webnovel

Lamaran Dini?

"Mah, Mama kenapa sih daritadi senyum-senyum terus?" tanyaku sambil menyantap ikan bakar di depanku. Karena aku adalah anak semata wayang. Jadi, setiap makan malam selalu ada aku, Mama dan Papa di meja makan.

Ketika Papa harus pulang malam atau ada dinas di luar kota, pasti meja makan akan terasa sepi. Kecuali sarapan, karena ada Rio yang datang menjemputku. Hampir setiap pagi ia sarapan bersama keluargaku. Habis, laki-laki itu dianggap sudah seperti keluarga sendiri oleh keluargaku. Lagian biar tambah rame juga sih di rumah.

Tapi, aku masih bersyukur dengan keluargaku yang masih utuh. Berbeda dengan Rio yang kehilangan sosok wanita yang paling berarti baginya. Ibu Rio meninggal beberapa tahun yang lalu dan Ayahnya bekerja di luar kota sehingga jarang sekali pulang ke rumah, namun dengan keadaan seperti itu laki-laki itu selalu menyembunyikan kesedihannya di depan banyak orang. Itulah salah satu yang membuat aku mengagumi Rio.

"Nggak kok," jawab Mama tersenyum penuh arti sambil menatap ke arahku.

Aku semakin heran, seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Mamaku.

Tapi, aku tidak bisa menanyakannya, aku hanya perlu menunggu  mengatkannya sendiri.

Karena kalau aku meanyakannya itu akan membuat Mama tidak akan mengatakan yang sebenarnya. Atau Papa yang akan memberitahuku.

"Kalau kamu mau tahu, Mama kamu ini, sedang dilanda cinta kembali," ucap Papa yang ikut-ikutan menggodaku, namun aku tidak tahu konteksnya."Tapi, sayang dia gak bisa kembali ke masa muda, Hahaha ...."

Papa tertawa meledek Mama yang hanya tersenyum malu. Aku menatap aneh kedua orang tuaku, sebenarnya apa yang mereka berdua lakukan? Kebiasaan sekali mereka berdua romantis-romantisan di depanku yang jomblo ini.

"Kadang semakin bertambah umur kita, semakin kita ingin kembali ke masa lampau. Contonya, Mamamu ini, Ta. Lagi kangen sama masa SMA-nya." Papaku kembali menggoda Mama. Aku menutup mataku karena malu melihat kelakuan mereka, bisa gak sih kalian gak mesra-mesraan di depan anaknya sendiriii???

"Ih, Papa. Apa sih?!" ucap Mama malu-malu. Aku menutup kedua mataku, aku sudah tidak tahan melihat sinetron yang terjadi di depan mataku sendiri. Ini terlalu memalukan untukku lihat! Ku harap mereka tidak malakukannya di luar rumah.

"Udah-udah cepat habiskan makanannya. Nagita, sebulan lagi kamu siap-siap yah."

Kali ini Mama menyuruhku siap-siap, aku semakin heran. Siap-siap buat apa?

"Emang kita mau kemana, Mah?" tanyaku tidak mengerti dengan ucapan Mama.

"Gak kemana-mana," jawab Mama mambuatku semakin penasaran apa yang dimaksud. Tuh kan benar, kalau aku tanya pasti dia akan membuatku tambah penasaran.

"Terus, kenapa harus siap-siap?" aku sangat penasaran karena Mama mengatakannya dengan wajah yang serius. Kalau memang ini ada hubungannya denganku, kenapa tidak langsung mengatakannya saja langsung?

"Kamu siap-siap di lamar sama Rio." Seperti kejadian tadi pagi, aku tersedak saat minum ketika mendengar aku dan Rio akan melakukan lamaran. Ini jelas-jelas tidak mungkin, terlalu cepat untukku melakukan hal itu!

Aku terbelalak mendengar ucapan Mama, kedua orang tuaku ikut terkejut melihat kelakuanku. Papa menyinkirkan makanan di depanku yang untungnya tidak terkena air, sedangkan Mama mengulurkan kain lap padaku. Aku membersihkan meja yang berantakan akibat ulaku sendiri.

"Haduuuh, Nagitaaaa. Gak sopan kamu, Ta!" omel Mamaku dengan tingkahku yang kurang sopan. "Gimana di depan orang tua Rio? Jadi cewek toh yang sopan, yang ayu, yang anggun. Jangan gegabah begini."

"Bulan depan dilamar sama Rio? Gimana gak nyembur, Mah?!" aku menggrutu seraya mengelap meja.

"Yaa... memangnya kenapa?"

"Aku masih SMA, Mama sayaang."

"Yaa terus kenapa kalo masih sekolah?"

Toh, Papa sama Mama aja tunangan sewaktu masih kelas dua SMA. Kamu kan sudah kelas tiga, gak ada setengah tahun lagi lulus. Kalian nikmati aja masa-masa pacaran dulu." aku terdiam. "Lagian, acara latihan aja kok. Supaya nanti pas Rio melamar kamu dia gak kagok. Kamu tau sendiri kan, Rio suka cengengesan orangnya.

"Nanti setelah lulus, baru kita adain acara lamaran yang sesungguhnya."

"Ini cuma formalitas aja, untuk mengikat kamu dengan Rio biar gak kemana-mana."

"Emangnya aku mau kemana, Ma. Aku gak kemana-mana kok. Lagian, kok Rio sih?"

"Pokoknya, kamu harus nurut apa kata kita!" tegas Mama padaku. Aku melirik Papa yang tidak berbuat apa-apa, kali ini tidak ada yang berpihak padaku.

Aku bungkam. Lebih memilih pergi ke kamar daripada menanggapi ide gila ini. panggilan Mama yang terus mengalun sepanjang ku menaiki anak tangga tak ku hiraukan. Apanya yang latihan?! Lamaran pakai latihan-latihan segala. Lagian, Rio udah punya pacar.

 

Rio Gingsul : Ping!!!

Rio Gingsul : Kebo bangun!

Rio Gingsul : Kebo, Kelelawar, Unta, Kura-kura.

Rio Gingsul : sedang menulis pesan...

 

Hoaam. Baru saja aku ingin tidur kembali setelah sholat subuh, Rio nge-BM. Lupa silent HP lagi, berisik banget sih! Lantas ku raih ponselku yang berada di bawah bantal.

Kali ini aku tidak ingin diganggu oleh siapa pun, termasuk Rio. Semua orang membuatku kesal hari ini, tapi entah kenapa kalau itu pesan dari Rio aku tidak bisa mengabaikannya. Aku selalu penasaran pesan apa yang dikirim oleh laki-laki itu untukku, dan sudah ku duga, pesan tersebut adalah pesan yang sangat tidak penting.

Et dah tuh bocah. Mentang mentang gue tidur pules, suka insom, lelet, lamban, semua hewan disamain sama gue. Kan kasin hewannya!

 

Nagita Alana : iya, gue udah bangun.

Nagita Alana : berisik banget sih, Lo! mau tidur lagi nih.

Rio Gingsul : tidur lagi gue cium, Lo!

Rio Gingsul : serius.

 

Anjir, si Rio. Gimana gue gak kesemsem sama lo, Yooo! Batinku menahan perasaan ini, tingkahnya yang seenak jidat membuatku suka.

"Inget, Ta. Rio itu udah punya pacar, lo jangan baper sama dia! Lo hak mau kan dibilang PHO? Lo harus tahan perasaan suka lo ke Rio!" suruhku pada diri sendiri. Ya, meskipun aku suka dengan Rio, aku tidak bisa mengatakannya terhalang Cinta.

 

Nagita Alana : bodo.

Rio Gingsul : yee, ngeremehin.

Rio Gingsul : jangan keget yah kalo pas bangun, bibir lo ada yang nutup.

Ck.

Nagita Alana : iya-iya. Gue gak tidur lagi.

Rio Gingsul : Yaudah, siap-siap sana.

Nagita Alana : kemana pagi buta gini?

Rio Gingsul : ngetem angkot!

Rio Gingsul : ya jogging lah. Lo cewek gak pernah jogging gimana mau tinggi?!

Nagita Alana : ck, gada hubungannya lari pagi sama tinggi. Lari itu buat ngurusin badan oon! Kalo tinggi berenang.

Rio Gingsul : oh, lo mau berenang bareng gue? Set dah, gue abis menunaikan ibadah sholat jangan bikin otak gue kumat. Ntar pahala gue ilang.

Nagita Alana : Delete Contact!!!

*****