webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
30 Chs

7. Beasiswa?

Ice segera meninggalkan mereka berdua, ia juga menceritakan kepada Dinary semua kejadian di hari itu. Hari hari berjalan dengan cepat, tapi hubungan Ice dan Sea tambah memburuk saja, mereka tak pernah bicara. Seperti orang yang tak pernah mengenal satu sama lain.

Sampai pada suatu hari.

"Panggilan pada ketua kelas , kelas 10A2 agar datang ke ruang kepala sekolah."

Suara pengumuman. Iya, itu kelas Ice dan Sea.

Sea pun keluar dari kelas dan segera ke ruang kepala sekolah.

"Permisi bu, saya ketua kelas 10 A 2, ada apa bu?" Tanya Sea pada kepala sekolah. Ibu kepala sekolah tersenyum.

"Ini drama kelas kamu kan?" Tanya Bu kepsek sambil memperlihatkan sebuah drama di hpnya.

"Iya bu.."

"Siapa yang buat ceritanya?"

"Ice bu.. dia yang buat semua, kita sisa syuting." Jawab Sea jujur.

"Bagus, tolong panggilkan dia kesini sekarang." Kata kepsek yang masih tersenyum puas.

"Untuk apa bu?" Tanya Sea yang masih ragu ragu untuk memanggil Ice sebab ia sudah lama tak berbicara dengan gadis itu.

"Sudah, ga usah nanya, panggil saja" Sea pun pergi ke kelas, sesampainya di kelas.

Sea berjalan mendekati Ice, perasaan Ice sudah tak enak, ia merasa bahwa lagi sebentar Sea pasti mengajaknya bicara.

"Ice" tuh kan bener.

Ice menoleh gugup, hatinya berdetak kencang.

"Lo dipanggil sama kepsek, disuruh ke ruang kepsek.." kata Sea singkat kemudian ia langsung kembali ke tempat duduknya tanpa mendengar respon Ice. Dalam hati Ice sangat penasaran, tapi ia merasa dirinya sudah tak akrab lagi dengan Sea semenjak hari itu, jadi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya, ia keluar dari kelas kemudian pergi ke ruang kepsek.

"Permisi bu, saya Ice... ada apa bu?" Tanya Ice.

"Ini kamu yang buat naskah dramanya kan?" Tanya bu kepsek.

"I-iya bu, kenapa bu? Ada yang salah? Atau ga sesuai sama perintah?" Tanya Ice.

"Bukan bukan.." kepsek menggeleng sambil tersenyum.

"Ini dramanya lebih dari kata sempurna... saya yakin, kalau drama ini saya kirim ke produser film, drama ini pasti bisa muncul di televisi." Bu kepsek tersenyum. "Hebat, saya ga berpikir bahwa anak seumuran kamu bisa menulis naskah sebagus ini.."

"Ma-makasi bu" Ice tersenyum, dalan hatinya sudah lega.

"Tapi, saya panggil kamu kesini bukan hanya untuk memujimu..."

"Besok, saya undang orang tua mu ke sekolah, saya mau membicarakan tentang beasiswa."

Ice membeku di tempat.

Tunggu, apa? Gue ga salah denger kan? Beasiswa? Gue mau dapet beasiswa???

"Be-beasiswa bu?" Tanya Ice tak yakin.

"Iya, saya sudah memutuskan, saya akan memberimu beasiswa, daripada saya juga tak tau harus memberikan ini kepada siapa, mending kamu.." kata kepsek.

"Tapi bu, saya ga sepinter murid lain.. pelajaran saya juga ga terlalu menonjol.. ini mungkin hanya satu satunya kemampuan yang saya bisa bu.." kata Ice.

"Tidak, saya tidak percaya begitu, saya tau pelajaran mu tak menonjol, tapi, feeling saya, kamu lebih hebat dari yang saya pikirkan, kamu pasti sukses dan membanggakan sekolah ini. Saya yakin" kata Kepsek itu. Ice juga tak mengerti mengapa kepala sekolahnya begitu yakin kepada dirinya, bahkan ia saja tak meyakinkan dirinya sebegitunya.

"Kamu mau kemana, Ice?" Tanya kepsek sambil memutar mutarkan kursinya.

"E-emm...."

"Sudah, kamu ke korea aja.. saya yakin kamu suka korea, ya kan?"

What? Apa? Korea?? Whoaaaa, dapet beasiswa ke Korea?? Lagi bentarrrrr, gue akan bertemu semua anggota bts whoaaa, aaaa pengen nonton konserrr...

Ice tersenyum senyum sendiri membayangkan hal hal itu.

"Dilihat dari wajahmu, saya yakin kamu pasti mau pergi kan?" Kepsek tersenyum. Ice hanya membeku dengan senyuman dan mata yang melebar. Ia perlahan mengangguk.

"Sa-saya berapa hari disana bu?"

"Sekitar setahun"

Ice mengangguk, tapi dalam hatinya ia juga lumayan tak siap.

"Oke, besok tolong orang tua mu kesini ya... kamu boleh pergi" kata kepsek. Ice pun melangkah keluar dengan perasaan senang bercampur takut dan ragu.

Sampai dikelas, Ice langsung duduk di tempaatnya dan memandang kosong bangku teman didepannya.

"Ice, lo kenapa? Kok bengong? Trus tadi kenapa dipanggil bu kepsek?" Tanya Dinary.

"Ry," kata Ice menoleh ke Dinary.

"Gue dapet dapet beasiswa ke korea" kata Ice dengan ekspresi datar.

Dinary membeku seketika, matanya membesar seperti sangat kaget akan sesuatu.

"SERIUSAN ICEE??!!! KE KOREAA???? GAK GAK GAAKKK, GUE GAMAU, LO PASTI KETEMU SAMA SEMUA SUAMI GUE DISANA, DAN LO PASTI NGEREBUT SEMUANYA, HUAAAAAA, GUE GAMAU SEMUA ITU TERJADI GUE MAU IKOOTTTTTTT!!!!" Dinary heboh seketika membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.

Ice tetap menatap Dinary dengan tatapan datarnya seperti tak mendengar sama sekali omongan Dinary.

"ICE LO DENGER GA SIH??!!" Tanya Dinary lagi.

"Bisa ga seheboh gitu? Gue aja gatau bakal mutusin pergi atau ga.."

"Lahh, pergilahh, kesempatan udah depan mata.."

"Tapi gue harus disana setahun... sendiri" kata Ice.

"Jadi yang lo permasalahin karang tuh karena setahunnya?" Tanya Dinary. Ice mengangguk.

"Gue saranin lo pergi, cause ga semua orang akan punya kesempatan kayak lo, kalau gue jadi lo, gue bakal pergi, tapi terserah lo aja, gue cuma bisa ngasih saran bukan maksa" jelas Dinary.

Ice sedikit mengangguk "Makasih Ry"

Kringggggggg

Bel istirahat berbunyi.

"Ice, kantin yok, ga ada temen jadinya nyariin lo.." kata teman dari kelas lain Ice di ambang pintu. Ice pun berjalan ke arahnya.

"Dasar lo pas gaada temen baru nyariin gue.."

"Sudahlahhhh.. kuyyy" Ice hanya berjalan membuntuti temannya saja.

Setelah Ice balik ke kelas, ternyata Reyhan, teman sebangku Sea duduk di sebelah Dinary. Ice pun berjalan mendekati mereka berdua.

"Ice, lo duduk sama Sea hari ini aja ya, gue ada urusan sama Dinary" kata Reyhan yang langsung menoleh kembali ke Dinary tanpa menunggu respon Ice. Ice seketika langsung stress. Ia harus duduk dengan orang yang baru baru ini menolak cintanya, huh.

Ice pun berjalan ke bangku Sea kemudian duduk disana tanpa menyapa Sea sedikit pun.

Sea dan Ice saling canggung, mereka seperti ingin memulai pembicaraan tapi sama sama tak yakin.

"Sea"

"Ice"

Kata mereka berdua bersamaan.

"Lo duluan.." kata Sea.

"Gu-gue mau minta saran, tadi bu kepsek manggil gue katanya gue mau dikasik beasiswa ke korea, satu tahun disana sendiri... gue mesti ikut ga?" Tanya Ice.

"Saran gue ikut aja... daripada disini juga lo ga berkembang, mending disana"

"Ta-tapi..."

"Kenapa"

"Gu-gue bakal kangen semua disini... lo juga.." Ice tak berani menatap Sea.

"Kalau maksud lo kangen sama gue karena suka, gue udah punya pacar, memang menyakitkan bagi lo, tapi, gue mesti lebih care sama perasaan pacar gue, bukan... orang lain."

Orang lain...?

Ice tersenyum tipis, sangat tipis, kemudian sedikit mengangguk "Oke, gue bakal pergi"

"Lo ada apa?" Tanya Ice.

"Lo kenapa disini duduk? Kenapa ga Reyhan?"

"Dia nyuruh gue disini.." Ice memang sakit, bahkan sangat sakit, tapi ia tak mau menunjukkan reaksinya, ini bukan waktu yang tepat.

Mereka semua kemudian terdiam, tak ada topik, dan tak ada yang ingin berbicara. Tak lama, Ice kemudian mengisi kesepian diantara mereka,

"Aneh ya Sea... dulu kita akrab.... banget... kita ga pernah saling diem dieman, pasti saling ngejek aja... tapi semenjak gue nyatain perasaan gue ke lo.. kita...." Ice menghentikan perkataannya.

"Bahkan ke orang yang ga pernah kenal, tau gini gue ga akan ngomong apapun dihari itu, gue nyesel... banget" kata Ice yang menatap kosong meja.

"Ice, gue ga ingin tau perasaan lo, dan gue yakin, yang lo lakuin adalah hal yang tepat bagi gue dan juga bagi lo, dan juga bagi liyenta.. gue pikir, kita lebih baik karang jaga jarak aja.." kata Sea yang membuat Ice tambah sakit, tapi tak apa, sakit saja dihari ini, sakit sampai habis perasaan sakit itu.

"Yaudah Sea" Ice tersenyum, "Good luck lo disini, lagi bentar gue mungkin pergi... gue doain lo sama Liyenta langgeng.. selamat tinggal.." Ice tersenyum ditengah mata yang mengaca ngaca tapi ia berusaha tak mengeluarkan air matanya itu, ia mengedip kedipkan matanya.