

Naruto menggeleng pelan sebagai jawaban, membuat seketika Sakura mulai kesal, namun terhenti setelah merasakan sebuah tangan menimpa tangan-nya yang sedang bergerak di atas mouse laptop.

Sakura terdiam, masih terkejut dengan tangan Naruto yang menuntun cursor di dalam laptop bergerak ke suatu arah, tak lagi fokus memandangi laptop, pandangannya sekarang tersihir ke arah Naruto seorang.

Sesekali melihat tangannya yang terus dituntun oleh tangan Naruto, masih terus terdiam hingga akhirnya tangan Naruto berhenti.

"Nah yang ini sepertinya bagus, bagaimana Saku-" Perkataan Naruto terhenti setelah menoleh ke arah Sakura, mendapati wajah keduanya yang hanya berjarak beberapa senti lagi.

Naruto dan Sakura terdiam, pandangan mereka saling bertemu, tanpa sadar kedua wajah mereka semakin mendekat.

"S-sakura-Chan..." Naruto terbata-bata, kedua bibir mereka semakin mendekat.

Semakin mendekat, hingga mulai tampak semburat merah kecil yang menghiasi pipi keduanya, denganbegitu keduanya mulai menutup mata.

Sret..

"Ehh, maaf sepertinya aku mengganggu kalian." Sahut Tsunade tiba-tiba, nampak sudah berdiri di depan pintu ruangan dokter Sakura, sedikit terkejut mendapati sebuah pemandangan indah yang akan terjadi.

Syut.

Naruto segera menjauh, memalingkan muka dari Sakura, begitupula Sakura, langsung memutar kursinya membelakangi Naruto, wajah keduanya sudah semerah tomat sekarang.

"T-tidak, kau tidak menganggu Baa-Chan.." ujar Naruto terbata-bata, masih tersipu malu akibat kejadian barusan.

"I-iya kami tidak melakukan apapun kok." Tambah Sakura, terbata-bata, rasa gugup membuatnya meracau tidak jelas.

Tsunade yang melihat tingkah laku keduanya hanya menggelengkan kepala, nampak tersenyum tipis.

"Ya, lupakan saja, sekarang kebagian utamanya, apa kau ingin bicara denganku Naruto?" Ujar Tsunade, mulai menampakkan raut wajah serius ke arah Naruto yang masih memalingkan muka.

Naruto mulai menggeleng cepat, menarik nafas dalam-dalam, mencoba meetralkan detak jantungnya yang sudah tidak karuan.

Sakura di sisi lain mulai menepuk kedua pipinya, berusaha untuk kembali ke realita, mencoba mengabaikan rasa hangat yang masih terasa di dada dan juga kedua pipinya.

"Ehem, aku ingin menanyakan sesuatu Baa-Chan." Naruto berdehem singkat, mulai mengalihkan pandangan ke arah Tsunade yang berdiri di depan meja Sakura, sudah mulai bisa mengendalikan diri.

"Aturan apa yang kau buat tentang pernikahan antar shinobi?" Tanya Naruto, mulai menyampaikan apa yang saat ini dia ingin ketahui.

"Hmm." Tsunade memejamkan mata, nampak memikirkan sesuatu.

"Aturan apa yang kau maksud? Aku membuat banyak aturan di sana." Tanya Tsunade, mencoba membuat Naruto lebih terperinci dalam bertanya.

"Soal undangan." Tegas Naruto, mulai serius sekarang.

"Ah, soal undangan ya!" Tsunade menjentikkan jarinya, kembali memejamkan mata.

'Apa aku harus memberitahu mereka ya?'

Tsunade secara bergantian menatap Naruto dan Sakura, mendapati keduanya menatap dengan raut wajah penasaran, menunggu sebuah jawaban.

'Tidak, Naruto pasti tidak akan setuju dengan aturan ini.'

Tsunade menghela nafas, bersiap untuk bicara lagi.

"Rahasia!" Tsunade mengedipkan sebalah mata-nya, membuat Naruto dan Sakura hanya bisa melongo, jawaban macam apa itu!

"Eh? Kenapa?" Tanya Sakura, semakin penasaran.

"Ini rahasia desa, kalian hanya perlu menyiapkan resepsinya saja, tamu undangan akan diatur oleh hokage sendiri." Jelas Tsunade, berusah membuat kedua orang di hadapannya tak lagi penasaran.

"Ehh? Apa maksud Baa-Chan?" Tanya Naruto, semakin bingung dengan jawaban yang diberikan Tsunade.

"Ya, anggap saja desa membantu urusan pernikahan kalian!" Seru Tsunade,mulai tersenyum sambil kembali mengedipkan mata.

"Aku tidak mengerti." Gerutu Naruto.

"Sama." Tambah Sakura ikut menggerutu.

"Ya, hanya itu yang aku bisa jawab, kembali ke topik sebelumnya, jadi apa yang kalian lakukan di sini tadi, hmm?" Tsunade menepuk kedua tangannya, mulai tersenyum aneh ke arah Sakura dan Naruto.

"Baa-chan/Shisou!" Pekik Naruto dan Sakura secara bersamaan, wajah keduanya kembali semerah tomat sekarang, sesekali mencuri pandang, hingga akhirnya memalingkan muka lagi.

Dan di sana Tsunade hanya bisa tertawa keras, melihat begitu cepatnya suasana romantis yang sekarang sudah menjadi momen yang sangat canggung, ya sepertinya Tsunade datang di waktu yang tidak tepat.

'Tiga Hari lagi ya?'

To Be Continued.