webnovel

Perempuan Beraroma Bunga

Ann benar-benar dalam masalah besar. Ia telah dirampok tepat dua puluh menit setelah menginjakkan kakinya di Kota Winterbrug, kota yang selalu. Para pencopet sialan itu telah merampok barang-barangnya. Tas, dompet, uang, paspor, tanda pengenal, dan barang-barang lainnya raib digondol oleh mereka. Tanpa semua barang-barang penting itu, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.

"Sial!"

Ann mengumpat sambil menendang sebuah kaleng minuman bersoda. Kaleng itu mendarat di sebuah parit yang beku.

Ann teringat pada seorang wanita berambut gimbal dan berbaju longgar yang ia temui di dalam bus yang membawanya tadi. Dari sekian banyak bangku yang kosong, wanita itu memilih duduk di samping Ann, di bangku belakang.

"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya dengan sopan.

"Tentu saja. Silakan." Ann tersenyum kecil.

Ia tidak punya alasan untuk menolak kehadirannya, walaupun dalam hati Ann ingin duduk sendirian, menikmati bus yang hangat, dan mencium aroma apel yang menguar memenuhi udara di dalam bus Kota Es.

Suasana yang hangat dan nyaman dalam bus itu bertolak belakang dengan keadaan di luar. Butiran salju jatuh dari atas langit, seperti bunga sakura putih yang diterbangkan angin, lalu mendarat dengan lembut di atas hamparan salju yang sudah lebih dulu datang.

"Terima kasih," kata wanita tadi sambil mendaratkan bokongnya di atas bangku, di samping Ann.

Ann beringsut ke arah samping untuk memberikan wanita itu tempat yang luas. Wanita itu tersenyum ke arah Ann. Iris matanya biru seperti langit pada bulan musim panas, kedua matanya berbinar terang, menatap Ann dengan penuh minat.

"''Baumu sangat harum, Nona" katanya. Suaranya cukup jelas.

"Sorry?" tanya Ann tersinggung. Perempuan di sampingnya angat tidak sopan

"Lady Shalom adalah seorang wanita yang sangat cantik, tubuhnya seharum ribuan bunga." Perempuan itu memejamkan mata, lalu menarik napas panjang, seolah sedang memenuhi paru-parunya dengan udara.

Ann sama sekali tidak paham kata yang diucapkan wanita di sampingnya itu. Atau barangkali wanita itu tidak berbicara padanya. Namun, kedua mata wanita itu jelas melihat ke arahnya, seolah sedang mencari sesuatu dalam tubuh Ann, sesuatu yang berada jauh dari fisik yang terlihat. Wanita itu membuka matanya birunya., dan melirik ke ara Ann

"Tidak salah lagi, kau adalah keturunan Shalom yang dikutuk," katanya sambil tersenyum lebar.

Perempuan itu memandangi Ann dengan tatapan takjub, seolah baru saja menemukan karta kuno bernilai jutaan dolar dari sebuah reruntuhan berumur ribuan tahun.

"Oh, tidak! Kau pasti salah orang." Ann tertawa dengan canggung. Ucapan wanita di sampingnya itu sama sekali tidak masuk akal.

Yang pertama, Ann bukan keturuna Lady Shalom, bahkan ia tidak tahu Shalom itu siapa. Ann hanyalah wanita campuran Asia-Eropa yang tidak terlalu cantik, ukuran tubuh yang sedang-tidak tinggi ataupun pendek, dan bentuk hidung yang mungil.

Sementara dalam bayang Ann, Lady Shalom atau siapapun itu adalah wanita yang sangat cantik dengan tubuh tinggi, rambut pirang yang panjang, dan kulit putih menawan. Itu jelas bukan ciri dirinya ataupun keluarganya.

Akan tetapi kalau dipikirkan lagi, sebenarnya Ann tidak benar-benar mengenal silsilah keluarganya dengan baik. Kakek-neneknya selalu berpindah-pindah rumah, dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu benua ke benua yang lainnya. Begitupun dengan kedua orang tuanya. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang.

Yang kedua, tubuh Ann tidak wangi sama sekali, apalagi beroma ribuan bunga. Ia bau, tubuhnya bau. Ia mengidap kelainan bau badan yang berlebihan. Deodorant dan parfum tidak bekerja dengan baik pada tubuhnya. Bahkan orang dan keluarganya menjuluki Ann dengan sebutan 'Gadis BBA' kepanjangan dari; Gadis Bau Badan Akut.

Beruntung cuaca di kota winterburg sangat dingin, sehingga tidak membuatnya berkeringat secara berlebihan. Sudah tiga hari ia tidak mandi, hanya membersihkan diri dengan tisu basah. Udara yang dingin membuatnya tidak sanggup bersentuhan dengan air.

"Tidak! Aku tidak mungkin salah, kau memang Keturunan Lady Shalom yang terakhir," Ucapan wanita itu semakin tidak masuk akal.

"Darah kutukan yang mengalir dalam tubuhmu bisa menyembuhkan, tetapi juga bisa membuatmu dalam bahaya yang mengancam nyawa."

Ann menganga, mulutnya terbuka lebar. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan wanita itu, semua ucapannya wanita itu tidak masuk akal sama sekali.

"Ok, terima kasih. Saya benar-benar menghargai cerita anda ." Ann tertawa kecil. Ia tidak bermaksud membuat wanita itu tersinggung, tetapi sangat sulit menyembunyikan ekspres geli saat mendengar ocehan yang tidak masuk akal seperti tadi.

"Kau boleh tidak percaya, Nona. Tapi aku melihat hidupmu dalam bahaya."

Wanita itu mencondongkan tubuhnya ke arah Ann. Tubuhnya sangat dekat sehingga Ann bisa mencium bau aneh yang menguar dari tubuh wanita itu. Aromanya seperti rebusan rempah-rempah dalam sebuah belanga besar dari tanah liat yang diletakan di atas tungku perapian yang menyala-nyala.

Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang ikut mendengarkan percakapan mereka. Setelah memastikan tidak ada siapapun yang duduk dekat dengan kursi mereka, wanita itu berbisik,

"Kau harus berhati-hati, terlebih pada makhluk malam. Mereka berkeliaran di bawah cahaya bulan, mencari mangsa. Keberadaanmu di sini akan membangkitkan gairah mereka pada puncaknya." Ceritanya sangat menyeramkan. Ann mengigit bawah bibirnya.

Di depan sebuah halte yang sepi, bus berhenti. Pengemudi bus bertopi runcing itu menoleh ke arah belakang, lalu berteriak,

"Ada yang turun di sini?"

Penumpang bus tidak terlalu banyak, hanya ada empat orang lagi. Ann, wanita di sampingnya, seorang lelaki di kursi tengah - wajahnya tertutup topi, dan Pak Sopir berwajah galak, kumis lebat melintang di atas bibirnya.

"Saranku pergilah dari sini. Tempat ini tidak aman untukmu," katanya, lalu bangkit dan berjalan ke arah depan untuk keluar.

"Hey, tunggu." kata Ann. Ia merasa dihinati oleh pendongeng yang aneh. Meskipun ia tidak menyukai ceritanya, tetapi digantung saat cerita semakin menarik adalah perbuatan yang menjengkelkan.

"Siapa yang kau maksud makhluk malam?"

Ann membuka jendela kaca di sampingnya, kepalanya menjorok ke arah luar. Hawa dingin yang ditiupkan angin langsung menembus ke dalam kulit kepala Ann, membuat kepalanya seperti dicelukan ke dalam ember berisi es.

Wanita beraroma rempah itu mendekat ke arah Ann, kepalanya celingkungan ke kanan dan kiri, kemudain berkata pelan, "Pangeran Kegelapan."

"Makhluk yang dibenci matahari dan sangat dicintai bulan," jawabnya.

Ann meyeringai, seharusnya dia tahu ada yang tidak beres dengan isi kepala wanita itu, semua kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kebohongan. Ann menutup jendela bus sambil menyaksikan langkah wanita itu semakin menjauh. Pintu bus berderit saat menutup dan pengemudi berbadan bongsor bersiap menarik tuas untuk mengemudikan bus.

"Tunggu!" teriak Ann cukup keras.

"Maaf, saya turun di sini saja!" kata Ann sambil melangkah, membawa sebuah tas ransel berwarna cokelat muda di bahunya.

Pintu kaca bus terbuka, Ann menyodorkan selembar uang pada pengemudi itu. Tidak membutuhkan waktu yang lama, pengemudi bus itu mengembalikan beberapa koin uang sebagai kembaliannya. Ann memasukannya pada saku celana jeans-nya.

"Terima kasih, " kata Ann dengan riang, lalu melompat ke luar ke atas trotoar jalan yang diselimuti salju.

Bus berwarna hijau itu melaju pelan, meninggalkan Ann bersama hamparan salju yang kian menebal. Ann mengigil, baju hangat yang ia kenakan tidak cukup tebal untuk menghalau udara yang dingin.

Di dalam bus yang melaju ke arah Utara, lelaki misterius berpakaian serba hitam itu menoleh ke arah Ann. Dalam keheningan bus kota yang sepi, ia berbisik pelan,

"Bau tubuhmu sangat menggoda, Nona."

Lelaki itu tersenyum lebar, memamerkan gigi-giginya, dua diantaranya sangat runcing. Lelaki itu bertaring, sangat tajam.

****