webnovel

My Lovely Sister

Namaku Rui. Aku adalah anak adopsi di keluargaku yang sekarang, karena keluargaku yang dulu tidak mampu membiayai kebutuhan hidupku, maka dengan berat hati ibuku mengusulkan agar aku diadopsi oleh keluarga yang lebih mampu. Hari-hari yang kujalani bersama Kak Guin terasa menyenangkan hingga suatu hari sebuah masalah menimpa kami. Awalnya hanya masalah kecil namun menjadi masalah yang tak pernah terbayangkan akan terjadi ternyata terjadi juga. Segala rintangan dan halangan kami lalui bersama dan dari sinilah kisah petualangan ku bersama Kak Guin demi mencari sebuah jalan pulang.

Rachell_Aditya · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
29 Chs

Terlambat Pulang

Keesokan harinya.

"Rui ayo bangun sarapannya sudah siap!" Kak Guin mengetuk pintu kamarku.

"Hoam! Iya Kak sebentar!" Jawabku yang masih mengantuk.

"Nanti kalau sudah cepat keluar ya! Kakak tunggu di meja makan!" Teriak kakak dari luar.

"Iya kak!"

Aku segera beranjak dari kasur sesaat setelah Kak Guin pergi. Segera aku menuju kamar mandi untuk buang air dan mencuci muka lalu setelahnya menemui Kak Guin di ruang makan untuk sarapan bersama.

"Kak Mira mana?" Tanyaku menarik kursi dari balik meja makan.

"Sudah pulang tadi jam enam. Ada keperluan mendadak katanya." Jawab kakak.

"Oh." Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 06:30.

"Kenapa kamu nyariin dia?"

"Tidak kok, cuma nanya saja." Jawabku singkat.

Selama sarapan kami tidak banyak bicara hingga selesai.

"Sini piringnya biar kakak yang cuci!"

"Hmm, nih kak!" Menyerahkan piring sisa makanan ku.

"Kamu mandi sana habis itu siap-siap berangkat sekolah!" Perintah kakak.

"Baiklah."

Selesai mandi dan berganti pakaian.

"Aku berangkat dulu kak!" Teriak ku.

"Ya, hati hati di jalan!" Jawab kakak.

Semalam rasanya menyebalkan sekali saat Kak Mira memarahiku hanya karena secangkir kopi untuk dirinya. Ya memang sih aku yang salah karena tidak melihat dulu jika itu kopi baru atau lama, tapi setidaknya tidak perlu juga kan Kak Mira sampai memarahiku seperti semalam. Ku pikir teman kakak tidak hanya cantik namun juga baik, ternyata cuma cantik saja. Begitu gerutu ku di perjalanan menuju sekolah.

***

Sesampainya di sekolah aku langsung duduk. Mengikuti pelajaran hingga selesai, dan sampai pada bel pulang sekolah saat aku hendak bersiap-siap untuk pulang, tiba-tiba guru mendekatiku.

"Rui, kamu jangan pulang dulu!" Ucap beliau.

"Eh, kenapa Bu?" Tanyaku.

"Hari ini kamu harus mengikuti pemeriksaan kesehatan. Karena cuma kamu yang belum mengikutinya." Jelasnya.

"Hmm, baiklah Bu!" Jawabku.

"Ya sudah kalau begituitu sekarang kamu ke UKS. Sudah ditunggu sama dokternya di sana!" Lanjut beliau lagi.

"Baik Bu!"

Aku segera menuju UKS untuk melakukan tes kesehatan sesuai yang ibu guru perintahkan. Kulihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 4 sore sementara murid lain sudah pulang semua ke rumah masing-masing kecuali aku.

"Huh, semoga saja selesai lebih cepat sebelum jam lima!" Gerutu ku.

Sesampainya di depan pintu UKS.

"Permisi!" Salam ku sambil mengetuk pintu.

Pintu pun dibuka oleh dokter yang ternyata adalah seorang wanita muda berusia kurang lebih hampir setara dengan Kak Guin, mungkin sedikit lebih tua.

"Silahkan masuk!" Sapa dokter itu dengan ramah.

"Eh, t-terima kasih." Jawabku pelan.

Aku melangkah masuk dengan perasaan gugup. Dia sangat cantik dan juga ramah sehingga membuatku agak gugup saat berinteraksi dengannya.

"Siapa namamu?" Tanya dokter cantik itu.

"S-saya Rui dok, dari kelas 11A." Jawab ku.

"Mmm,, Rui ya?" Gumam beliau sambil membuka jurnal kelas 11A dan mencari namaku.

"Ah ketemu! Tinggal kamu seorang ya yang belum melakukan tes kesehatan?"

"Iya dok!"

"Panggil saja dokter Lia." Ucapnya dengan tersenyum.

"Ah baiklah, dokter Lia."

"Nah, sekarang lepas baju kamu terus berbaring di situ biar dokter periksa!"

"Baik dok." Aku melepas baju dan kemudian berbaring di tempat yang sudah disediakan.

Dokter Lia mengambil stetoskop dan mulai memeriksa tubuhku. Tubuhku diraba-raba, dan jantungku juga di tes apakah normal atau tidak dan masih banyak lagi pemeriksaan lainnya. Hingga tak terasa jam menunjukkan pukul jam 16:30 sore.

"Tubuhmu sehat, tidak ada tanda-tanda penyakit khusus." Ucap Dokter Lia

"Syukurlah dokter kalau begitu."

"Sekarang tolong buka celananya!" Ucap Dokter Lia tiba-tiba.

"Eh, sama celana juga dok?!" Tanyaku terkejut.

"Iya dong, kan seluruh tubuh harus dokter periksa untuk mengecek adanya penyakit atau tidak, termasuk juga organ kemaluan." Jawabnya dengan senyuman ramah.

"T-tapi dok-"

"Udah tidak perlu malu. Di sini cuma ada kita berdua, jadi tidak akan ada yang tahu." Ucapnya.

"B-baiklah dok."

Akhirnya mau tidak mau aku melepas celana beserta celana dalamku.

"Maaf ya dokter periksa dulu itunya." Ujar Dokter Lia pelan.

"I-iya dok." Jawabku dengan malu-malu

Dokter Lia mengambil sarung tangan lateks setelah itu memeriksa milikku dengan diraba-raba. Hal itu memicu birahiku dan seketika juga milikku menjadi tegang di depan Dokter Lia.

"Ahh, m-maaf dokter. Aku tidak bermaksud!"

"Tidak apa-apa. Ini normal terjadi jika pria mendapat rangsangan seksual. Malah akan berbahaya jika milikmu tidak menegang saat disentuh oleh lawan jenis, karena bisa saja nafsumu sudah hilang atau kamu memang penyuka sesama jenis." Papar Dokter Lia dengan santai.

"Ahh, iya dok."

Sedikit geli saat milikku disentuh oleh Dokter Lia sehingga membuatku sedikit mendesah.

"Sepertinya milikmu juga normal tidak ada tanda-tanda penyakit kelamin atau yang lainnya." Jelasnya sesaat kemudian.

"Ahh, bagus deh dok kalau normal." Jawabku lega.

"Ya sudah kalau begitu tesnya cukup sampai disini. Silahkan pakai seragam mu kembali!"

"Ah, iya dok." Memakai seragamku kembali.

"Oke."

"Baiklah dokter saya ijin pulang dulu kalo gitu." Pamit ku sesaat kemudian.

"Ya, hati hati di jalan!"

Sekolah sudah sepi dan hanya tinggal segelintir orang saja yang masih berada di lingkungan sekolah, termasuk aku. Aku segera mengambil tasku dan bergegas pulang ke rumah.

"Eh, tapi masih jam segini apa sebaiknya aku main dulu saja ya?" Pikirku.

Karena tergoda akhirnya aku memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah dan memilih untuk mampir sebentar ke warnet. Aku sangat menikmati permainanku hingga tak sadar jika jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

"Gawat! Kak Guin pasti sedang menghawatirkan ku saat ini. Aku harus cepat!"

Gumam ku yang segera membayar waktu bermain ke OP warnet dan segera bergegas pulang ke rumah. Aku berlari sekuat tenaga dari warnet sampai ke rumah.

Jalanan sudah gelap dan hanya beberapa lampu taman saja yang menjadi penerang ku. Kulari dengan sekuat tenaga hingga keringat bercucuran dan tentu saja membasahi seragam ku.

"Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah... Hah"

Nafasku terengah-engah karena berlari sekuat tenaga. Kulihat beberapa pedagang kaki lima yang masih mendorong gerobaknya, mungkin saja mereka mau pulang atau bisa saja masih berjualan.

"Duh, perutku lapar."

Aku sempat tergoda untuk berhenti sejenak dan memesan satu piring nasi goreng beserta es teh dikarenakan perutku yang belum ku isi semenjak dari warnet tadi.

"Mampir tidak ya? Ah, tapi nanti akan semakin malam aku tiba di rumah dan kakak jelas akan memarahiku setelahnya."

Akhirnya aku mengurungkan niatku tersebut dan terus berlari menuju rumah sembari berharap semoga saja kakak tidak memarahiku karena pulang terlambat.