webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
30 Chs

8. Berangkat

Keesokan harinya, orang tua Ice pun datang ke sekolah karena dipanggil kepala sekolah, Ice ikut masuk ke ruang kepala sekolah sebab ia wajib mengetahui yang dibicarakan kepsek dengan orang tuanya.

"Jadi, besok, apakah anak anda siap berangkat?" Tanya bu kepsek kepada orang tua Ice.

"Sebaiknya ibu tanya ke orangnya saja" kata Ayah Ice.

"Sudah siap Ice?"

"Siap bu.. mau sekarang saya juga siap" Ice tersenyum.

"Okey kalau begitu, sekarang kamu boleh pulang, istirahat dan pack barang untuk besok ya.."

"Besok kamu kesini seperti jam biasanya masuk sekolah saja"

"Iya bu makasih"

Ice dan orang tuanya pun pulang ke rumah..

"Ice, kamu beneran siap?" Tanya Ibu Ice.

"Bener ma" Ice tersenyum, berusaha meyakinkan ibunya.

"Mama khawatir sama kamu"

"Gausa khawatir ma, Ice bakal baik baik aja kok.."

"Yauda kalo gitu, jangan lupa chat mama sama papa ya.."

"Iyaa" Ice pun memasuki kamarnya. Perasaannya sekarang, ia hanya ingin menangis saja, tinggal jauh dengan keluarga, dan juga perkataan Sea yang masih saja menghantui benaknya..

Ice duduk depan jendela kamarnya, ia hanya terdiam memandangi hujan yang seketika turun tanpa ada pemberitahuan. Suasana yang sangat cocok dengan perasaan Ice saat ini.

"Aku pengen nangis.." kata Ice pelan terhadap dirinya sendiri. Perlahan air matanya menetes, ia menangis tanpa suara, menangis sambil memandangi hujan, rasanya ia ingin keluar agar wajahnya terkena hujan, sehingga tak ada yang tau ia tengah menangis.

"Sea, cowok yang gue sukain, yang akhirnya habis putus tetep ga nyari gue..." kata Ice tersenyum getir memandangi nasibnya.

"Gue, yang selalu setia sama Sea, uda 3 taon, bertengkar, bercanda, semua gue lewatin sama Sea, dan sekarang gue hanya seorang gadis yang ga berguna lagi untuk Sea"

"Sedangkan Liyenta, orang yang baru baru ini nyukain Sea, ngedeketin Sea tanpa takut Sea bakal risih sama dia, deket dari pas Sea sama Clarissa, dan sekarang? Mereka jadian.." kata Ice yang masih tersenyum getir.

"Mantep bener tu orang, bisa nyalip yang udah tiga tahun" Ice terkekeh sendiri.

"Tapi gapapa... demi lo bahagia aja Sea, gue rela, walau sebenernya gue memang nyesek, tangan kek mau nampar muka lo Sea, tapi, gue tau, ga wajib orang kek lo nyukain orang kek gue.." kata Ice sendiri lagi.

Keesokan harinya,

"Iceeeeeeeeeeee, huaaaaaa, lo beneran mau pergi niiiii??? Huhuuuu, teganya lo ninggalin gueeee" suara yang sangat familiar di telinga Ice, itu Dinary yang berlari dari kejauhan dan langsung memeluk Ice. Ice hanya membalas pelukan Dinary.

"Lo yang nyuruh gue pergi"

"Huaaaaaa, iya tapi gue bakal kangenn"

"Udah udah, nanti disana gue chat lo, tenang aja.." Ice sedikit tersenyum.

"Ry, "

"Hm?"

"S-Sea udah dateng?"

"Hmmm, gue uda mulai ga dianggep gesss"

"Àyolah Ryy," Ice tersenyum tipis.

"Iyaiya, tu dia di kelas"

"Hehe, oke bentar ya.." Ice langsung berlari ke arah kelas.

Sedangkan Dinary hanya bisa menghela nafasnya memandang Ice yang menghilang ditelan jarak, "Siap siap lo liat pemandangan buruk Ice" kata Dinary pelan.

Ice berhenti didepan kelas, ia tak niat melangkah masuk, hawa hawa sesak sudah merasuki hatinya sekarang. Tapi akhirnya, ia masuk, karena ia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal pada Sea.

"Sea..." Ice tersenyum ceria, walau didalamnya sakit memandangi pria itu dengan memegang tangan Liyenta.

Sea dan Liyenta hanya menatap Ice tanpa berkata apapun, juga dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.

"Kenapa?" Tanya Sea dingin.

"Gue mau ngucapin selamat tinggal sama lo" Ice masih tersenyum lebar, seperti tak terjadi apapun terhadap hidupnya.

"Lagi bentar gue udah mau berangkat, dan lagi setahun gue baru balik, hehe"

"Kalau gue mau minta lo ga ngelupain gue mungkin udah ga bisa, karena lo udah ada Liyenta yang pasti bikin lo lupa, tapi gapapa... lo boleh lupain gue, tapi jangan lupain kenangan sama gue yaaa, ini aja yang gue mau bilang sama lo.."

"Liyenta, gue titip dia sama lo, jaga dia baik baik ya... gue yakin, Sea sayang banget sama lo, kalo gak dia ga bakal pacaran sama lo.." kata Ice masih tersenyum lebar.

"Sea, gue pergi ya, selamat tinggal, sayonara, bye byee.." kata Ice tanpa menunggu jawaban Sea.

"Sea" Liyenta mendelik ke Sea, ia seperti tak suka ada Ice.

"Lo gausa cemburu ta, gue ga suka sama dia, cuma dia aja yang suka sama gue"

"Ya" kata Liyenta yang masih badmood.

~~~

Ice langsung keluar dari kelas. Ice sudah berusaha tersenyum selebar mungkin, berusaha seceria mungkin, tapi, raut wajahnya saat keluar dari kelas... murung seketika, ia hanys memikirkan kejadian tadi, ia melihat Sea dan Liyenta bersama, sakit memang rasanya, tapi ia tak bisa berbuat apapun.

"Ah, sudahlah, lupakan Ice" kata Ice pada dirinya sendiri.

"Ice, udah ketemu?" Tanya Dinary.

"Udah kok Ry, dia lagi sama pacarnya, gue gapapa kok, gue mau berangkat dulu ya, nanti dicariin sama kepsek.."

"H-ha? I-iya, sana dah... jangan lupa chat gue"

"Iya tenang aja"

Ice pun mencari kepsek.

"Sudah siap Ice?"

"Sudah bu.., sudah bisa berangkat" kata Ice.

"Oke, ibu sudah panggilkan sopir pribadi untuk ke bandara untuk kamu, kamu bisa kedepan ya" kata bu kepsek.

"Iya bu.."

"Nanti ibu anter kamu sampai ke bandara aja ya.."

"Iya bu, terimakasih"

Sampai di bandara.

"Ice, kamu sudah bisa check in sendiri kan?" Tanya kepsek.

"Bisa bu, ibu kalau sudah mau pulang, pulang saja bu gapapa.."

"Oke, ibu pulang, jaga diri kamu ya, belajar yang baik, goodluck!"

"Makasih bu.."

Kini hanya ada perjuangan Ice untuk melewati bandara agar bisa sampai di Korea.

Oke, gue harus bisa, batin Ice.

Ice pun melakukan semua dengan sendirinya sampai kini ia sudah bisa duduk di dalam pesawat, ia hanya duduk menunggu pesawat lepas landas.

Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa, kini Ice sudah sampai Korea, ada dua perasaan di hatinya, senang dan sedih, senang karena ia sudah bisa datang ke negara impiannya, sedih karena...? Banyak, tak bisa ia sebutkan, ia pun sampao bingung sendiri dengan perasaan sedihnya itu.

Ice turun dari pesawat dan segera memasuki bandara, ia terus berjalan sampai keluar dari bandara dan menunggu seseorang menjemputnya.

"Kamu, Ice?" Seseorang menyapa Ice, tidak, bukan orang Ice kenal, logat bahasa Indonesianya juga terlihat bahwa ia bukan orang Indonesia asli. Tapi ia masih berwajah asia.

"I-iya" Ice tersenyum pada orang itu.

"Saya orang yang bertugas menjemput kamu di bandara, dan juga mengurus kamu selama kamu berada disini, kenalkan saya Adela.." kata orang itu.

Ice menyalami orang itu, "Saya Ice, salam kenal" Ice tersenyum.

"Kalau begitu ayo kita ke mobil saja dulu, lanjut bicara di mobil" katanya.

"Jadi, kalau kamu ada kekurangan apa, kamu bisa bilang ke saya ya.." kata Adela.

"Iya, emm, saya panggil anda?" Kata Ice tak yakin.

"Panggil saja kak.." katanya. Ice hanya mengangguk.

"Kakak asli mana?" Tanya Ice.

"Saya asli korea, tapi dulu saya memang alumni sekolah kamu di Indonesia, jadi saya memang sengaja cari tempat kerja disini yang masih berhubungan dengan sekolah saya dulu.."

"Ohh" Ice mengangguk angguk.

"Saya kerja sebagai orang yang nerima nerima tamu dari sekolah gitu sama... ya kayak gini, ngurus orang orang.." Kata Adela sambil menyetir.

"Oh, iya.."