Pada waktu dini hari, Dewa benar-benar tidak bisa tidur. Ia masih memikirkan sosok bayangan hitam itu. Dia berharap bahwa dirinya hanya salah lihat. Tapi, ia tidak mungkin salah lihat.
Dewa benar-benar tidak tahu, siapa seseorang yang tengah dikejar-kejar oleh kematian itu? Ia tahu, semua yang ada di dunia ini pasti akan mati. Tapi, dia benar-benar tidak siap jika ia harus ditinggalkan oleh salah satu dari mereka, atau mungkin kehilangan keduanya sekaligus.
Rasanya, laki-laki itu sama sekali tidak tenang jika belum mendengar suara Benny dan Amor. Dewa pun menelepon kedua temannya itu dengan menggunakan fitur calling group. Setelah menelepon berkali-kali, akhirnya Benny dan Amor mengangkat telepon Dewa.
"Apa'an sih lo, Wa? Nggak tahu apa kalau gue udah ngantuk?" omel Benny dengan sedikit malas-malasan. Begitu juga dengan Amor.
"Tahu nih, emang ada apa'an sih?" tanya Amor yang terdengar seperti orang baru bangun tidur. Dewa sedikit bisa bernapas lega. Sebab, Benny dan Amor baik-baik saja.
"Enggak, gue cuma mau masti'in kalau kalian berdua baik-baik aja," sahut Dewa sembari tersenyum.
"Hah? Ya ampun, cuma gitu doang? Kirain ada apa'an!" gerutu Benny. Ia benar-benar kesal dengan Dewa karena telah membangunkannya yang tengah asyik larut dalam alam mimpi.
"Udah ya, gue mau lanjut tidur," gumam Benny yang langsung menutup telepon. Sedangkan Amor masih tersambung.
"Masih ada lagi yang mau kamu omongin?" tanya Amor dengan sedikit terkantuk-kantuk. Dewa pun tersenyum tipis.
"Enggak. Sorry, aku udah ganggu," sahut Dewa. "Goodnight,"
Mendengar ucapan selamat malam dari Dewa, gadis itu pun tersenyum. Ia tak menyangka bahwa laki-laki itu akan mengucapkan kalimat itu.
"Goodnight,"
*****
Dewa pun berangkat sekolah dengan Benny dan Amor menggunakan mobil Benny. Ini semua adalah permintaan Dewa. Ia mengatakan kepada Benny dan Amor, akan terasa sangat menyenangkan jika bisa berangkat sekolah bersama-sama. Padahal, alasan sesungguhnya adalah, ia sangat ingin menghabiskan waktu bersama-sama sebelum malapetaka menghampiri mereka.
Di dalam mobil, Benny tak henti-hentinya berbicara. Mulai dari menceritakan keluarganya, sampai menggoda Dewa dan Amor yang terlihat semakin dekat.
"Kalau dipikir-pikir nih ya, kalian berdua tuh cocok banget tahu!" goda Benny. "Kan nama lo Dewa, dan nama lo Amor. Kalau digabung, nama lo berdua jadi Dewa Amor. Kayak lagu dangdut gitu!"
Benny tertawa terbahak-bahak karena guyonannya sendiri, sedangkan Amor jadi tersipu malu karena guyonan itu. Gadis itu sejujurnya sangat senang jika dijodoh-jodohkan dengan Dewa. Tapi, ia juga merasa sangat malu.
"Ben, lo jangan ngoceh mulu. Fokus! Lo harus fokus nyetir!" seru Amor sembari menggembungkan pipinya. Sedangkan Dewa hanya berpura-pura tersenyum. Padahal, ia masih memikirkan bayangan hitam itu.
Tadi pagi sebelum berangkat sekolah, ia sempat melihat bayangan itu lagi di belakang Amor dan Benny. Tetapi sekarang, bayangan hitam itu hilang entah ke mana.
Namun, Amor tiba-tiba berteriak.
"Ben, awas!" tiba-tiba sebuah mobil berputar-putar ke arah mobil Benny. Laki-laki itu justru terlihat kebingungan, Dewa pun dengan sigap merebut setir dari Benny, dan mengarahkannya ke kanan. Sehingga mobil itu menembus pembatas jalan. Dan sekarang, mobil Benny sedikit lagi akan terjatuh ke dalam sungai besar yang terlihat begitu dalam dan terletak jauh berada di bawah.
Tentu Benny adalah orang yang paling panik karena keadaan ini. Sedangkan Benny berusaha untuk tetap tenang. Ia sedang berpikir, bagaimana caranya agar mereka bisa keluar dari sini?
"Kalian berdua jangan bergerak. Gerak dikit aja, kita pasti bakalan celaka," perintah Dewa. Ia pun berkata kepada Amor.
"Mor, kamu coba telepon polisi!" seru Dewa. Amor pun menuruti perintah Dewa dan mengambil ponsel yang ada di saku seragamnya. Sedangkan Dewa kembali mencoba memikirkan sebuah cara.
"Ben, lo bisa renang?" tanya Dewa, Benny pun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan penuh kepanikan.
"Enggak, gue nggak bisa. Lo tahu sendiri kan kalau gue trauma renang gara-gara terus tenggelam?!" sahut Benny yang terdengar semakin panik. Dewa pun menggigit bibir bawahnya dan kembali berpikir. Begitu Amor selesai menelepon, Dewa pun menanyakan hal yang sama kepada gadis itu.
"Mor, kamu bisa renang?" tanya Dewa, gadis itu pun juga menggelengkan kepala.
"Enggak, Wa," sahut Amor. Dewa memijat-mijat pelipisnya, harus dengan cara apa agar mereka bisa tertolong? Tidak ada cara lain, ia pun membuka pintu yang ada di sebelahnya.
"Guys, kalian buka pintu yang ada di samping kalian," pinta Dewa. Benny dan Amor pun menuruti perintah laki-laki itu. Mereka membuka pintu yang ada di samping mereka.
"Terus apa lagi?!" tanya Benny. Tanpa berbasa-basi lagi, Dewa menggerakkan tubuhnya sehingga membuat mobil itu jatuh ke dalam sungai besar itu ...
***** TBC *****